Mohon tunggu...
Mokhammad Ridwan Fauzi
Mokhammad Ridwan Fauzi Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Hanya seorang hamba yang menikmati skenario Tuhannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sehari Bersama Yaya!

15 Januari 2025   13:30 Diperbarui: 15 Januari 2025   13:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil menunggu ayahnya memompa kolam, Yaya terlihat sedang asik menggambar, membuat ukiran-ukiran tak beraturan di tembok rumah yang dia anggap lebih menarik ketimbang harus menggambar di kertas.

Nih udah selesai ya. Kata Pak Fauzi.

MaasyaAllah yayaaaa ko gambar ditembok? Kata Pak Fauzi setelah melihat apa yang dilakukan anaknya itu.

Sini kita berenang aja ya, tapi buka dulu popoknya. Lanjut Pak Fauzi.

Layaknya seorang anak dan ayah, mereka sangat menikmati waktunya untuk bermain bersama, Pak Fauzi tidak mau melewatkan kesempatan ini begitu saja. Melihat anak perempuannya senang adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi olehnya. Karena dia berprinsip memberikan kebahagian untuk istri dan anaknya adalah sebuah kewajiban baginya. Meski harus menunda atau bahkan mengorbankan impiannya akan dia lakukan.

Sejam sudah mereka bermain air bersama, meski udara dingin karena cuaca mendung namun hal ini terasa hangat bagi mereka terlihat dari canda dan tawa yang menyelimutinya. Tatapan mata Pak Fauzi kepada anaknya pun sangat terihat tulus, seolah mengatakan "Nak Ayah sayang sekali sama kamu". Pemandangan yang sungguh menyejukkan hati dari sepasang ayah dan anak ini.

Udahan yuk berenangnya, kata Pak Fauzi.

Dia pergi meninggalkan anaknya sebentar untuk mengambil handuk, Yaya masih terlihat sangat menikmati kegiatan berenenangnya sembari memainkan beberapa bola yang dibawanya. Tak lama kemudian Pak Fauzi memeluk Yaya dari belakang dan mengangkatnya dari kolam renang.

Ndak mau abi, ndak mau udahan, teriak Yaya.

Udahan dulu ya, tuh lihat jarinya udah pada keriput, jawab Pak Fauzi menjelaskan.

Yaya berhenti berteriak dan sejenak melihat jari-jari kecilnya yang sudah mulai keriput tanda dia mulai kedinginan, tapi dia tak menyadari hal itu karena terlalu asyik bermain. Lalu, Pak Fauzi membawa anaknya itu ke kamar mandi untuk membilasnya dengan air bersih dan sabun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun