Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Golkar, Belajarlah Jadi Oposisi

23 Juli 2014   10:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Golkar, Belajarlah Menjadi Oposisi Oposisidalam duniapolitikberartipartaipenentang di dewan perwakilan dsb yang menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik golongan yang berkuasa. Opposition lazim diterjemahkan menjadi oposisi. Kata itu berasal dari bahasa Latin oppōnere, yang berarti menentang, menolak, melawan. Nilai konsep, bentuk, cara, dan alat oposisi itu bervariasi. Nilainya antara kepentingan bersama sampai pada kepentingan pribadi atau kelompok. (Wikipedia) Pada prinsipnya dasarnya sama bahwa ciri dari oposisi itu adalah pihak atau partai  yang mengkritisi program pemerintah. Mereka sebagai penyeimbang atau rujukan dari rakyat untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah agar pelaksanaanya berjalan dengan benar.

Capres Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (lensaIndonesia) Namun sangat disayangkan di Indonesia oposisi dianggap barang aneh, seperti apa yang dilakukan Golkar pada paska Pilpres 2014. Sinyalemen Golkar keluar dari koalisi merah putih dan bergabung dengan koalisi kerakyatan, pengusung Jokowi mulai terendus seiring dengan kemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla versi hitung cepat sejumlah lembaga survei. Agung Laksono, sebagai DPP Partai Golkar tidak menampik keinginan tersebut sepanjang yang menyangkut pada kepentingan nasional. Saat ditanya kenapa Partai Golkar begitu mudah berpindah haluan? Agung menjawab, "sepanjang nawaitunya (niatnya) untuk kepentingan nasional." (Tempo.13-07-2014) Apalagi beberapa politisi partai Golkar sebelumnya ada yang menjadi Timses Jokowi-JK, seperti Luhut B Panjaitan, Nusron Wahid, dan Poempida Hidayatullah. Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, Golkar selalu menancapkan dua kaki, dan biasanya mereka memilih menancapkan kakinya pada kekuasaan. Itulah sebabnya partai golkar tidak mengenal oposisi. Jokowi dan partai-partai yang ada pada koalisi kerakyatan harus menolak setiap tawaran Golkar. Tujuannya untuk membangun pendidikan politik yang sehat. Biarkanlah Golkar belajar menjadi oposisi seperti apa yang pernah dilakukan PDIP, Hanura dan Gerindra. Menjadi oposisi bukan barang aneh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun