Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Moral dan Tantangan Etis di Era Digital

10 Agustus 2023   23:31 Diperbarui: 10 Agustus 2023   23:37 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, orientasi manusia adalah bagaimana menciptakan sebuah kehidupan yang dimana setiap orang mampu dimudahkan oleh kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesatnya. Ini tak bisa dipungkiri apabila kita melihat bagaimana peran dari kemajuan IPTEK mampu mengubah kondisi dunia selama beberapa dasawarsa ini yang begitu mudahnya menciptakan sebuah peradaban baru yang dikenal dengan peradaban digital.  

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak fenomena baru yang muncul akibat adanya gelombang pemanfaatan teknologi informasi yang terkhususnya adalah media sosial. Media sosial yang biasa disingkat "medsos" telah memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia. Penggunaan media sosial telah menjadi kebutuhan pokok umat manusia dan kita bisa melihat bahwa hampir segala aktivitas manusia saat ini dilakukan di dunia maya. 

Oleh sebabnya, meminjam istilah dari Thomas Kuhn, seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang mengatakan bahwa ada semacam paradigm shift atau pergeseran paradigma di tengah kehidupan masyarakat akibat berkembangnya teknologi digital dewasa ini. Di satu sisi, ada begitu banyak hal yang kita rasakan akibat perkembangan teknologi yang pada intinya adalah memberikan kemudahan beraktivitas bagi umat manusia. 

Dan dari manfaat praktis kecanggihan teknologi inilah yang menggeser paradigma atau orientasi kehidupan umat manusia saat ini. Contoh nyatanya ialah perilaku konsumtif yang terjadi di tengah masyarakat. Sebagian orang menafsirkan konsep "berbelanja" sebagai salah satu pemenuhan terhadap gaya hidup (life style) dan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan. 

Akibatnya, tren konsumerisme semakin meningkat terkhususnya bagi mereka yang hidup di kota-kota besar dimana persaingan akan gaya hidup yang begitu mentereng seakan mereka ingin menunjukkan kelas kemewahan mereka dibanding orang lain. Perilaku ini menyebabkan munculnya sikap hidup yang hedonis yang lebih mengutamakan pada kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan dari hidup. 

Ini adalah sebagian kecil dampak yang ditimbulkan oleh pemanfaatan teknologi yang begitu pesatnya. Selain itu, peradaban modern saat ini yang bertumpu pada kecanggihan teknologi ini juga membawa dampak negatif yang salah satunya adalah dekadensi moral. Dekadensi moral diartikan sebagai kemerosotan nilai-nilai moral yang berperan sebagai nilai dasar dalam berperilaku di tengah masyarakat.

Dekadensi moral sendiri terjadi karena perkembangan arus modernisasi akibat kemajuan teknologi informasi yang terutamanya ialah media sosial yang begitu pesatnya serta kurangnya upaya filterisasi dampak buruk dari kemajuan zaman sehingga membawa sesuatu yang berpengaruh bagi karakteristik individu di era digital ini.  

Dekadensi moral di era digital merupakan fenomena yang semakin meresap dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah memberikan dampak yang signifikan terhadap nilai-nilai moral yang ada. Dalam era digital, orang-orang dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi dan konten yang terkadang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Salah satu dampak dekadensi moral di era digital adalah penyebaran konten negatif dan tidak etis yang dapat dengan mudah diakses oleh semua orang. Beberapa contoh nyata adalah maraknya konten pornografi, kekerasan, dan kebencian yang tersebar melalui platform digital seperti media sosial dan situs web. Hal ini membawa dampak negatif terutama pada generasi muda yang rentan terpengaruh dan sulit memfilter informasi yang didapatkan.

Selain itu, dekadensi moral di era digital juga tercermin dalam perilaku buruk yang semakin marak terjadi. Misalnya, tindakan cyberbullying yang dilakukan secara anonim melalui media sosial atau pesan elektronik. Hal ini tidak hanya menimbulkan trauma psikologis pada korban, tetapi juga merusak hubungan sosial antarindividu. Selain itu, fenomena cancel culture yang menjadikan pengecaman dan pembatasan kebebasan berekspresi sebagai hal yang umum juga mencerminkan degradasi moral dalam menghadapi perbedaan pendapat dan pandangan.

Dalam rangka mengatasi dekadensi moral di era digital, diperlukan upaya yang melibatkan berbagai pihak, termasuk individu, keluarga, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Pendidikan moral dan etika harus menjadi bagian yang integral dalam kurikulum pendidikan. Selain itu, penting juga untuk mempromosikan kesadaran dan literasi digital yang baik untuk masyarakat agar mereka dapat memahami dampak negatif dari penggunaan teknologi yang tidak bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun