Lalu berlanjut dari itu, masih berkutat dengan kegiatan sosial. Saya menghabiskan beberapa tahun selanjutnya untuk bergelut dengan dunia pemikiran, ranah intelektual dan pemikiran.Â
Bagaimana sensitifnya saya ketika harus berdiri di depan Makam Almarhum Drs. H. Mohammad Hatta sambil mengenang jasa para pahlawan Bangsa yang telah berjuang untuk memerdekakan Bangsa ini dari penjajahan kolonial. Air mata saya menggenang, dada serasa sesak dan langit seolah mendung menahan air yang menggelayut di pelupuk mata.
Saya tidak terbiasa dengan pembelajaran sistematis pada awalnya. Namun bermodal hobby membaca buku yang sudah saya miliki sejak masih duduk di bangku kelas 4SD, akhirnya membuat saya harus bisa memahami sederet metodelogi ilmiah yang ada dalam kelas-kelas kajian pemikiran filsafat.Â
Menguak lagi jejak rumus-rumus matematis yang masih membekas di kepala, meskipun tidak pandai menghafal saya bisa memahami maksud dari suatu pemikiran dengan cukup jelas dan tajam. Saya mencoba memahaminya lewat rasa. Rasa yang menurut sebagian orang berasal dari hati, padahal otak manusia memiliki bagiannya sendiri yang disebut sebagai Amigdala yang berfungsi sebagai lokus pengendalian dan penyimpanan emosi.
Saya orang yang berperasaan, cengeng sebenarnya. Mudah tersentuh dan cukup baperan. Tapi sifat perasa itu seolah menjadi modal bagi saya untuk dapat memahami berbagai hal yang saya temui dalam kehidupan ini. Nonton "Laskar Pelangi" saya menangis, bahkan membaca novel atau membaca sebuah puisi saya bisa mendadak sesenggukkan.Â
Akhirnya pada tahun 2017 silam lewat sebuah konsep ilmiah untuk membaca karakter kecerdasan genetis yang ada dalam diri seseorang (STIFIn Institute), saya mengetahui bahwa saya adalah salah seorang yang memiliki Kecerdasan Feeling, Kecerdasan Emosional. Feeling ekstrovert.
Bukan hal yang baru saya dengar mengenai ini, karena selama beberapa tahun sebelumnya saya juga sudah membaca dan mendengar berbagai teori ilmiah mengenai psikologi, neurologi dan science. Saya termasuk orang yang tertarik dengan hal-hal itu, namun saat mendalami konsep ini beberapa tahun silam membuat saya ingin mendalami karakter pribadi diri saya tersebut.Â
Bagaimana cara saya belajar dan memahami berbagai hal, bagaimana saya merespon stimulan yang berasal dari luar, bagaimana saya berinteraksi dengan orang-orang dan lain sebagainya. Akhirnya ketertarikan itu membuat saya sedikit banyaknya mulai memahami bagaimana saya harus menyikapi diri saya sendiri.
Perasaan merupakan sesuatu yang mendalam dalam diri manusia, bagaimana Cinta, Kasih Sayang, bahkan kebencian dan rasa sakit hati begitu membekas pada benak manusia.Â
Dengan memahami segala kedalaman perasaan itu, membuat seseorang mampu memahami dan memaknai hal lainnya dalam kehidupan ini secara lebih mendalam jua. Bagaimana pengalaman memberikan sebuah kesan berupa rahasia-rahasia perasaan, menjadi pembelajaran dan memberikan pemaknaan mendalam mengenai sesuatu.