Mohon tunggu...
Riditya Adi Agusta
Riditya Adi Agusta Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Pertanian

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

[Pangan 2019] Hari Pangan Sedunia 2019 terhadap Pengaruh Gizi Buruk di Indonesia

30 Oktober 2019   09:33 Diperbarui: 30 Oktober 2019   09:47 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pangan sedunia erat kaitannya dengan pertanian, tak heran jika hari pangan sedunia merupakan suatu ajang dimana mereka para tokoh pertanian berinovasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tanggal 16 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia.

 Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Hari pangan sedunia adalah untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah serta petani dan membangun koordinasi fungsional yang efektif, dengan melibatkan seluruh komponen pemeritahan dan masyarakat, dalam mempertahankan kedaulatan pangan nasional di Indonesia.

Namun penulis sebagai seorang mahasiswa pertanian tentu akan berfikir kritis tentang opini yang terwujud setelah diadakanya hari pangan ini. Indonesia sendiri memiliki berbagai sumber daya alam yang sangat melimpah. 

Terutama dalam hal pangan sehingga sudah semestinya pemerintah mampu untuk mengelolanya dengan sebaik mungkin untuk kesejahteraan rakyat agar tidak terjadi kelaparan di beberapa daerah tertentu bahkan daerah kota sekalipun. Menurut data dari Global Hunger Index 2018, Indonesia dinilai memiliki masalah kelaparan tingkat serius yang memerlukan perhatian lebih.

Dalam laporan tersebut, lembaga nirlaba Welthungerhilfe dan Concern Worldwide menghitung indeks global kelaparan berdasarkan empat indikator. Di antaranya adalah kasus kurang gizi dari populasi penduduk, stunting pada anak usia di bawah 5 tahun, kematian anak di bawah usia 5 tahun, dan anak usia di bawah 5 tahun yang tidak dirawat dengan baik. Adapun indeks kelaparan di Indonesia mendapat skor 21,9 dan berada pada tingkat serius untuk ditangani.

Fenomena kemiskinan dalam bentuk busung lapar dan kelaparan yang terjadi di Indonesia justru menjadi aneh karena negara kita ini adalah negara agraris. Masalahnya terdapat pada sistem yang diterapkan di negara ini Kapitalisme, sistem kapitalisme tidak memiliki konsep distribusi yang jelas. Akibatnya tidak semua orang mampu mengakses pangan. Sehingga distribusi pangan mengikuti mekanisme pasar. 

Tak lain Lepas tangan pemerintah dalam distribusi pangan, membuka lebar peluang bermainnya para mafia pangan, mulai dari penimbunan, sehingga berimpas pada masyarakat kecil.

Indonesia perlu mewujudkan kedaulatan pangan maka dibutuhkan perombakan sistem dalam pengelolaan pangan, sehingga sistem pertanian Indonesia bisa dicapai dengan cara, Negara bisa menjamin distribusi pangan secara merata dan terjangkau hingga pelosok negri kemudian mendorong agar masyarakat mau dan mampu menghidupkan tanah yang mati. 

Caranya, Pemerintah memberikan tanah secara cuma-cuma kepada mereka yang mampu bertani tetapi tidak memiliki tanah. Sebaliknya, pemerintah harus mengambil tanah secara paksa terhadap mafia pangan.  namun semua cara tersebut harus melibatkan pemerintah termasuk kerjasama para menteri.

Semoga setelah diadakanya gelaran Hari Pangan Sedunia 2019 berharap kepada pemerintah untuk bisa mengurangi angka kelaparan dan kemiskinan yakni dengan menjalin kerjaasama antara pemerintah dengan masyarakat kecil yang berperan sebagai petani dan bisa menikmati hasilnya serta menjamin kebutuhan pokok setiap individu rakyat di antaranya adalah kebutuhan pangan. 

Dengan Sistem yang baik maka akan menghasilkan tujuan yang baik pula. Semoga pembaca bisa memaknai karya penulis untuk terus berkarya demi tujuan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun