Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Cara Mengatasi Anak Manja

25 Januari 2018   16:12 Diperbarui: 25 Januari 2018   18:35 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat yang manja yang berlebihan dapat menimbulkan bagi perkembangan anak kelak. Jadi bagaimana untuk mengatasi anak yang manja.

Semua orangtua di dunia ini pasti sayang dengan anaknya, maka orangtua pun akan memberikan segala yang diminta oleh anak, membiarkan anak melakukan kesalahan karena tidak tega untuk memarahi mereka. Hal tersebut merupakan tindakan yang kurang tepat, sebab rasa sayang yang disalurkan dengan tidak tepat akan mempengaruhi perkembangan anak dan salah satunya adalah anak memiliki sifat manja yang berlebih. 

Anak yang merengek, menangis, hingga tingkahnya yang membuat orangtua jengkel merupakan hal yang wajar jika anak pernah melakukan semua hal tersebut. Namun hal tersebut menjadi masalah adalah sikap orangtua dalam menghadapi tingkah laku anak. Sering kita temukan dalam masyarakat bahwa orang tua memiliki sikap yang tidak tegas, tidak konsisten, tidak disipin serta lembek dalam menghadapi anak.

Cara Menagatasi Anak Manja

Anak yang memiliki sifat manja akan melakukan segala cara yang akan dilakukan untuk mendapatkan segala yang dia inginkan. Dan ketika keinginan tersebut tidak dipenuhi, maka anak akan dengan sengaja akan mengamuk, marah, menangis, merengek hingga menendang atau memukul. Lalu untuk mengatasi sifat manja anak yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah sebagai berikut.

1. Konsisten dengan ucapan yang dikeluarkan

Ketika anak menginginkan sesuatu dan oleh orangtua tidak dituruti kemauannya, maka anak biasanya akan menangis, merengek dan mengamuk karena tidak dipenuhi kemauannya. Namun saat itu juga, orangtua akan merasa kasihan dan tidak tega jika tidak memenuhi keinginan anak. Pada akhirnya orangtua pun memenuhi keinginan sang anak.

Perilaku tersebut merupakan tidak konsistennya orangtua terhadap yang dia ucapkan. Jika perilaku orangtua seperti ini maka anak akan berpikir ketika keinginannya tidak dipenuhi maka dia akan melakukan perilaku menangis, mengamuk atau merengek lagi pasti keinginannya akan dipenuhi.

Bila anak itu menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi maka biarkan saja dia menangis lalu bicara secara baik-baik kepada anak dan berikan penjelasan serta pengertian kepada anak kenapa tidak bisa memenuhi keinginannya.

2. Memberi penjelasan yang dapat dimengerti oleh anak

Memberi penjelasan sangatlah penting ketika orangtua tidak bisa memenuhi keinginan anak. Anak-anak memiliki hak untuk menangis, kecewa atau sedih ketika keinginannya tidak terpenuhi, maka peran orangtua haruslah menjelaskan secara gamblang sehingga nantinya anak akan mengerti akan situasi dan kondisi yang terjadi. Setelah itu anak akan lebih mudah untuk mengatasi kesedihannya dan mengerti kapan dia harus meminta kembali keinginannya.

3. Memberikan pujian

Ketika anak melakukan kebaikan, maka berikanlah pujian kepada anak tersebut sekecil apapun kebaikan yang dia lakukan. Pujian yang diberikan ini menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi anak untuk melakukan kebaikan selanjutnya. Tidak harus selalu pujian dengan kata-kata, namun orangtua juga bisa melakukan itu dengan tindakan-tindakan kasih sayang misalnya dengan memberikan acungan jempol atau memeluknya hingga ciuman kepada anak ketika anak berbuat kebaikan. Dengan tindakan seperti itu anak akan termotivasi melakukan kebaikan selanjutnya dan juga akan merasakan kasih sayang dari orangtuanya.

4. Memberi hukuman

Memberikan hukuman tidak selalu berdampak buruk kepada anak. Memberikan hukuman pada waktu yang tepat merupakan sebuah pelajaran bagi anak agar tidak mengulangi hal yang buruk dilakukan kembali

5. Melibatkan dalam kegiatan sosial

Melibatkan anak dalam kegiatan sosial merupakan sebuah pembelajaran bagi anak dalam berbagi, belajar dalam berkomuikasi, serta mengontrol akan ego yang ada pada dirinya. Selain itu pula anak akan belajar akan moral serta pelajaran hidup yang belum didapatkan selama dia hidup. Misal anak akan mengerti akan bersyukur jika dia mendatangi panti anak yatim, bahwa dia lebih beruntung dari teman-temannya yang berada di panti anak yatim tersebut.

6. Menunjukan dan Menjelaskan perilaku yang baik dan buruk pada anak

Menunjukkan serta menjelaskan perilaku baik dan buruk terhadap anak merupakan kewajiban bagi orangtua. Orangtua dapat menjadi teladan bagi anak untuk menunjukkan perilaku yang baik serta menjelaskan kenapa harus berprilaku baik sehingga anak akan mencontoh dan melakukan perilaku tersebut. 

Begitupun dalam menunjukan perilaku yang buruk orangtua jangan pernah melakukan perilaku buruk didepan anaknya, karena perilaku tersebut bisa diikuti oleh anak. Maka tunjukkanlah perilaku buruk melalui contoh-contoh melalui dongeng maupun lingkungan sekitar dan jelaskan akibat jika melakukan perilaku buruk, sehingga anak akan menjauhi perilaku-perilaku yang buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun