Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

J.O.K.O.W.I

15 Agustus 2014   05:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:30 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ts2.mm.bing.net

J : Jadilah dia dibuat bingung setelah divonis menjadi presiden, jalan mana yang mau dipilih menjadi presiden  yang jujur seperti yang diharapkan oleh relawan atau presiden  munafik yang sudah pasti akan menuai kebencian. Terserah, dua-duanya  adalah yang terbaik buat dia. Toh presiden punya hak prerogatif. Jika memilih menjadi presiden jujur dia akan makin dicintai oleh simpatisan dan pendukung karena sesuai dengan harapan simpatsan dan pendukungnya bahwa partai-partai  yang rela berkorban memperjuangkan dirinya menjadi orang nomor 1 di negeri yang masih dibelit korupsi harus bebas dari hama politik transaksional.

"Sudah, bukan jamannya lagi, minta jatah menteri ini, menteri itu. Sekarang, saatnya kita bekerja.. bekerja bagaimana membangun bangsa ini", keluhnya, dahinya berkenyit  tanda menunjukan kegeraman pada kubu sebelah.

Sebaliknya jika memilih menjadi presiden yang munafik tentunya, dia akan melanggar janji sucinya dengan melepaskan hama politik transaksional dengan  menerima koalisi dari partai lain, di luar koalisinya dengan resiko harus memenuhi permintaan jatah menteri dari partai tersebut. Tentu saja akan menjadi cermin buruk bagi dia, karena harus menelan lidahnya sendiri di depan para simatisan dan pendukungnya yang menahan perih  dan  pahit berbuah penyelesaian.

"Ah. simpatisan dan pendukungku  memang pintar. Tetapi masih tetap gampang  dibodohi, yang pintar, ya si Wowo itu, benar kata dia politik Indonesia tetap pakai gaya lama, politik transaksional. Kenapa kini aku lebih condong ke si Wowo ya, mengikuti sikap politiknya transaksional daripada ke orang-orang partai yang sebelumnya mengusungku, apalagi dengan tindakan  si Imin yang terlalu napsu mengajukan 10 menteri dari partainya". pikirnya dalam hati.

O : Ongkos politik pada pilpres lalu begitu besar tak sedikit peran rakyat kecil membantunya tidak hanya tenaga tetapi juga dana. Jumlahnya si tidak terlalu besar dibandingkan dengan dana kampanye yang datang dari para pengusaha Tionghoa. Konon, dari kabar burung yang dia dengar, entah benar atau tidak dengan terpilihnya dia  jadi presiden ke-7 telah berjasa untuk mereka dari terbebasnya tuntutan pembubaran pekerja outsourcing.

"Rasanya, aku tak tega sama buruh-buruh itu, tetapi mau diapakan lagi. Aku tak kuasa menolak rayuan maut para pengusaha Tionghoa yang dengan halus memintaku agar tetap terus melanjutkan sistem kerja outsourcing, dengan harapan mereka membantuku pada penacalonan pilpres",  ujarnya getir.

K : Keputusannya menunjuk seseorang untuk menjadi tim penasehatnya sudah dipikirkan dengan matang, tanpa ada intervensi. Apa yang sudah menjadi keputusannya adalah suara bulat meski harus menemui jalan terjal, ditentang oleh relawan dan pendukungnya. A.M Hendropriyono dan Rinni Sumarmo (dulu Rini Suwandi) telah dipilih olehnya menjadi bagian tim penasehatnya. Penunjukan kedua orang tersebut ditentang oleh pelbagai kalangan, salah satunya Putri Widji Tukul yang protes atas penunjukan A.M. Hendropriyono.

"Tak ada yang salah dengan penunjukan A.M. Hendropriyono dan Rini Sumarmo. Itu kan baru dugaan, belum tentu benar A.M. Hendropriyono terlibat. Aku tidak terlalu peduli dengan siapa pun. Orang-orang yang aku pilih tidak terpaku pada satu latar belakang, asal orang itu profesional aku akan pilih", ucapnya pendek singkat.

O : Orang yang dia paling percaya selain Ibu dan Istriknya adalah Megawati. Perjuangan Megawati  telah memberi inspirasi untuk perkembangan politiknya. Dia jadi seperti sekarang ini (presiden) tentu tak akan terlepas dari peran Megawati. Maka dari itu,dia tak pernah kecewa jika disebut petugas partai oleh Megawati.

"Mau petugas partai, mau disebut presiden boneka, Aku tak peduli,  yang penting buatku jangan sampai aku menyakitinya, Aku takut di SBY kan, nantinya jadi runyam",  Tandasnya dengan serius.

W : Wajar saja bila ada orang-orang yang merasa kecewa dengan tindakannya. Namun demikian, dia pun mulai berpikir realitis bahwa kondisi sekarang yang sudah ditetapkan menjadi presiden akan berbeda dengan situasi dulu. Sebagai presiden, segala sesuatu tergantung pada keputusannya. Tidak semua keputuannya diamini oleh  semua tuntutan masyarakat. Kalau semua tuntutan masyarakat dituruti, bisa-bisa dia kena stroke. Dia tak mau melewati jadi presiden membawa beban dan dalam keadaan papa.

"Banyak orang kecewa terhadapku, aku tak peduli. Kalau aku selalu peduli sama orang, kapan aku bekerjanya. Benar juga kata si Wowo, bahwa hidup ini sekali-kali harus tegaan. Kalau tidak begitu, kapan ada keberanianku mencabut  subsidi BBM", ucapnya tegas dan yakin.

I :  Ingin rasanya memenuhi hasrat birahi keinginan rakyat, tapi apa daya, dia hanya seorang manusia yang tidak lepas dari salah dan khilaf. Sebagai pemimpin sudah tahu harus menerima segala resikonya. Dia siap hujat, dan dicaci maki baik oleh pihak lawan, maupun kawan.

"Seorang presiden sederhana seperti aku ini rawan menerima hujatan dan cacian. Aku tak merasa heran, Aku anggap hal tersebut adalah hiburan yang paling indah dalam hidupku. Aku tak mau cengeng oleh keadaan. Aku harus tegar meski harus berhadapan dengan segala beban yang memikulku", ujarnya haru nan mantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun