Jokowi temui Prabowo. ©2014 merdeka.com/arie basuki
Tingkah laku para wakil rakyat makin hari makin memuakan, padahal mereka baru dilantik beberapa lalu. Semestinya para wakil rakyat menunjukan sikap dewasanya, tidak seperti anak kecil yang ngambek gara-gara tidak dikasih permen. Tapi memang seperti anak kecil seperti yang dikatakan Gus Dur Alm. Tengok saja, hanya karena tidak puas dengan pimpinan DPR yang dipimpin oleh KMP. Kubu KIH yang terdiri dari 5 partai membentuk DPR tandingan. Lucunya DPR tandingan dibentuk atas nama rakyat.
Rakyat yang mana? justru rakyat kecewa dengan tindakan DPR dari KIH ini. Hanya karena luapan kecewa dengan DPR, lalu dengan seenaknya membentuk DPR tandingan. Rakyat Indonesia malu dengan tingkah laku para dewan ini. Jokowi pun kian muak dengan anggota  DPR dari KIH yang tak dapat menerima kekalahan. Tingkah laku mereka akan menghambat upaya Jokowi menjalankan roda pemerintahan yang baik.
Jokowi dan pimpinan DPR dari KMP sudah bersepakat berdamai, bahkan salah satu wakilnya, Fadli Zon meminta tanda tangan Jokowi di buku pribadinya, begitu pun dengan Fahri Hamzah sudah mulai membaik membatasi kritik terhadap Jokowi. Tapi sebaliknya, kubu KIH sepertinya masih curiga dengan tindak-tanduk politik dari KMP. Dan sebagian mereka, terutama dimotori oleh PDIP seperti tidak terlalu berharap hubungan Jokowi dan KMP berjalan baik.
Jokowi jelas malu dengan Prabowo. Jika Prabowo dan segenap pimpinan partai KMP ditambah dengan pimpinan DPR sudah legowo dan mengakui dengan sah bahwa Jokowi adalah Presiden RI 2014-2019. Pengakuan Prabowo disambut baik oleh Jokowi dengan tulus dan ikhlas. Bahkan seorang Megawati saja memberi dukungan penuh baik kepada Jokowi maupun kepada Prabowo. Dalam sebuah pernyataanya Megawati menyebut pertengkaran Jokowi dan Prabowo adalah ibarat pertengkaran kakak dan adik. Pertengkaran tersebut baru dapat diakhiri jika salah satu dari keduanya saling mengalah. Jokowi dimisalkan sebagai adik datang menemui sang kakak, lalu dia minta maaf. Dan sang kakak pun memberi maaf untuk sang adik, dan berjanji untuk menghadiri pelantikan sang adik.
Terbukti sang kakak hadir pada pelantikan, sang adik sangat senang kehadiran sang kakak dan juga teman-temanya yang dulu menentangnya. Kemesraan Jokowi dan Prabowo seperti digambarkan hubungan kakak dan adik tidak tercermin dari anggota DPR dari Koalisi Indonesia Hebat. Mereka masih tetap memandang gerakan dari KMP sebagai upaya rencana  penggulingan Jokowi dengan dihubungkan oleh kekalahan mereka pada pemilihan di tiap-tiap  komisi. Sangat absurd pemikiran mereka itu. Kekalahan mereka di tiap komisi disebabkan jumlah KMP lebih banyak dari KIH, disamping itu sebagian anggota DPR dari PPP masih mendukung langkah KMP. Jadi tidak usah diartikan macam-macam.
DPR tandingan yang dibentuk oleh KIH adalah ilegal dan inkonstitutional. Tindakan mereka mencerminkan ketidakdewasaan mereka sebagai wakil rakyat. Sebagai wakil rakyat harusnya lebih paham bahwa perbedaan pendapat itu adalah legal dan sah, tetapi tidak berarti harus membentuk DPR tandingan. Megawati, Jokowi dan para pimpinan parpol pengusung Jokowi sudah mulai muak dengan KIH ini. KIH yang tadinya diharapkan jadi Koalisi Indonesia Hebat malah menjadi antitesa menciptakan Koalisi Indonesia Hancur. Akhirnya kita hanya prihatin dengan KIH ini. Kiihan sia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H