Begitulah Kecerdasan Iblis. Sampai-sampai ia mampu melakukan tipu daya terhadapmu, setelah itu ia berlepas diri daripada ketergelinciranmu. Ia sangat nyata dalam setiap apapun yang kamu hadapi, setiap langkah yang kamu jalani.
Menarik untuk di lanjutkan diskusi ini, karena memang nyatanya. Destri yang sempat berhenti merokok dan senang nge-Gym ini melontarkan pertanyaan lagi terkait hal tersebut.
"Lantas, ketika kiri dan kanan, serta depan dan belakang kita di tutup oleh Iblis. Juga atas dan bawah kita menjadi gerbang ketergelinciran kita. Dari manakah kita bisa mendapatkan Cahaya. Sementara Cahaya itu Petunjuk...?"
Benar!! Iblis selalu bersemayam dalam ketidak pastian dan ketidak jelasan, bahkan saya katakan bahwa Iblis selalu berada disetiap hal yang kita hadapi dan di setiap langkah yang kita jalani.
Lantas dari mana kita bisa ketahui atau kita hindari tipu daya Iblis itu..?
Saya hanya menyarankan, jangan fikirkan tentang Iblis. Sebab Iblis jauh lebih cerdas dan cermat dari pada kita. Ia hidup sedari awal kehidupan hingga kini, sehingga ia sudah hafal betul bagaimana cara melakukan tipu daya terhadap manusia.
Gunakan pertanyaan Destri, "Dari manakah diri kita mendapatkan  Cahaya. Ketika semua jalan tertutupi...?
Bukankah, Tuhan selalu bersama manusia dimanapun manusia berada...?
Bukankah Tuhan adalah Yang Maha Memberi Petunjuk...?
Bukankah, Keberadaan Tuhan adalah Keberadaan Cahaya...?
Â
Maka saya katakan. Jika Ketuhanan itu berasal dari Fitrah Manusia. Maka kita tak perlu mencarinya keluar. Karena Fitrah letaknya adalah di dalam diri.
Â
Fitrah adalah Cahaya Tuhan, yg di letakkan dgn Kemesraan dan Kelembutan oleh Tuhan ke dalam diri kita.
Â
Namun, menjadi menarik utk di perhatikan pula. Bahwa Sayyidina 'Ali bin Abi Thaliib.ra berpesan pada kita bahwa, "Berhati-hatilah terhadap prasangka diri."
Sebab Prasangka diri, selalu saja berbelit dgn nafsu dalam memetakan petunjuk. Lantas jalan apa yg harus di arungi...??
Jalan itu adalah Jalan Kesucian. Tuhan tidak bicara langsung pada manusia dalam kerendahan, melainkan manusia mesti mengalami perjalan terlebih dahulu. Yaitu, Jalan Kesucian. Sekecil apapun Kesucian yang dijalani oleh Manusia, maka Kesucian Abadi itu akan merangkulnya. Merangkul dirimu kedalam Kesuciannya.
Â
Sekiranya ada manfaat yang bisa di raih dari diskusi ini, semoga kita semua dapat mempertanggung jawabkan semuanya di hadapan para saksi kelak. Para saksi yang diri kita sendiri menyaksikannya sebagai para Pemberi Saksi.
Salaam Maaf penuh Doa dan Kelembutan...
Salaam Kemanusiaan...
Salaam Ketuhanan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H