Berempati terhadap musibah dan kesakitan saudara kita, itu adalah sebuah keharusan karena merupakan bagian dari kemanusiaan yang tidak bisa kita lepaskan. Tapi tidak perlu menjadikannya terdengar berlebihan atau bahkan sampai sangat nampak bahwa kalian menggunakan peristiwa itu hanya untuk mendulang keuntungan pribadi.Â
Buatlah konten yang lebih kreatif dan menarik, jangan malah menjadikan kesusahan dan kesakitan saudaramu sebagai alat bagimu untuk memperoleh ketenaran.Â
Saya paham, kita semua ingin dikenal dan dikenang. Kita semua ingin tampil dan diakui keberadaannya di negeri ini, di bumi ini. Tapi cobalah gunakan cara lain.
Lahirkanlah cipta dan ciptakanlah karya. Yang dengan karya itu, kamu bukan hanya dikenal dan dikenang, tapi juga kamu memberikan kontribusi dan manfaat bagi hidup dan kehidupan.Â
Namun untuk itu, kamu harus sejenak meninggalkan ranjang kenyamanan dan kemalasanmu. Kamu harus  memberikan dirimu waktu untuk belajar dan berlatih, mempersiapkan dan memperlayak dirimu untuk bisa memberikan kontribusi dan manfaat bagi kehidupan.Â
Untuk meraih hal itu kamu harus mengalami pahit dan beratnya pembelajaran, keras dan panasnya latihan. Kamu harus mengalami sebuah tempaan, dimana tempaan itulah yang akhirnya akan menjadikanmu memiliki bentuk. Bentuk diri, bentuk cipta dan menciptakan karya.
Tidak mungkin kamu bisa menciptakan sebuah karya tanpa harus melalui pembelajaran dan pelatihan. Sebagaimana seekor ulat takkan pernah bisa menampilkan keindahan tanpa melalui proses penempaan dan pembentukkan di dalam kepompong sehingga menjadi kupu-kupu.Â
Marilah kawan, kita belajar dan berlatih bersama. Untuk bisa menciptakan karya dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan ini. Hal itu jauh lebih bernilai dari sekedar kamu mengejar popularitas semu belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H