Pada liburan Natal dan perpisahan tahun dari 1921 ke 1922. Hatta bersama Dahlan Abdullah memutuskan untuk berkeliling Nederland ke Jerman dan Eropa Tengah. Pada masa itu sedang terjadi Inflasi di negara-negara Eropa, sehingga terjadi sebuah perbedaan nilai mata uang yang sangat jauh antara satu nilai mata uang dengan mata uang yang lain. Uang gulden Belanda berbanding dengan mark Jerman seperti 1 : 100. Sebelum Perang Dunia I, perbandingannya 10 : 6, 1 mark Jerman nilainya sama dengan 60 sen Belanda. Jerman mulai dipukul inflasi. Uang Austria pada masa itu bernama Krona, inflasinya lebih hebat lagi.
Hatta dan Dahlan Abdullah berangkat menggunakan kereta api dari Den Haag menuju Hamburg, dari situ terus berkeliling ke Berlin, Praha, Wina, Munchen, dan kembali ke Den Haag. Perjalanan itu dilakukan selama 20 hari, sesuai rencana ditentukan bahwa mereka akan singgah beberapa hari di tiap-tiap tempat yang direncanakan.Â
Di Hamburg mereka singgah di tempat bekas Residen Sumatera Barat, Tuan Le Febvre yang sudah pensiun dan merupakan kenalan Hatta. Begitupun Dahlan Abdullah yang juga memiliki seorang kenalan bernama Usman Idris yang dahulunya adalah teman di sekolah Raja di Bukittinggi.
Sekilas mengenai sosok Usman Idris. Saat ia duduk di kelas V sekolah raja, ia keluar dari sekolah dan pergi "melancong" ke Meda. Kemudian ia menyambung sekolahnya di sekolah tehnik menengah bernama KWS (Koningin Wilhemina School).Â
Tamat sekolah tehnik itu ia bekerja sebagai opzichter, bagian pembangunan rumah-rumah dan banyak ia memperoleh penghasilan dari situ. Kira-kira tahun 1919 sehabis Perang Dunia I, ia pergi ke Nederland dengan uang tabungannya. Di Ansterdam dibukanya sebuah kantor membuat rumah-rumah, kantornya di Amsterdam dan dia sendiri tinggal di Harleem.Â
Tiap hari ia pergi bekerja menggunakan mobil. Karena ongkos hiduo yang lebih besar dari pada pendapatan, akhirnya uang simpanannya habis dan ia terpaksa menjalani kehidupan yang serba susah dan usahanya mengalami gulung tikar. Dengan pertolongan seorang teman, ia mulai bekerja di Indische Restaurant di Laan van Meerdervoort, Den Haag, sebagai seorang jongos. Dengan keadaan seperti itulah ia ditemui oleh Dahlan Abdullah kira-kira pada tahun 1921.
Atas pertolongan Dahlan Abdullah yang memiliki kenalan seorang guru Bahasa Melayu, Dr. Eichele di Universitas Hamburg. Usman Idris diperbantukan sebagai guru bantu Bahasa Melayu. Gaji Usman Idris kecil sekali, hampir tidak mencukupi. Dicukupinya hidup yang sangat sederhana sekali, sebab ia dapat makan dengan bayaran murah di Studentenheim, tempat makan mahasiswa. Dalam keadaan itulah Hatta dan Dahlan Abdullah menemuinya dan dapat membantu biaya hidupnya walaupun sedikit.
Hatta dan Dahlan Abdullah tinggal di Hamburg kira-kira seminggu, karena Tuan Le Febvre menahan mereka tinggal sampai sesudah tahun baru. Kata Tuan Le Febvre pada mereka, "Lihatlah caranya rakyat Jerman merayakan hari-hari Natal dan Tahun Baru. Lucu sekali, sekalipun mereka dalam kesusahan dan kesukaran hidup."
Selama Hatta dan Dahlan di Hamburg, mereka menyewa kamar pada Frau Jachnik di Papendamm No. 23. Mereka menyewa kamar dengan memperoleh sarapan pagi.Â
Murah sekali jika dibandingkan dengan harga hidup di Nederland masa itu. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki kecil berusia sekitar 4 tahun dan seorang mertua yang tinggal bersama dalam rumah yang memiliki 4 kamar itu, suaminya bekerja sebagai seorang buruh pada bidang elektro dan ia adalah anggota Partai Sosialis.Â