Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekali-Kali Kita Perlu di Tusuk Jarum

28 Oktober 2014   15:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

health.kompas.com

Selesai pelantikan, Siap-siap para menteri bakal menghadapi tugas berat, langsung tanpa menunda-nunda sesuai dengan ultimatum dari Presiden Jokowi yang meminta para pembantunya untuk secepat mungkin mendiagnosa penyakit, baik yang sifatnya ringan maupun yang sudah akut yang ada di kementerian masing-masing.

Ketika penyakitnya sudah diketahui, langsung saja tusuk jarum supaya darah dapat mengalir dengan lancar. Strategi ini dianggap dapat mempercepat program pelaksanaan  pemerintah. Tusuk Jarum yang dimaksud dalam  ilmu pemerintah dan politik adalah menemukan solusi apa yang menjadi penghambat, kemudian menyelesaikan langkah terbaik untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.

Strategi tusuk jarum berfungsi untuk memecahkan sumbatan akut yang selama ini menggerogoti kementerian kita. Sumbatan akut yang selama ini marak di kementerian, yakni persoalan mafia, baik migas maupun hukum. Selain urusan dengan mafia, yakni pemberantasan pungli yang masih terjadi baik di pemerintahan maupun di dunia usaha. Seperti halnya dalam dunia akunfunctur, tusuk jarum bila langsung diterapkan langsung pada titik urat dasar masalahnya, maka aliran permasalahan akan lancar dan kementerian berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan misinya.

Proses tusuk jarum akan berjalan efektif bilamana si empunya tubuh alias para menteri memiliki karakter kuat, tahan dari godaan dan tekanan dari dalam dan luar dirinya. Umpamanya, ketika ada proyek atau bisnis sebisa mungkin sang menteri tidak mudah tergoda untuk bermain-main dengan uang dan harga. Hendaknya menteri harus menjadi pengawas, kalau tidak mampu ajak KPK sebagai pengawasnya. Dengan demikian, tusuk jarum berjalan lancar karena ada proses transparansi keuangan dan tanggung jawab si menteri. Kerja menteri harus ditusuk jarum oleh dirinya sendiri bukan oleh lembaga pengawas, seperti KPK. Hal itu jauh lebih baik dan efektif daripada ditusuk jarum oleh KPK yang ujung-ujungnya jadi calon pesakitan di hotel prodeo.

Strategi tusuk jarum sangat tepat  dilakukan oleh pemerintah Jokowi mengingat selama ini publik mempercayai Jokowi sebagai simbolisasi dari revolusi mental, meskipun masih ada kekurangan disana sini. Namun demikian publik terlanjur percaya pada Jokowi. Jokowi dianggap bekerja lebih cepat, apalagi didukung oleh wakilnya JK, kemudian Jokowi memperoleh dukungan penuh dari rakyat lewat relawan-relawan yang menggurita tersebar dimana-mana. Terakhir, Jokowi adalah orang yang tidak peduli dengan pencitraan.

Revolusi mental yang akan dibangun Jokowi harus dimulai dengan tusukan jarum di beberapa kementerian, setelah lancar aliran darah (keuangan dan tanggung jawab) harus benar-benar diawasi agar jangan sampai keluar dari garis yang ditetapkan. Kalau semua itu berjalan dengan lancar, tidak lama lagi bangsa ini bebas dari cengkraman korupsi.

Untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi, semua warga harus bertanggung jawab dengan pekerjaan tanpa kecuali  Jokowi atau para menterinya juga. Tak ada salahnya sekali-kali tubuh kita merasakan di tusuk jarum, tentunya sekedar warning. Jika Jokowi  ditusuk pada bagian kepalanya, sementara para menterinya  di tubuhnya,  terakhir, rakyat pun kebagian, ditusuk di seluruh anggota tubuhnya. Dengan demikian, semuanya merasakan sakitnya ditusuk jarum. ya sudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun