Kebutuhan pupuk yang semakin meningkat menyebabkan harga pupuk kimia semakin mahal. Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia secara berkepanjangan juga dapat mengancam kualitas kesuburan tanah. Hal tersebut memotivasi para petani dari Kelompok Tani Ngudi Rahayu, Desa Kebobang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang untuk memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk organik pengganti pupuk kima pada lahan pertanian mereka.
 Disamping itu, pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik juga menarik minat petani lain dari luar wilayah Kelompok Tani Ngudi Rahayu sehingga produksi pupuk dari kotoran kambing ini mampu dijadikan sebagai peluang bisnis.
Meningkatnya permintaan pasar serta kebutuhan pribadi akan pupuk organik yang terbuat dari kotoran kambing mau tidak mau memaksa peternak harus melakukan produksi secara masif dan cepat. Akan tetapi, produksi pupuk kompos kambing hanya dapat memproduksi secara terbatas dengan kapasitas 10 kg dalam sekali penggilingan.
 "Awalnya produksi pupuk menggunakan mesin yang ada sudah memadai, tapi karena ada permintaan dari konsumen yang meningkat sampai 5 kali lipat membuat kami menjadi kewalahan, " ujar Yono seorang pencetus pembuatan pupuk organik dari kotoran kambing sekaligus Sekeretaris Kelompok Tani Ngudi Rahayu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI