**Â
Sedangkan untuk sejarah kebudayaan di Indonesia, R. Soekmono membagi menjadi empat masa, yaitu
Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira abad ke-5 Masehi.
2. Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama masehi sampai dengan runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.
3. Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh Islam menjelang akhir kerajaan Majapahit sampai dengan akhir abad ke-19.
4. Zaman baru/modern, yaitu sejak masuknya anasir Barat (Eropa) dan teknik modern, kira-kira tahun 1900 sampai sekarang.
 Problematika Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan 264 Berdasarkan hal di atas, keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi kelompok, struktural yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi demikian adalah potensi yang melemahkan gerak kehidupan masyarakat.Â
Keberagaman adalah modal berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial. Di tingkat permukaan, efek negatif tersebut muncul dalam bentuk gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik terbuka antar kelompok masyarakat. Pertikaian antar kelompok masyarakat Indonesia sering terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini. Konflik tersebut bisa terjadi pada antar kelompok agama, suku, daerah, bahkan antar golongan politik. Beberapa contoh, misalnya konflik Ambon tahun 1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik di Poso tahun 2002. Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antar kelompok. Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.Â
Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi di Indonesia sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai dengan pihak lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan antar masyarakat tersebut.
Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal, memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi. Beberapa hal penting yang diperhatikan dalam melaksanakan praktik kebudayaan dalam mengjangkau semua hal itu maka akan ada hal yang lebih penting untuk diperhatikan karna saya yakin ada banyak kendala yang menjadi perhatian kami dalam melaksanakan hal itu saya. Dalam cacatan sejarah membuktikan hal itu tidak akan menjadikan sebuah  budaya terjadi dengan baik walaupun tidak munkin juga akan terjadi semua hal yang kurang menyenagkan dalam hidup sebuah perda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H