Mohon tunggu...
Rido Nababan
Rido Nababan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Creative Copywriter | Content Writer | Teacher

Hanya menuliskan pikiran dan perasaan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen Romantis: Kenangan Bersama Cinta

19 November 2023   22:25 Diperbarui: 19 November 2023   22:31 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cerpen: Kenangan Bersama Cinta

Karya: Rido Yusup Nababan

Pagi itu, matahari terbit dengan lembut, menerangi kamar kami yang penuh dengan cahaya kuning hangat. Aku terbangun dari tidurku, menemukan diriku berada di dalam selimut yang hangat, dan senyum perlahan menghiasi wajahku. Di sebelahku, tidur pulas adalah orang yang telah mengisi hidupku dengan kebahagiaan selama lebih dari dua puluh tahun: istriku, Claudia.

Aku mencium lembut rambutnya yang berantakan dan mencoba untuk tidak membangunkannya. Kami telah merencanakan hari ini sebagai hari khusus, waktu untuk menghabiskan momen bersama tanpa gangguan dari rutinitas sehari-hari kami. Ini adalah momen-momen seperti ini yang membuat hidup itu indah.

Setelah berhati-hati menyusup keluar dari tempat tidur tanpa membuat suara berisik, aku berjalan ke dapur untuk memulai sarapan pagi. Aku tidak bisa memasak sebaik Claudia, tetapi aku berusaha keras. Mengambil bahan-bahan yang sudah disiapkan semalam, aku memulai dengan menggoreng telur dan mengiris daging.

Saat kudengar langkah kaki lembut mendekat, aku tahu Claudia sudah bangun. Dia muncul di pintu dapur dengan rambut yang masih berantakan, tetapi matanya bersinar dengan cinta dan senyum yang menghangatkan hatiku.

"Apa yang sedang kau masak, sayang?" tanyanya sambil merangkul pinggangku dari belakang.

Aku menoleh dan mencium bibirnya dengan lembut. "Sarapan pagi yang luar biasa untuk istriku yang luar biasa."

Dia tersenyum, dan kami pun makan bersama dengan perasaan bahagia yang meluap-luap.

Setelah sarapan, kami memutuskan untuk pergi ke taman bermain yang terletak tidak jauh dari rumah kami. Kami tidak memiliki anak, tetapi kadang-kadang kami suka bermain-main seperti anak-anak sendiri. Saat kami tiba di sana, taman bermain sepi, dan kami memiliki seluruh tempat untuk diri sendiri.

"Bagaimana kalau kita bermain ayunan dulu?" usulkan Claudia sambil menunjuk ke tumpukan ayunan yang berderet.

Aku setuju dengan senang hati, dan kami berdua berlomba menuju ayunan terdekat. Saat aku duduk di ayunan dan mulai mengayuh maju-mundur, aku merasa perasaan bebas seperti anak kecil lagi. Claudia bergabung dengan saya di ayunan yang berdampingan, dan kami tertawa dan berbicara seperti dua orang muda yang sedang berkencan.

Tiba-tiba, salah satu tali ayunanku putus, dan aku jatuh ke tanah dengan canggung. Claudia melepaskan tawanya yang riang, dan aku berguling-guling di rumput dengan wajah merah.

"Kau baik-baik saja, sayang?" tanya Sarah sambil menawarkan tangannya untuk membantu aku berdiri.

Aku menerima tawarannya sambil tetap tertawa. "Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit malu karena terjatuh di hadapanmu."

Claudia mencium pipiku dengan lembut. "Tidak apa-apa, itu hanya membuatmu semakin menawan."

Kami melanjutkan petualangan kami di taman bermain, mencoba perosotan, jungkat-jungkit, dan bermain-main seperti anak-anak. Saat matahari naik lebih tinggi di langit, kami merasa bahagia dan bebas seperti dua remaja yang merayakan cinta mereka.

Setelah bermain-main, kami memutuskan untuk makan siang di rumah makan nasi padang favorit kami. Kami duduk di sudut yang tenang dan memesan makanan kesukaan kami. Saat makanan tiba, kami saling mencuri makanan satu sama lain, menciptakan momen-momen lucu yang membuat kami tertawa.

Tiba-tiba, seseorang di meja sebelah kami terjatuh dari kursinya. Aku melompat bangkit, siap membantu, tetapi kemudian aku menyadari bahwa orang itu adalah diriku sendiri. Aku telah tergelincir di bawah meja dan menyebabkan kebingungan di rumah makan itu. Claudia terbahak-bahak melihatku berusaha bangkit dan aku pun ikut tertawa.

Setelah makan siang, kami pergi ke taman bunga yang indah di dekat rumah makan. Kami berjalan-jalan di antara berbagai macam bunga yang bermekaran, dan aku mengambil kesempatan untuk membeli bunga favorit Claudia dari penjual bunga lokal. Dia tersenyum dan menciumku dengan lembut saat aku memberikannya padanya.

Kami berdua duduk di bawah pohon besar di taman itu, menikmati bunga-bunga yang indah dan berbicara tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan kami. Saat matahari mulai tenggelam, kami merenungkan hari yang indah yang telah kami habiskan bersama.

"Terima kasih atas hari yang luar biasa ini, sayang," kata Claudia dengan tulus.

Aku memeluknya erat-erat. "Terima kasih atas dua puluh tahun yang luar biasa bersamamu, sayang."

Kami pulang ke rumah dengan senyuman di wajah kami, dan aku tahu bahwa hari ini akan menjadi kenangan yang akan kami simpan selamanya. Hidup kami mungkin telah berubah seiring berjalannya waktu, tetapi cinta kami tetap sama kuatnya, dan setiap hari bersamamu adalah anugerah yang tak tergantikan.

#cerpen #romantis #kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun