Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cawan Madu : Asal-Usul Manusia

26 Juli 2020   03:18 Diperbarui: 26 Juli 2020   03:50 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh hari ini berlalu dengan perenungan diri, pembenahan hati dan pemantapan langkah. Setiap orang saya rasa, membutuhkan waktu sejenak untuk berbicara pada dirinya sendiri mengenai segala sesuatu dalam kehidupan ini. Berbagai pembicaraan dan kajian berjalan, saya tenggelam di dalamnya dengan pertanyaan-pertanyaan pada diri. Mengenai bagaimana dengan diri saya hari ini, lalu apa yang sudah saya lakukan hari ini...?

Berbagai nasehat dan kalimat hikmah saya dengarkan dari berbagai arah, mulai dari yang mengoyak nurani saya, hingga yang membelainya dengan lembut. Keduanya sama-sama menyadarkan saya dari lamunan angan-angan yang panjang. Saya menghabiskan sedemikian waktu di tengah malam untuk berdebat dengan diri sendiri tentang kemana hilangnya gairah saya untuk menulis. Bukan, bukan karena hilang. Ternyata hanya sebuah refleksi diri, dimana saya membutuhkan asupan ruhani berupa ilmu juga memberikan kesempatan bagi diri untuk mengaktualisasikan semuanya.

Sedikit bicara, sedikit makan dan sedikit minum. Hanya berbicara mengenai hal-hal yang sekiranya perlu dibicarakan. Atau sekedar menjawab pertanyaan beberapa orang. Terbayang sudah beberapa materi yang akan saya tumpahkan dalam tulisan-tulisan saya, dan betapa panggilan kerinduan tuts laptop saya sudah begitu nyaring. "Hentak aku, tumpahkan segala yang memenuhi kepalamu...!"

Masih terpukau dengan gambaran dan setumpuk teori serta fakta di lapangan mengenai betapa menarik dan luar biasanya suatu makhluk yang bernama manusia. Dengan berbagai kecenderungan dan karakternya, dengan realita perjalanan kehidupannya dan dengan bagaimana proses kehidupan yang harus dialaminya lengkap dengan problema dan dinamika yang dijalaninya. Beberapa kejadian akhirnya membuat saya mengingat mengenai sebuah fakta sains yang belakangan sedang ramai diperbincangkan, bahwasanya manusia merupakan pendatang di bumi ini. Atau bisa disebut juga, bahwa manusia adalah sejenis alien yang mendarat dan hidup di bumi berjuta-juta tahun silam.

Hal ini dibenarkan dengan berbagai kondisi dimana manusia nampak memiliki banyak pertentangan dengan alam, seperti dengan hewan-hewan buas di hutan, dengan berbagai virus yang ada di bumi dan berbagai kejadian alam yang serta merta disebut bencana yang dipandang sebagai salah satu ancaman bagi kelangsungan hidup manusia. Banyak hal berbahaya di bumi, dan manusia berusaha menaklukannya. Banyak hal yang masih asing bagi manusia di bumi, dan kita terus berusaha untuk menggali serta berharap menemukan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Perlahan beberapa misteri mengenai bumi dan dunia ini terungkap, namun bukan hanya memberikan jawaban. Malah juga kembali melahirkan pertanyaan dan suatu permasalahan yang mesti diselesaikan, manusia kembali diharuskan membuat cara untuk menghadapinya dan menyelesaikannya.

Secara biologis, manusia adalah makhluk materi yang memiliki keterikatan dan kesesuaian dengan alam di bumi. Yang dengan kesesuaian itu, maka manusia bisa berinteraksi dengan alam baik yang sifatnya materi, nabati dan hewani. Itu juga yang menyebabkan seorang manusia bisa menghirup oksigen dan membedakannya dengan karbon dioksida. Manusia bisa memakan tumbuhan dan daging-daging hewan yang mampu diburunya. Manusia merasakan sakit ketika tertimpa batu atau bahkan mati. Manusia bisa merasakan teduhnya air di sungai, merasakan panasnya terik matahari, manusia bisa menangkap keindahan cahaya dan bisa melihat betapa pekatnya materi kegelapan. Hal ini seolah menjadi pembenaran, bahwa manusia sejatinya adalah makhluk bumi sama seperti materi, tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di atasnya.

Namun bersamaan dengan itu, ada hal lain yang nampak dari diri manusia. Yang dengannya, manusia mengalami sesuatu yang bisa kita sebut sebagai rasa atau emosional. Manusia juga mampu merekam suatu kejadian dan menggambarkannya lewat berbagai cara dan media. Ada suatu kemampuan di dalam diri manusia yang sifatnya lebih halus dari materi, dan ini menjadi sebuah pertanyaan baru. Bahwa ada sesuatu di dalam diri manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk lain di bumi. Pada tingkatan tertentu, hewan-hewan pula memilikinya. Yang dengannya hewan-hewan itu hidup berkelompok sesuai dengan habitat dan kelompoknya. Yang dengannya hewan-hewan mengasihi anak-anak mereka, dan berkembang biak dengan pasangan mereka. Atau dalam beberapa kondisi mereka bisa merasakan kesedihan dan rasa iba, ketika salah satu dari kawanan mereka terluka, dalam bahaya atau mati.

Pada manusia kecenderungan itu jauh lebih baik, manusia mampu mengendalikannya. Manusia menggunakannya dengan cara-cara yang lebih tersusun dan lembut. Dengannya pula manusia membentuk karakter dirinya dan melakukan berbagai hal, menyusun berbagai gambaran dan perasaannya menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Yaitu untuk membangun hubungan sosial dengan manusia lain, membangun kekerabatan dan keakraban. Ditambah dengan satu kemampuan lainnya dari diri manusia yang semakin membuatnya menjadi makhluk yang berbeda dari makhluk lain yang ada di bumi ini. Manusia menyusun berbagai sistem, peraturan dan membentuk sebuah pemahaman agar dapat dipahami oleh manusia lainnya. Dengan tujuan agar mereka mampu bertahan hidup di bumi dari berbagai kejadian yang mengancam populasi mereka.

Jika memang manusia itu adalah penduduk bumi, maka sudah tentu keadaan di bumi ini bukanlah suatu ancaman baginya. Sehingga ia tidak perlu merasa terancam dengannya. Namun pada kenyataannya, manusia senantiasa merasa terganggu dan terancam dengan segala yang ada di bumi ini. Bagaimana manusia terancam dengan materi, tumbuhan dan hewan. Manusia terancam dengan siklus pergeseran lempengan bumi, manusia terancam dengan siklus perbaikan ekosistem alam yang terjadi lewat letusan gunung. Manusia terancam dengan makin menipisnya sumber daya yang bisa mereka manfaatkan untuk kelangsungan hidupnya. Bahkan dalam kondisi sekarang ini, disaat pertumbuhan manusia semakin pesat jumlahnya, seorang manusia mulai merasa terancam dengan kehadiran manusia lain yang ada di sekitarnya.

Manusia di satu sisi sangat terikat dengan segala materi yang ada di bumi, namun pada sisi lain manusia justru sangat tidak nyaman dan selalu memiliki pertentangan dengan kondisi alam di bumi. Makhluk apakah sebenarnya manusia ini...? Dan dari manakah asalnya...?

Bukankah ketika manusia memang dikembalikan ke alam dengan berbagai cara, mulai dari dikubur, dibakar dan lain sebagainya. Namun bukankah yang dikubur itu adalah jasadnya, yaitu tubuh kaku yang sudah kehilangan sesuatu yang menghidupkannya selama ini...?

Kemanakah perginya sesuatu yang menghidupkan jasad manusia itu...? Kenapa ia tidak kembali ke alam ini, jika memang ia berasal dari alam ini sebagaimana jasadnya...?

Jika memang manusia adalah makhluk bumi, lantas ketika mati dan dikebumikan. Harusnya beberapa saat kemudian ia akan kembali ke alam bumi menjadi bagian dari bumi, entah sebagai tumbuhan atau sebagai mineral di dalam tanah atau bahkan menjadi bakteri atau menjadi hewan-hewan. Namun bukankah ketika seorang manusia mati, maka ia seolah pergi dan hilang untuk selama-lamanya dari bumi ini...? Lantas kemana perginya manusia yang mati itu...?

Apakah, manusia benar-benar bukan penduduk asli bumi...? Sehingga saat mati ia kembali ke asal-usulnya, sebagaimana segala sesuatu yang materi di dunia ini akan bergabung kembali menjadi materi dan hidup kembali menjadi materi yang lain. Seperti sebuah oksigen yang dihirup oleh manusia lalu hilang (mati) dan berubah menjadi karbon dioksida, jika manusia merupakan makhluk materi maka seharusnya ia tidak mati ,kecuali menjadi bagian lainnya dari alam materi ini. Namun pada kenyataannya, manusia ketika mati benar-benar mengalami kondisi hilang dari alam materi ini.

Bahkan ilmu pengetahuan terhebat hari ini, masih mempertanyakan kemana perginya manusia setelah kematian. Manusia disini bukan hanya sekedar jasadnya saja. Melainkan sesuatu yang hidup dan menghidupkannya. Sesuatu yang dengannya membuat manusia yang satu bisa berinteraksi dengan manusia dan makhluk lain di bumi ini. Sejnak aku terbayang peristiwa datangnya Adam dan Eva ke bumi yang tercatat di Taurat, Injil dan al-Quran. Jika kita adalah keturunan dari keduanya, maka sudah tentu bahwa kita bukan berasal dari bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun