Mohon tunggu...
Ridho Pratama
Ridho Pratama Mohon Tunggu... -

nama ku ridho epo pratama sekolah di SMK PGRI Rawalumbu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gunung Kelud

16 Desember 2011   14:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:10 3382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Letusan 1951 menghasilkan kerusakan kecil. Jika dibandingkan dengan bencana 1919, lahar menempuh jarak maksimum 6.5 km. Tetapi, letusan ini memperdalam dan memperlebar lubang kawah sehingga ketika letusan 1966 terjadi, volume dari air di danau kawah yang telah naik ke lebih dari 23 juta m3.
Setelah letusan 1966, suatu terowongan yang baru dibangun 45 m di bawah lubang yang paling rendah terdahulu dan volume dari air danau berkurang lagi menjadi 2.5 juta m3. Beberapa dam dan sabuk juga dibangun pada lereng gunung untuk mengurangi penyebaran lahar.
Tidak ada lahar primer diproduksi oleh letusan plinian 1990 tetapi sedikitnya terjadi 33 lahar setelah letusan sampai sejauh 24 km dari kawah ( Thouret et al, 1998).

Variasi kontur kawah Kelud

Keindahan dan kebudayaan pada gunung kelud



Gunung Kelud menurut legendanya bukan berasal dari gundukan tanah meninggi secara alami. Seperti Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat,Gunung Kelud terbentuk dari sebuah
pengkhianatan cinta seorang putri bernama Dewi Kilisuci terhadap dua raja sakti mahesa Suro dan Lembu Suro. Kala itu, Dewi Kilisuci anak putri Jenggolo Manik yang terkenal akan
kecantikannya dilamar dua orang raja. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro dan satunya lagu berkepala kerbau bernama Mahesa Suro.Untuk menolak lamaran tersebut,Dewi Kilisuci membuat sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa, yaitu membuat dua sumur di atas puncak gunung Kelud, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi dan harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.
Akhirnya dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro, sayembara tersebut disanggupi. Setelah berkerja
semalaman, kedua-duanya menang dalam sayembara. Tetapi Dewi Kilisuci masih belum mau diperistri. Kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu permintaan lagi. Yakni kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu
bahwa kedua sumur tersebut benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke
dalam sumur. Terpedaya oleh rayuan tersebut, keduanyapun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut. Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, lalu Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro. Tetapi sebelum mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan. ÓYoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung.
(Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar
akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau. Dari legenda ini akhirnya masyarakat lereng Gunung
kelud melakukan sesaji sebagai tolak balak sumpah itu yang disebut Larung Sesaji.

sebagai salah satu warga dari desa wisata tersebut, saya  ingin mengenalkan Keindahan Kelud yang merupakan tanah tumpah darah saya. Karena disinilah saya dilahirkan, kemudian tumbuh, menjalani hari-hari sebagai anak desa, sebagai anak petani, tapi justru disinilah surga dunia buat saya, semoga pembaca bisa merasakan hal yang sama.


berikut beberapa kebudayaan yang tersimpan pada gunung kelud :



Nyadran, adalah sebuah tradisi yang masih di pertahankan oleh masyarakat Desa Sugihwaras Yang umumnya adalah masyarakat kelud, yang masih mempercayai adanya danyang Desa , sehingga setiap masyarakat akan mengadakan hajat (Mantu,khitanan,panen melimpah) atau punya nadar masyarakat kelud mengadakan nyadaran ke danyang Desa, ada dua tempat yang ada di desa Sugihwaras sebagai tempat nyadaran yaitu, Danyangan Mbah Sumber, Danyangan Mbah Ringin.



Ritual Sesaji Gunung Kelud merupakan tradisi tahunan masayarakat kelud terutama masyakat Desa Sugihwaras Sebagai tuan rumah dan masyarakat Lima Desa Yang ada di seputaran gunung kelud yaitu masyarakat Desa , Babadan, Pandantoyo, Sempu, dan Ngancar, ritual sesaji gunung kelud di selenggarakan setiap bulan suro (Penganggalan jawa) Tujuan dari acara ini adalah ungkapan rasa sukur masyarakat kelud kepada tuhan yang maha Esa , yang telah memberikan keselamatan dan anugerah berupa alam yang subur gemah ripah loh jinawi kepada masyarakat kelud. Acara yang di selenggarakan setiap satu tahun ini selalu rame di kunjungi wisatawan, karena di dalam acara ritual sesaji Gunung kelud , ada banyak pementasan kesenian tradisional.

beberapa tempat yang saya sarankan untuk jgn di lewatkan jika berkunjung ke gunung kelud :

goa belanda                                   Gunung/ Tebing Sumbing                          anak gunung kelud

pemandian air panas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun