Dewasa ini, pendidikan sebagai salah satu pilar utama dalam pengembangan potensi manusia, telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman yang terjadi. Di era modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, hakikat pendidikan sebagai wahana dalam memanusiakan manusia perlu dipahami dan direfleksikan kembali sebagai suatu usaha bersama dalam menciptakan generasi unggul dan berkualitas demi menopang masa depan peradaban bangsa.
Pendidikan di tengah era global ini memegang peran penting karena pendidikan adalah suatu investasi. Pendidikan dipandang sebagai investasi artinya pendidikan merupakan modal. Pendidikan adalah modal karena output dari pendidikan sangat diperlukan bagi pembangunan suatu bangsa (Saraswati, dkk, 2022). Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi era globalisasi. Investasi pendidikan tidak hanya memberikan manfaat bagi individu, tetapi juga berdampak pada kemajuan bangsa secara keseluruhan. Output yang dihasilkan dari pendidikan adalah manusia yang berkualitas, inovatif, dan kompetitif, sehingga mampu bersaing di tingkat global.
Pendidikan di era kontemporer sering diartikan sebagai sarana untuk dapat menyiapkan sumber daya manusia untuk dapat memenuhi tenaga kerja dalam menghadapi arus industrialisasi yang semakin deras. Yudi Latif dalam bukunya "Pendidikan yang Berkebudayaan: Histori, Konsepsi dan Aktualisasi Pendidikan Transformatif" (2020) menjelaskan bahwa wacana dalam pengembangan sumber daya manusia abad ini terlalu direduksi sebagai usaha dalam mencetak tenaga kerja bagi kebutuhan industri melalui konsep "link and match" yang berpusat pada pembentukan manusia sehingga terlalu berfokus pada kemampuan teknikal semata tanpa memperhatikan aspek-aspek mendasar seperti penghayatan terhadap konsep nilai dan budaya. Yang dalam hal ini, pendidikan hanya bertumpu pada pengembangan techno-engineering dan menepikan peran dari socio-engineering dalam diri seorang individu.
Hal ini tidak sepenuhnya salah pun juga tidak sepenuhnya benar karena pada dasarnya, konsepsi pendidikan yang terutama adalah sebuah proses dalam memanusiakan manusia. Oleh karenanya, paradigma pendidikan hari ini akan kehilangan esensinya jikalau orientasi yang ingin dicapai hanya untuk mengembangkan kualitas salah satu aspek saja dan mengabaikan aspek lainnya dalam diri seorang individu yang sifatnya mendasar bagi kehidupan dirinya dan masyarakat yang lebih luas.
Maka dari itu, pemaknaan pendidikan bukan hanya sebatas pada mengajarkan pengetahuan atau transfer pikiran semata, tetapi juga dimaknai sebagai proses pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, dan penanaman nilai-nilai kebudayaan. Aspek fundamental ini yang seyogyanya dikembangkan oleh para pendidik yaitu pendidikan sebagai proses internalisasi nilai yang menjadi landasan utama dalam pengembangan karakter peserta didik terkhususnya dalam menghadapi tantangan zaman.
Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, terdapat kekhawatiran bahwa pendidikan hanya akan menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual tetapi kurang memiliki kepekaan moralitas yang dapat mendegradasi nilai kemanusiaan dalam dirinya. Hakikat pendidikan tidak hanya terletak pada peningkatan kualitas akademis semata, melainkan juga pada pengembangan secara holistik dan menyeluruh dari seorang individu.
Perubahan zaman yang terjadi memunculkan banyak problematika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti ketidakadilan, penindasan, diskriminasi, dan juga masalah lingkungan seperti krisis iklim global yang semakin masif. Pendidikan memiliki peranan sentral dalam membentuk kesadaran dan kepedulian individu terhadap isu-isu sosial ini.
Melalui pendidikan yang kritis dan reflektif, peserta didik dapat dibentuk menjadi agen perubahan yang peka terhadap kondisi di sekitarnya yang mendorong mereka untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah sosial yang semakin kompleks. Dengan demikian, hakikat pendidikan dalam hal ini dapat berkontribusi secara nyata terhadap terciptanya masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya juga turut andil secara aktif dalam upaya mewujudkan pendidikan yang holistik di tengah tantangan zaman. Lembaga pendidikan perlu untuk mensintesiskan nilai-nilai moral, keterampilan praktis, dan wawasan global ke dalam kurikulum. Sehingga, lembaga pendidikan dapat mengupayakan terciptanya lingkungan pembelajaran yang berbasis kolaborasi, inovasi, dan eksplorasi, yang pada intinya adalah dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara kemampuan emosional dan sosial.
Kolaborasi antara berbagai pihak dalam pendidikan sangatlah penting. Dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern, tidak mungkin hanya mengandalkan satu pihak saja, baik itu pemerintah, sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Kolaborasi yang baik antara semua pemangku kepentingan dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam pengembangan pendidikan. Faktor kolaborasi ini adalah hal terpenting dan mendasar untuk dapat menciptakan sebuah iklim pendidikan yang berpusat pada inklusivitas pemberdayaan peserta didik.