Perjalanan itu berakhir pada 12 Januari 1922. Hatta dan Dahlan kembali ke Nederland dengan melalui Munchen. Melihat keindahan Negara Austria dengan gunung-gunungnya yang penuh dengan salju dari dalam kereta. Perjalanan yang cukup panjang mereka tempuh, setelah Munchen mereka juga melewati beberapa kota lainnya seperti Frankfurt, Koin, Arnhem, Utrecht, dan pada pukul 22.00 mereka tiba di Amsterdam. Dahlan Abdullah sudah berjanji untuk menemui beberapa orang di Amsterdam, Hatta pun ikut turun dan merasa senang bisa berkenalan dengan orang baru dan bisa menikmati indahnya Kota Amsterdam sebagai Ibukota Nederland. Ibukota yang cukup ganjil, sebab kantor-kantor pemerintahan, seperti parlemen dan departemen pemerintah, semuanya berada di Den Haag. Meski sebenarnya singgah di Amsterdam juga memberikan kesan yang kurang enak bagi Hatta dan Dahlan. Yaitu ketika mereka keesokan harinya berjalan melewati Vondelpark. Sekumpulan anak-anak nakal berusia 15 tahunan meneriaki Hatta dan Dahlan dengan sebutan "Chinais" sambil membombardir dengan bola-bola salju. Sehari setelahnya, mereka melanjutkan perjalanan pulang menggunakan kereta. Dahlan Abdullah turun di Leiden, dan Hatta terus melanjutkan perjalanan ke Rotterdam.
Di meja Hatta sudah tergelatak dua pucuk surat. Sebuah surat merupakan pemberitahuan dari Stasiun Rotterdam bahwa ada sebuah paket untuk Hatta yang datang dari Hamburg. Paket itu adalah buku-buku yang Hatta beli saat berkunjung ke Hamburg beberapa minggu yang lalu. Surat kedua adalah surat dari Mr. Joekes, bendahari Van Deventer Stichting. Isinya menjelaskan bahwa Van Deventer Stichting memperkenankan Hatta untuk memperoleh beasiswa selama dua tahun lamanya dimulai dari Juli 1921. Dalam surat itu Mr. Joekes mengatakan apabila Hatta sudah kembali dari vakansi, hendaklah Hatta datang ke rumahnya di Den Haag untuk membicarakan cara menyampaikan beasiswa tersebut. Sore itu juga Hatta pergi ke stasiun untuk mengambil paket buku-uku yang datang dari Hamburg.
Keesokan harinya, Hatta pergi ke Den Haag untuk menemui Mr. Joekes. Setelah Hatta memperkenalkan dirinya, Mr. Joekes mengajukan beberapa pertanyaan tentang keadaan di Jerman sebagaimana Yang telah Hatta alami dalam vakansi kemarin. Mr. Joekes juga mengatakan bahwa beasiswa itu untuk sementara diberikan untuk dua tahun, dan selanjutnya akan dilihat lagi jika perlu untuk disambung sekiranya Hatta meneruskan pelajarannya untuk ujian doktoral ekonomi. Ia menganjurkan Hatta untuk membuka rekening pada pos dan jabatan giro sehingga tiap-tiap bulannya uang itu dapat dikirim langsung kepada Hatta. Tiap bulannya, Hatta akan menerima f 66,66. Untuk pertama kali, Hatta akan menerima f 400 untuk enam bulan ke depan. Sekembalinya ke Rotterdam, Hatta langsung pergi untuk membuat rekening pos dan giro. Beberapa hari kemudian kantor pos memberitahukan bahwa nomor rekening tersebut sudah siap. Hatta langsung memberitakannya kepada Mr. Joekes, dan pada beberapa hari di bulan Januari itu pula Hatta menerima beasiswa enam bulan pertamanya.
Bersamaan dengan itu juga Hatta menerima wesel pos dari surat kabar Neratja di Indonesia, yaitu mengenai honorarium Hatta yang sudah mengirim tiga karangan untuk Neratja. Tiga kiriman itu dihargai sebesar f 50. Penerimaan honorarium itu membuat Hatta semakin bersemangat untuk melanjutkan mengirimkan karangannya bagi Neratja. Juga karena Hatta memiliki banyak hal yang hendak ia bahas yang merupakan pengalaman dari apa yang ia temui sepanjang perjalanannya di Belanda, Jerman dan Eropa Tengah. Semenjak kembali dari Eropa Tengah, Hatta jadi semakin rajin belajar. Terutama dalam mata kuliah Tata Negara yang disampaikan oleh Prof Van Oppenheim, sebab ia menyampaikannya dengan cara yang sangat menarik.
Sumber : Buku Trilogi Drs. H. Mohammad Hatta - Penerbit Kompas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H