Inflasi, resesi dan ekonomi. 3 istilah berakhiran huruf "I" yang sering kita dengar, tapi taukah penjelasan dan perbedaan mendasarnya ?
Tiga tahun terakhir, berbagai pemberitaan media cetak dan elektronik seringkali menyebutkan 3 istilah tersebut.
Pandemi Covid-19 yang dilanjutkan dengan isu perang Rusia-Ukraina membawa dunia berada pada kondisi ketidakpastian ekonomi, membuat penyebutan inflasi, resesi dan stagflasi menjadi sering muncul di pemberitaan.
3 istilah tersebut merupakan istilah ekonomi yang merujuk pada kondisi perekonomian suatu negara.
Untuk memahami secara mendasar ketiga istilah tersebut, sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu "pertumbuhan ekonomi"
Pertumbuhan ekonomi adalah cerminan pertumbuhan aktivitas perekonomian suatu negara yang tercermin dari delta perubahan Produk Domestik Bruto (PDB).
PDB merupakan nilai aktivitas ekonomi yang dihasilkan seluruh penduduk (baik warga negara lokal maupun asing) dalam suatu negara.
Saat disebutkan pertumbuhan ekonomi suatu negara tahun ini mengalami pertumbuhan ekonomi 5 persen, artinya nilai PDB atau total nilai aktivitas ekonomi tahun ini meningkat 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
InflasiÂ
Inflasi merupakan cerminan kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat. Angka inflasi didapat dari delta perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Jika disebutkan inflasi tahun ini suatu negara mengalami inflasi 3 persen artinya harga barang dan jasa secara rata-rata mengalami lebih mahal 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Inflasi normal terjadi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
ResesiÂ
Resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi negatif yang terjadi setidaknya 2 triwulanl berturut-turut.
Indonesia pada tahun 2020 saat penyebaran Virus Covid-19 berada pada puncaknya, kondisi perekonomiannya sempat mengalami resesi.
Pada triwulan II 2020 hingga triwulan I 2021 secara year on year, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif berturut-turut --5,32 persen, -3,49 persen, -2,19 persen, -0,71 persen.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut menunjukan bahwa Indonesia mengalami resesi selama 4 kali triwulan.
Istilah stagflasi pertama kali digunakan pada tahun 1960 an oleh politisi Inggris Macleod di tengah kondisi ekonomi yang sedang mengalami tekanan saat itu
Stagflasi adalah situasi melemahnya kondisi ekonomi angka inflasi tinggi di waktu yang bersamaan dalam periode tertentu.
Berbeda dengan resesi yang mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi negatif, dalam istilah stagflasi pertumbuhan ekonomi lebih merujuk pada perlambatan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pertumbuhan inflasi yang meningkat lebih tinggi.
Misalnya pertumbuhan ekonomi suatu negara pada triwulan pertama tumbuh 5 persen kemudian pada kuartal dua hanya tumbuh 3 persen. Sementara itu pada periode yang sama inflasi justru meningkat dari 3,5 persen menjadi 4 persen.
Stagflasi saat ini sedang terjadi di berbagai belahan dunia, yakni di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Saat inflasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, kondisi ini menunjukan tingkat pendapatan tumbuh lebih kecil dibandingkan kondisi kenaikan harga barang di pasar. Hal ini pada akhirnya membuat masyarakat mengurangi konsumsinya
Ketika masyarakat mengurangi konsumsinya pada akhirnya membuat perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif atau resesi.
Semoga bermanfaat penjelasan mendasar tentang inflasi, resesi dan stagflasi :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H