"Mau petugas partai, mau disebut presiden boneka, Aku tak peduli, yang penting buatku jangan sampai aku menyakitinya, Aku takut di SBY kan, nantinya jadi runyam", Tandasnya dengan serius.
W : Wajar saja bila ada orang-orang yang merasa kecewa dengan tindakannya. Namun demikian, dia pun mulai berpikir realitis bahwa kondisi sekarang yang sudah ditetapkan menjadi presiden akan berbeda dengan situasi dulu. Sebagai presiden, segala sesuatu tergantung pada keputusannya. Tidak semua keputuannya diamini oleh semua tuntutan masyarakat. Kalau semua tuntutan masyarakat dituruti, bisa-bisa dia kena stroke. Dia tak mau melewati jadi presiden membawa beban dan dalam keadaan papa.
"Banyak orang kecewa terhadapku, aku tak peduli. Kalau aku selalu peduli sama orang, kapan aku bekerjanya. Benar juga kata si Wowo, bahwa hidup ini sekali-kali harus tegaan. Kalau tidak begitu, kapan ada keberanianku mencabut subsidi BBM", ucapnya tegas dan yakin.
I :Â Ingin rasanya memenuhi hasrat birahi keinginan rakyat, tapi apa daya, dia hanya seorang manusia yang tidak lepas dari salah dan khilaf. Sebagai pemimpin sudah tahu harus menerima segala resikonya. Dia siap hujat, dan dicaci maki baik oleh pihak lawan, maupun kawan.
"Seorang presiden sederhana seperti aku ini rawan menerima hujatan dan cacian. Aku tak merasa heran, Aku anggap hal tersebut adalah hiburan yang paling indah dalam hidupku. Aku tak mau cengeng oleh keadaan. Aku harus tegar meski harus berhadapan dengan segala beban yang memikulku", ujarnya haru nan mantap.