3gp. blogspot.com
Kata suku lebih identik dengan bahasa. Suku Sunda artinya masyarakat dalam suku tersebut berbahasa Sunda, begitu pun dengan Suku Jawa, Batak dan yang lainnya. Ada juga orang bersuku Sunda tetapi tidak bahasa Sunda. Hal tersebut tidak masalah selama orang tersebut memiliki darah Sunda dari orang tuanya. Ada ribuan orang Sunda di Indonesia, tidak berbahasa Sunda. Mereka tidak berbahasa Sunda disebabkan karena kecelakaan budaya. Lingkungan tempat tinggal dan bekerja tidak menggunakan  Bahasa Sunda dalam proses komunikasinya sehari-hari.
Apakah ada suku tidak identik dengan bahasa ? jawabannya ternyata ada. Contohnya suku Baduy di Banten. Mereka tidak punya bahasa Baduy. Bahasa yang mereka gunakan bahasa Sunda. Contoh lainnya, yang mirip kasus-kasus seperti suku Baduy pun banyak, misalnya Suku Samin di Jateng, atau Tengger di Jatim.
Bagaimana dengan suku Betawi? apakah pantas disebut suku? jawabannya ternyata pantas. Jelasnya karena bahasa yang digunakan sudah menunjukan identitas haknya sebagai prasyarat sebuah suku. Hanya saja, kalau dibandingkan dengan suku Sunda dan Jawa yang rasanya original. Suku Betawi dapat digolongkan suku nano-nano alias campuran.
Pada awalnya suku Betawi adalah suku Sunda menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa. Pada saat itu kerajaan  diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera, peristiwa tersebut, rada mirip dengan kasusnya Jawa Banten. Maka terjadilah percampuran budaya. proses saling mengalahkan terjadi. Orang-orang Sunda perlahan dan pasti menyingkir ke luar wilayah Sunda Kelapa karena kalah oleh orang-orang Sriwijaya yang berakar bahasa Melayu.
Selama dikuasai kerajaan, bahasa Melayu mulai mendominasi bahasa percakapan sehari-hari menggantikan posisi bahasa Sunda. Proses tersebut berjalan bertahun-tahun hingga kedatangan Belanda pada awal abad ke-20. Dan Belanda yang pertama kali menyebutnya Suku Betawi. Tujuannya untuk membedakan dengan suku Sunda. Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. (sumber ; Info Budaya, mengenal Betawi).
Karena Sunda Kelapa (Jakarta) dikenal sebagai pusat perdagangan dan peperangan, Maka orang-orang yang berasal dari daerah lain berdatangan ke Jakarta, Mereka tidak sekedar datang, tetapi juga ada yang menikah dengan penduduk setempat. Disinilah timbul, apa yang disebut akulturasi budaya. Selain Sunda dan Melayu yang sudah menetap terlebih dahulu, suku-suku lain, seperti Jawa, Bugis, Flores, Banda, dan juga Ambon.
Selain mendapat masukan dari suku-suku di Nusantara. Suku Betawi menerima pinangan dari suku Tionghoa (Hokian) dan Arab. Kata-kata Gua, Lu, Gocap, Gopek, dan masih banyak yang lainnya berasal dari Bahasa Tionghoa. Sementara dari Bahasa Arab diperoleh Ane, Ente, dan sebagainya. Ada juga bahasa Betawi dapat masukan dari bahasa Eropa, seperti Belanda dan Portugal. Untuk lebih jelas, seberapa persenkah kata-kata serapan dari bahasa lain yang menambah kosakata bahasa Betawi. dapat dilihat dari informasiweb Jakartapedia.com.
Menurut Jakartapedia, bahwa Bahasa Betawi mendapat serapan dari beberapa bahasa:
Salah satu dampak kontak itu adalah penyerapan kata-kata asing ke dalam Bahasa Melayu.Persentase jenis kosakata dalam Bahasa Melayu Betawi dapat didasari pada dua sumber data. Kamus Wörterverzetchnis des Omong Djakarta karya Hans Kähler (1966) menunjukkan bahwa 35,21% kosakata Bahasa Melayu Betawi berasal dari Bahasa Melayu, 22,05% dari Bahasa Jawa-Sunda, 18,37% Bahasa Jawa, 8,64% Bahasa Sunda, dan 15,73% dari bahasa Bali, Sasak, Lampung, Madura, Batak, Cina, Arab, Portugis, Inggris, Belanda, dan Sanskerta (Muhajir 1999:68). Sumber lain, Daftar Kosakata Swadesh, mencatat 93% kata-kata Betawi yang dihimpunnya sama dengan kosakata BahasaIndonesia yang berarti juga berasal dari Bahasa Melayu. Sisanya, 7% berasal dari Bahasa Jawa, Sunda, Bali dan Cina (Muhajir (1999:61). Walaupun kosakata bahasa Cina yang diserap tidak banyak, tetapi kuantitas penggunaannya cukup mencolok karena berhubungan dengan penyebutan uang dan kata sapaan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Dalam kontak bahasa antara penduduk Batavia yang berbahasa Melayu dengan bangsa lain, penggunaan kata-kata dari bahasa asing itu terasa perlu, karena ketiadaankonsep tentang hal baru dalam Bahasa Melayu. Dengan demikian, terjadilah penyerapan kata-kata dari bahasa asing itu.
Betawi dikatakan sebagai suku adalah sah, karena sudah menyajikan bahasa yang mampu membedakan dengan bahasa yang lain, terlepas dari banyaknya kata serapan dari bahasa lain. Bangsa Indonesia perlu belajar dari suku Betawi, lewat bahasa, mereka telah menyajikan akulturasi budaya yang maha penting.
Bahasa Betawi dapat digolongkan sebagai bahasa kreolnya (pasarnya) Indonesia. Bagi orang Betawi tak perlu malu. Bahasa Inggris saja yang saat ini jadi bahasa populer di dunianya awalnya  bahasa kreol juga karena sebagian besar kata serapan pada bahasa Inggris adalah serapan dari Bahasa Perancis, Jerman, Walsh, Skotlandia, dan Romawi Kuno. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H