Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembalikan Selokanku

28 November 2014   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cah ketawang. org

Fungsi dari selokan atau got adalah menampung dan mengalirkan air dari limpahan limbah rumah tangga dan air hujan. Tapi entah kenapa di tangan orang-orang yang tak bertanggung jawab, keberadaan selokan berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah, dan lebih parah lagi banyak bangunan didirikan di atas selokan, sehingga tak aneh di musim hujan banyak terjadi caleuncang, genangan air kecil.

Tidak hanya cileuncang saja kalau tidak segera diperbaiki. Kemungkinan menimbulkan banjir, apalagi kalau selokan itu berdekatan dengan bibir sungai akan menimbulkan lebih buruk lagi, seperti halnya yang terjadi di kampung Pulo, Jakarta. Acapkali setiap terjadi hujan deras di Bogor, Kampung Pulo selalu kena getahnya karena dapat kiriman air bah.

Tahun 1970 dan 1980 dimana belum banyak penduduk, keberadaan selokan benar-benar memenuhi fungsi sebagai sarana aliran air, dan tak usah heran selokan saat itu bersih dan ada beberapa yang jernih. Ikan-ikan genot atau impun menari-nari riang membuat setiap orang kagum menatapnya, tidak hanya ikan-ikan, serangga, kadal, kodok, dan sesekali ular menghimpun membentuk simbiosisme mutualisma alam di selokan.

Sampai dengan tahun 90-an awal, kita masih menikmati keindahan selokan kita. Memasuki 90-an akhir perlahan-lahan fungsinya mulai terusik oleh segelintir orang yang tak bertanggung jawab saat mengadakan pembangunan besar-besaran rumah, kantor, dan pertokoan yang berdekatan dengan selokan. Puing dan bahan adukan semen menutupi aliran air.

Memasuki satu dawarsa perjalanana satu abad milenium, selokan kita makin tidak berdaya sebab bukan hanya puing tanah, sisa adukan semen, tetapi sampah plastik yang susah diurai memenuhi selokan, hingga tak sedikit ruang untuk selokan mengalirkan air. maka tak usah heran, di setiap musim penghujan jalanan di beberapa wilayah kota.

Bukan Monopoli Jakarta

ryandikapunya.blogspot.com

Masalah selokan mampet bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga hampir terjadi di seluruh kota besar di Indonesia, bahkan terjadi juga di beberapa kota kecil. Namun karena Jakarta sebagai ibukota tentunya akan menjadi perhatian utama bagi masyarakat luar sana.

Selain Jakarta, tentu saja kota-kota di Bali akan menjadi titik perhatian utama, mengingat Bali adalah daerah wisata. Sekecil masalah apapun yang terjadi akan menjadi sorotan. Tentu masih ingat, beberapa waktu lalu, Bali disorot lantaran banyak sampah di pantai. Begitu pun bila masalah selokan mampet hingga menyebabkan caleuncang tentu Bali akan mendapat bully. Predikat Bali sebagai kota wisata akan diperdebatkan.

Permasalahan yang terjadi dari selokan mampet di  Indonesia sebagai akibat dari pertambahan penduduk, selain itu disebabkan karena ketidakpedulian masyarakat terhadap fungsi dan manfaat selokan. Selokan dianggap sebagai aksesoris, bukan lagi sebagai fasilitas vital yang tentunya perlu dijaga keberadaannya.

Hidung Mampet

anisherbal.com

Fungsi selokan yang begitu penting seharusnya menjadi perhatian utama untuk menjaganya. Bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi setiap individu adalah wajib menjaga dan memeliharanya.

Perlakukan selokan kita seperti halnya memperlakukan hidung kita. Bagaimana rasanya bila hidung kita mampet tentu rasanya tidak enak  bukan, Nah begitu pula yang terjadi dengan selokan kita.

Hidung mampet gampang mengobatinya, tinggal pergi ke dokter, minum obat, tunggu beberapa hari sembuh, kalau selokan mampet obatnya hanya satu kesadaran manusia terhadap pentingnya selokan. Maka dari itu, mari kita ulurkan tangan dan kaki untuk menyelamatkan selokan kita, Kembalikan selokanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun