Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dukung Ahok adalah Politik Bunuh Diri PDIP

5 September 2016   21:10 Diperbarui: 6 September 2016   02:00 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Upaya Bambang DH untuk menyingkirkan Ahok berakhir sia-sia. Sebelum cita-citanya tercapai, Bambang DH sudah kena pecat duluan. Bambang merasa tidak perlu mempertanyakan alasan pemecatan tersebut. Pikir Bambang, biarlah publiklah yang menilai.

Dipecatnya Bambang DH jadi amunisi baru buat Ahok, artinya kerikil tajam yang selama ini menjadi penghalang untuk Ahok, perlahan pasti bakal hilang. Dengan demikian, Ahok tinggal menunggu momentum untuk PDIP mengumumkan dukungannya.

Ahok mengakui memecat Bambang DH, tidak serta merta para kader PDIP mendukungnya. Orang setipe Bambang DH yang tidak mendukung pencalonan Ahok masih banyak di kalangan internal PDIP. Ahok merasa ketua umum, Megawati pun masih banyak pertimbangan untuk memilih Ahok.

Ahok tak mau ambil pusing. 3 partai, berikut teman Ahok sudah cukup memiliki modal untuk Ahok melawan siapa pun lawannya. PDIP dibutuhkan Ahok untuk memberi legitimasi yang lebih kuat.

Legitimasi kuat hanya diperoleh dari PDIP, pemegang suara terbanyak di Jakarta. Maka atas alasan legitimasi itulah, Ahok menawarkan Jarot, kader PDIP untuk jadi wakilnya.

Ahok memang hanya butuh dukungan Mega, yang nota bene, dukungan Mega, adalah dukungan PDIP. Kader PDIP di luar ketua umumnya dipandang sebelah mata.

Atas tawaran Ahok, Mega tidak punya pilihan, mengingat Mega kesulitan mencari lawan tanding untuk Ahok. Jarot bila dipaksakan jadi cagub sudah pasti kalah. Akhirnya Mega menerima tawaran Ahok, asalkan Jarot jadi wakilnya.

Pilihan Mega dianggap pilihan bunuh diri. Sebagai partai pemenang, yang memiliki hak.untuk mencalonkan diri, tanpa koalisi, namun kenyataannya Mega dan PDIP harus ikut permainan kasar Ahok. Menolak tawaran Ahok akan jadi bumerang bagi PDIP, yakni hilangnya kesempatan daya tawar politik ke depannya, sedangkan menerima, artinya PDIP sudah tidak memiliki wibawa. PDIP sudah mati kutu oleh tiga partai sebelumnya yang mendukung Ahok.

Mendukung Ahok bagi Mega dan PDIP adalah sebuah kecelakaan politik. Semestinya jadi oposisi 10 tahun bisa jadi modal untuk tidak mendukung Ahok. Tapi tampaknya Mega dan PDIP lebih realistis menerapkan politik bunuh diri untuk mendukung Ahok. Tujuannya untuk memperkuat kekuasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun