Agama Islam, ajaran yang dibawakan oleh Muhammad SAW sebagaimana yang diketahui adalah agama yang rahmatan lil' alamin (rahmat bagi alam semesta). Sebagai rahmat bagi alam semesta, ajaran islam memuat pokok-pokok bahasan universal sebagai inti dari ajaran islam itu sendiri. Diantara pokok bahasan tersebut, nilai yang paling sentral dibahas adalah terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang merupakan manifestasi dari konsep hubungan manusia dengan sesama manusia sangat relevan apabila kita melihat realitas kehidupan yang berorientasi pada pasca-modern seperti saat ini.
Kemanusiaan dalam konteks islam sudah tentu didasari oleh paham tauhid atau paham monoteisme sebagai landasan ontologis dalam mengimplementasikannya. Paham tauhid sendiri berupaya untuk membebaskan manusia dari kecenderungan yang menghilangkan derajat dirinya sebagai seorang wakil Tuhan di bumi (khalifatullah fil ardh). Oleh karenanya, tauhid sendiri bermakna sebagai landasan utama dari nilai kemanusiaan. Di tengah kemajuan zaman seperti saat ini, kehidupan sosial-budaya menunjukkan suatu kondisi dimana dibutuhkannya amalan praksis dari paham keagamaan.
Era pasca modern ditandai dengan berubahnya orientasi berkehidupan yang diakibatkan oleh majunya perkembangan ilmu pengetahuan sebagai sebuah ciri dari modernisme. Seperti yang kita sudah rasakan sendiri, beberapa dasawarsa ini kita disuguhkan oleh betapa menakjubkannya ilmu pengetahuan mengubah jalannya kehidupan umat manusia. Namun, ilmu pengetahuan dewasa ini adalah ilmu pengetahuan yang didasari oleh etika barat yang "kering" akan nilai-nilai spiritual. Ini yang menjadi problematika apalagi bangsa Indonesia sekarang bukan berada di zaman yang menganggap modernisasi adalah hal yang asing lagi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hal yang tak bisa kita pungkiri kehadirannya. Kehadiran IPTEK banyak memberikan dampak positif. Namun disisi lain, kemajuan IPTEK juga memberikan ekses-ekses negatif bagi kehidupan manusia terkhususnya masalah moral dan akhlak. Contoh kongkrit yang mungkin kita bisa lihat adalah degradasi moral akibat penggunaan media sosial atau umat beragama yang kehilangan daya intelektualnya dalam menyikapi permasalahan hidup sehari-hari. Ini merupakan permasalahan serius yang harus dicari solusinya karena jika tidak akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasar dari sejarah, pada abad ke-16 di eropa, munculah sebuah paham baru, paham yang dimana manusia merupakan titik sentral dalam kehidupan (antroposentris) sebagai bentuk perlawanan dari pengekangan pihak gereja saat itu yang terlalu otoriter dan tiranik. Paham "humanisme" yang cenderung sekuler inilah yang melahirkan abad baru yaitu abad renaisans (enlightenment) atau abad pencerahan di eropa kala itu.
Humanisme memicu gerakan revolusi industri di Inggris yang mereformasi IPTEK sampai saat ini dan revolusi perancis di Perancis yang mengubah tatanan struktur sosial kemasyarakatan yang terkenal dengan semboyannya yaitu Liberte-Egalite-Fraternite (Kebebasan-Persamaan-Persaudaraan). Humanisme masih digaungkan sampai saat ini dan merupakan fondasi dari zaman pasca modern.
Namun, apa kaitan antara humanisme dari barat yang cenderung sekuler dengan islam yang bertumpu pada paham ketuhanan?. Seperti yang kita ketahui bersama, agama memiliki nilai-nilai eksoterik yang sifatnya universal dan dapat diterima oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Nilai-nilai tersebut antara lain seperti yang sudah disebutkan diatas adalah nilai kemanusiaan. Meskipun memiliki perbedaan yang sangat kontras, namun ada titik persamaan antara islam dan humanisme.
Humanisme dalam Islam dibangun di atas dasar kemanusiaan yang murni diajarkan oleh kitab suci Al-Qur'an. Konsep Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidaklah menciptakan sesuatu dengan sia-sia, termasuk manusia. Konsep inilah yang menjadi pembeda antara humanisme Islam dan humanisme barat. Humanisme dalam islam tidaklah bersifat ekstrim, tidak mendewakan maupun merendahkan kedudukan manusia, sebaliknya Islam menempatkan manusia pada proporsi yang sebenarnya.
Sebagaimana tertulis dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti" (QS. 49:13).
Ayat ini menjelaskan bahwa yang namanya perbedaan merupakan sebuah keharusan (taqdir). Allah SWT menunjukkan kekuasaannya dengan menciptakan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan saling menjalin ikatan tali persaudaraan sebagai sesama manusia dan bukan malah sebaliknya. Maka dari itu, tugas utama sebagai seorang manusia adalah bagaimana menumbuhkan rasa kepekaan dengan lingkungan sosial yang dalam hal ini adalah manusia lainnya.