Di Tehuis voor Indische Stundenten, Hatta sekamar dengan seorang mahasiswa yang akan belajar di Gabungan Fakultas Hukum dan Sastra Hindia Jurusan Indologi.
Ia sampai di Nederland kira-kira seminggu lebih dari Hatta. Awalnya Hatta mengira ia seorang peranakan Tionghoa sebab orang itu memperkenalkan naanya sebagai Djoen.
Baru tatkala tiga hari kemudian ketika Nazir Pamontjak datang menemui Hatta di situ, ia memberitahukan kepada Hatta bahwasanya Djoen bukanlah seorang peranakan Tionghoa, melainkan seorang Indonesia tulen. Ia datang dari Jawa Tengah, Djoen adalah singkatan panggilan dari Djoenaedi.
Nazir Pamutjak menunjukkan kepada Hatta "bekas Inlander" di Hindia Belanda di Nederland menyebut dirinya indoesier dan Tanah Air kita disebut dengan Indonesia saja. Bagi orang Indonesia, tidak lagi ada inlander atau inboorling, tidak ada lagi Nederlandsch-Indie, melainkan hanya Indonesia. Ia ceritakan pula kepada Hatta bahwa di nederland sudah berdiri suatu komite yang berjuang untuk Autonomie voor Nederlandsch-Indie. Penganjurannya hampir rata-rata guru besar di Leiden.
Ketuanya, Prof. Van Oppenheim, yang kesohor pada waktu itu, emeritus, pensiun setelah mencapai usia 70 tahun, dari fakultas hukum dan Sekretarisnya Oerip Kartodirdjo, mahasiswa yang baru beberapa waktu datang dari Indonesia. Sebagai tamatan Rechtschool ia langsung diterima di bagian doktoraal fakultas hukum. Seperti semua murid yang datang dari Rechtschool, ia juga dibebaskan dari menempuh ujian kandidat.
Nazir Pamontjak juga menjelaskan megenai studinya saat ditanyai oleh Hatta, ia mengatakan akan masuk fakultas hukum. Ia anjurkan kepada Hatta agar kelak menjadi anggota Indische Vereeniging.
Sebab di Belanda tidak ada jong ini dan jong itu. Waktu Boedi Oetomo didirikan tahun 1908, mahasiswa Indonesia di Nederland mendirikan Indische Vereeniging. Pada kelanjutannya Indische Vereeniging akan diganti menjadi Indonesische Vereeniging.
Sebelum pamitan, Nazir Pamontjak mengundang Hatta untuk datang ke Leiden dalam beberapa hari yang akan datang, menginap disana selam semalam dan kembali ke Den Haag sehari sesudahnya.
Hatta berkunjung ke Leiden menggunakan kereta api dari Den Haag selama kira-kira 15 menit. Dari Tehuis ke Den Haag membutuhkan waktu sekitar setengah jam lamanya dengan trem. Di Leiden, ia berkunjung ke kemar Nazir Pamontjak di Bilderdijkstraat.
Hatta menginap di kamar H. Dahlan Abdullah di Hoge Woerd. Pada wakti itu ia masih menjabat sebagai pembantu Profesor Van Ronkel dalam bahasa Melayu dengan pangkat guru bantu.