Mohon tunggu...
Ridho Zain
Ridho Zain Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Saya adalah seorang penulis lepas yang memiliki minat dalam mengeksplorasi berbagai topik. Selain menulis, saya juga aktif menerjemahkan berbagai teks dan mengajar bimbel online. Saya percaya bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan menghubungkan orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Global, Aksi Lokal: Peran Digital Natives Melawan Ancaman Nuklir

14 September 2024   10:42 Diperbarui: 14 September 2024   10:47 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut-sudut dunia, pemuda bangkit menyuarakan harapan. Isabelle Boemeke, dengan pesonanya, membumikan energi nuklir sebagai lentera masa depan. Malala Yousafzai, dengan pena sebagai pedangnya, membela hak setiap jiwa untuk meraih bintang pengetahuan. Dan Greta Thunberg, dengan semangat membara, mengguncang dunia demi bumi yang lestari. Mereka, para bintang muda, telah membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mengubah dunia. Mari kita jadikan suara kita sebagai simfoni harapan, mengalahkan riuh rendah keputusasaan. Bersama-sama, kita buktikan bahwa generasi muda mampu menjadi penjaga perdamaian dunia.

Suara Pemuda dan Harapan Dunia

Berbicara tentang pemuda dan Korea, tak bisa lepas dari pesona budaya pop Korea Selatan yang mendominasi dunia. K-Pop, K-Drama, dan K-Beauty telah menjadi fenomena global, menginspirasi jutaan penggemar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, di balik gemerlap dunia hiburan, mengintai ancaman serius yang membayangi Semenanjung Korea: program nuklir Korea Utara. Kontras yang mencolok antara semangat muda yang penuh harapan dengan bahaya laten konflik nuklir menjadi ironi yang mendalam.

Ancaman nuklir yang mengintai Semenanjung Korea telah menjadi salah satu isu keamanan global yang paling mendesak dan kompleks di Kawasan Asia Timur. Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Korea Utara telah secara signifikan meningkatkan arsenal nuklirnya dalam beberapa tahun terakhir. SIPRI memperkirakan bahwa negara tersebut kini telah merakit sekitar 50 hulu ledak dan memiliki cukup bahan fisil untuk mencapai total hingga 90 hulu ledak, keduanya merupakan peningkatan signifikan dibandingkan perkiraan untuk Januari 2023.

Dengan Korea Utara yang terus mengembangkan kemampuan nuklirnya dan ketegangan yang berkelanjutan antara negara-negara di kawasan tersebut, upaya untuk mencapai perdamaian dan stabilitas menjadi tantangan besar. Dalam konteks ini, peran pemuda dan media sosial sangat signifikan, terutama dalam membentuk opini publik, menyebarluaskan informasi, dan mendorong dialog yang konstruktif.

Sebagai generasi penerus, pemuda dibekali pendidikan yang memungkinkan mereka untuk menganalisis secara mendalam isu-isu global yang kompleks, termasuk ancaman nuklir. Dengan pemahaman yang komprehensif, mereka dapat berperan aktif sebagai agen perubahan. Energi, kreativitas, dan semangat yang dimiliki pemuda menjadi kekuatan dahsyat dalam mendorong masyarakat dunia untuk mencari solusi damai dan berkelanjutan.

Pemuda juga memiliki peran dalam membangun kesadaran melalui gerakan-gerakan sosial. Kampanye yang melibatkan generasi muda dapat menggerakkan perubahan signifikan dalam masyarakat. Gerakan seperti kampanye anti-kekerasan, promosi dialog antarnegara, dan inisiatif komunitas dapat memperluas jangkauan pesan perdamaian dan mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam upaya mendukung denuklirisasi dan stabilitas global.

Media Sosial sebagai Senjata Digital

Sumber : We Are Social (2024)
Sumber : We Are Social (2024)

Media sosial telah menjadi kekuatan yang tak terbendung dalam membentuk opini publik. Laporan We Are Social dan Meltwater mencatat, jumlah pengguna media sosial yang aktif telah melampaui 5 miliar per Juli 2024, dengan angka pengguna terbaru setara dengan 63,7 persen dari populasi dunia. Dengan jumlah yang sangat signifikan tersebut, platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram telah menjadi alat yang ampuh bagi pemuda untuk menyuarakan pendapat mereka. Contohnya, gerakan #FridaysForFuture yang digagas oleh Greta Thunberg telah berhasil memobilisasi jutaan pemuda di seluruh dunia untuk menuntut tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun