Tafsirnya? Bebas bagaimana kita mentafsirkannya secara personal.
Untuk hal ini, jokowi akan lebih tenang jika di beri "kebebasan" memilih pembantu untuk mensuksekan kinerjanya.
Seperti yang sudah banyak kita saksikan, banyak "bakal calon" sudah di narasikan serta sudah bersolek dengan menawarkan "bonus" saat dipilih, pilihannya beragam, mulai dengan basis masa A, penghargaan internasional, sampai dengan kekuatan "koneksi dan jaringan" siapa tau?, sekali lagi ini hanya asumsi.
Yang menarik adalah PDI Perjuangan tidak serta merta mencalonkan Jokowi lengkap berpasangan dengan Calon Wakil Presiden. Membiarkan posisi "cawapres" untuk "gaduh" adalah pilihan yang tepat.
Mengapa PDI P mencalonkan Presiden Jokowi kembali di moment yang terbilang masih jauh?
Asumsi saya :
- Membaca narasi HOAX yang akan muncul setelah ini.
- Melihat konsistensi dukungan Partai Politik yang lebih dahulu mencalonkan Presiden Jokowi
- Membaca manuver politik dan elektabilitas Partai Politik lain setelah Presiden Jokowi dicalonkan kembali oleh PDI Perjuangan.
Dengan mudahnya 3 point diatas akan lebih cepat disanggah, ketimbang energi dihabiskan untuk menyanggah saat Proses Kampanye Presiden Mendatang.
Siapapun rekan bertanding Presiden Jokowi dalam perebutan Presiden dan Wakil Presiden mendatang, adalah orang yang mampu membuat narasi serta mengkoreksi beberapa kebijakan Presiden Jokowi dengan Attacking Campaign.
Pak Anis Baswedan kah orangnya? Saya rasa, belum, atau banyak menunggu anis minimal menyelesaikan janji kampanyenya terlebih dahulu, kurang dari satu tahun adalah masa yang terlalu singkat dilakukan Pak Anis Baswedan untuk "promosi" meskipun perangkatnya, sudah mulai disiapkan.
Betul nggak mas Pandji Pragiwaksono ? eh, nggak ada yah Masnya disini, maafkan mas atas pencatutan namanya.
Saya asumsi kan matematika sederhanya mungkin bisa digambarkan  dengan seperti ini  :