Mohon tunggu...
Rismawati Idris Rahardian
Rismawati Idris Rahardian Mohon Tunggu... PEMELAJAR -

PEMELAJAR; MASIH MENGEJA AKSARA DALAM KERTAS. PEMUISI; HIDUP DALAM BUAIAN AKSARA DAN KEMETAFORAAN. PEMUJA KEHARMONISAN; MENCINTAI HIDUP YANG PENUH WARNA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Antara Kita

31 Oktober 2015   21:39 Diperbarui: 31 Oktober 2015   21:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak merespon. Aku masih menunggu dirinya stabil.

Ia bangun dari ranjang tidurnya. Ia memberiku telepon genrggamnya. Aku terdiam. Ia seperti mengisyaratkan sesuatu. Aku makin terdiam dan hanyut dalam layar kaca telepon genggam itu. Pipiku basah. Hatiku tersayat . Aku merasa berduka.

“Kau paham?” katanya, masih terisak.

Kami berdua menangis. Betapa kejam si pengirim pesan singkat ini. Dalam pesan tersebut tertuliskan ungkapan permohonan maaf karena pembatalan sebuah acara pernikahan.

Aku tak berani berkata-kata. Senyumku membeku

Laki-laki itu membatalkan pernikahannya dengan sahabatku. Dalam pesan itu, ia juga mengatakan bahwa laki-laki itu telah memutuskan hubungan mereka yang telah dijalani selama lima tahun belakangan. Lusa mereka akan menikah. Ia pergi. Tak dapat melanjutkan untuk menjadi pengantin laki-laki pada perayaan tersebut.

Namun, yang membuatku begitu terluka, ia mengatakan akan bersedia meminta sahabat laki-laki mereka untuk menggantikan posisinya saat pernikahan, jika ia menghendaki.

“Kau tahu sekarang rasanya terluka? Aku sudah tak punya harapan lagi. Aku benci laki-laki yang tak bertanggung jawab—tak setia—dan tak memahami perasaanku”

Aku memeluknya. Tak sanggup aku berkata-kata. Aku hanya mematung. Ku biarkan diriku masuk dalam kegelapan malam. Ku biarkan diri kami menyatu dalam kelukaan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun