Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan yang Sesungguhnya

10 November 2021   11:51 Diperbarui: 10 November 2021   12:11 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 10 Nopember, Bangsa Indonesia merayakan hari Pahlawan. Di sebagian kantor pemerintah diadakan upacara. Kegiatan upacara tidak sekedar seremoni semata, tetapi harus ada laporan kegiatannya. Dan laporan kegiatannya pun  selain upacara yang harus dilaporkan adalah kegiatan kantor yang bertemakan hari Pahlawan, seperti laporan dokumentasi pemasangan spanduk, banner, baligo dan umbul-umbul di kantor. Laporan inilah yang akan menjadi bukti bahwa kantor turut serta memeriahkan hari Pahlawan. 

Dua tahun berturut-turut hari Pahlawan diselenggarakan secara virtual, dengan mengikuti arahan upacara di Istana negara yang ditayangkan melalui TVRI dan juga Youtube. Rasanya sangat hambar, karena ya para abdi negara kita mengikuti hanya memenuhi salah satu syarat kewajiban. Asal wajah nampak diphoto sedang mengikuti upacara, lalu photo tersebut dikirim ke WA group kantor, selesai dah. Dari adegan mencari angel photo terbaik hingga klik photo tidak kurang lebih 5 menit, selebihnya dapat berleha-leha terutama bagi yang pegawai yang WFH (work from home).

Beruntung, hari Pahlawan tahun ini dapat diselenggarakan secara live alias bukan virtual lagi di beberapa kantor daerah yang sudah level 1. Ada juga di daerah yang level 3 pun diselenggarakan juga secara langsung. Alasannya ah Corona sudah tidak ada lagi, karena sudah banyak yang divaksin. Namun demikian, upacara secara virtual pun masih diperbolehkan.

Upacara hari Pahlawan diselenggarakan setiap tahun dengan maksud dan tujuan  mengenang para pahlawan yang telah berjasa memerdekan  negeri ini. Ada ratusan para pejuang yang dianugerahi pahlawan sejak pertama kalinya penyematan Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden tahun 1959.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 disebutkan bahwa gelar Pahlawan Nasional terpetakan ke semua jenis gelar. Mulai dari Pahlawan Perintis Kemerdekaan, yakni Pahlawan yang merintis ke depan gerbang kemerdekaan, misalnya Diponegoro. Ada juga Pahlawan Kemerdekaan Nasional, yang menggambarkan seorang untuk bisa dapat gelar pahlawan secara luas tidak hanya sekedar mengangkat senjata, tetapi dapat diperoleh jasanya dengan cara usahanya mengembangkan ilmu pengetahuan  yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selain itu, ada juga gelar Pahlawan Kebangkitan Nasional, yang ditunjukan bagi para pejuang  yang telah berjuang ketika masa kebangkitan nasional Indonesia, sebelum atau sesudah kemerdekaan seperti Sutomo, dan Dr. Tjipto Mangunkusumoewantara, pendiri Budi Utomo dan juga Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa. Ir. Soekarno juga bisa dikategorikan pahlawan jenis ini.  Bersama dengan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat,  dan dr. Douwes Dekker berjasa mendirikan PNI, sebagai salah satu partai pertama yang berdiri, menentang  penjajahan Belanda melalui jalur diplomasi.

Secara khusus, ada juga gelar Pahlawan disematkan untuk kegiatan peristiwa tertentu. Pahlawan Proklamator, misalnya, ditunjukan kepada Soekarno dan Moh Hatta karena telah membacakan Proklamasi Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Sedangkan Pahlawan Revolusi diberikan kepada para 7 pimpinan TNI korban peristiwa 65 di Jakarta, dan 2 TNI, Mayjen Katamso dan Sugiyono, yang terjadi di Yogyakarta. Terakhir pahlawan Ampera, dimana gelar tersebut diberikan kepada Arif Rahman Hakim dan Ikhwan Ridwan Rais. Dua mahasiswa UI yang menjadi korban tahun 1966 pada peristiwa Tritura.

Dari sekian banyak pahlawan di Indonesia, dengan beragam kategori, belum ada apa-apanya, dibandingkan dengan Pahlawan yang sesungguhnya. Dalam hidup ini, ada 3 pahlawan yang layak disebut. Mereka adalah Ibu, Ayah, dan Guru kita. Tanpa mereka, kita tidak ada apa-apanya,  dan kita bukan siapa-siapa tanpa kehadiran mereka.

Ibu kita, adalah orang yang pertama kali mengajarkan kita berbicara dan berjalan, kemudian mengajarkan cara makan dan bersikap sopan dengan orang lain. Sementara ayah kita, hanya menopang apa yang menjadi kekurangan Ibu. Dalam hal ini, ayah berperan sebagai Stunt man bisa sewaktu-waktu dibutuhkan untuk membantu Ibu.

Selanjutnya, setelah keluar rumah, atau lebih tepatnya memasuki usia sekolah. Giliran para guru kita membimbing dan mendidik pengetahuan yang jangkauan lebih luas dari dasar yang diperoleh dari orang tua kita. Mereka-mereka lah yang mengenalkan beragam pengetahuan. Tidak salahnya mereka disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Tema hari Pahlawan tahun ini, adalah "Pahlawan, Inspirasiku" sangatlah tepat kita persembahkan untuk kedua orang tua kita dan kepada para guru yang memberi inspirasi kita untuk selalu berjuang demi kemajuan negeri ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun