Mohon tunggu...
Rizky Ridho Pratomo
Rizky Ridho Pratomo Mohon Tunggu... Relawan - Menulis untuk mengeskpresikan apa yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata

Seorang overthinking yang membangkitkan kembali hasrat menulis untuk diri sendiri dan orang lain, bukan karena pekerjaan maupun tuntutan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bukan Hanya Manajemen Waktu, tetapi Manajemen Energi dan Perhatian

31 Juli 2023   16:58 Diperbarui: 31 Juli 2023   16:59 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seiring kita berada di jalan pengembangan diri dan produktivitas, manajemen waktu selalu menjadi cara yang disodorkan agar kita menjadi sosok yang produktif. Banyak orang yang merekomendasikan manajemen waktu. Ya, waktu adalah sumber daya yang sangat terbatas dan kita perlu mengelolanya sebaik mungkin. Sehingga, kita tidak kehilangan waktu. 

Asumsi manajemen waktu adalah bahwa kita bisa mengerjakan banyak hal dengan mengelola waktu yang kita miliki. Semakin kita cerdas membagi waktu kita, maka kita akan menjadi lebih produktif, sehingga banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan. Tidak hanya itu, ada perasaan di mana kita menjadi lebih produktif ketika mampu mengelola waktu dengan baik. 

Tetapi, ada satu fakta yang dilupakan dalam manajemen waktu, yaitu kita punya kapasitas energi yang terbatas. Anggaplah kita itu seperti baterai smartphone. Setiap smartphone punya waktu kapasitas daya yang berbeda dan daya tahan yang bervariasi pula. Penggunaan energi pun juga berbeda. Misalnya, kita menggunakan GPS untuk membantu navigasi ataupun melakukan IG Live. Penggunaan baterainya pun berbeda - tergantung model dan merek smartphone. Ada yang masih 80%, ada yang hanya tersisa 50%. 

Begitulah kita. Kita adalah sosok yang punya banyak prioritas dan kepentingan. Waktu 24 jam memang tidak cukup, sehingga kita perlu memilih aktivitas yang penting dan urgent. Dan setiap aktivitas menghabiskan energi yang bervariasi. Buat orang introvert, bertemu dengan orang selama dua jam bisa menghabiskan 50% dari energinya. Mereka butuh waktu untuk memulihkan energinya. Alhasil, orang introvert harus memprioritaskan itu. 

Sebelum kita berbicara manajemen waktu, ada manajemen lain yang harus kita bicarakan: energi dan perhatian. Setiap kegiatan membutuhkan energi dan kita memerlukan waktu untuk mengisi tenaganya. Kita juga punya kegiatan yang membuat kita tertarik untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan tersebut. Itulah yang membuat manajemen waktu menjadi pendekatan yang belum sempurna. Kita harus melibatkan bagaimana cara kita mengelola energi dan prioritas. 

Oleh karena itu, manajemen waktu, manajemen perhatian, dan manajemen energi saling terhubung. Kita tidak bisa membicarakan manajemen waktu tanpa tahu berapa lama energi kita akan habis, cara memulihkan energi, peak time kita di jam berapa, dan seberapa banyak prioritas tinggi yang harus kita kerjakan. Kesemua itu yang menentukan berapa waktu dan energi yang akan kita habiskan.

Jadi, ketika kita mempersiapkan diri menghadapi rutinitas, kita harus mempertimbangkan kapasitas energi kita dan tingkat perhatian kita terhadap suatu hal. Lebih mindful ketika energi kita sedang tinggi ataupun rendah, sehingga kita bisa mengerjakan sesuatu dengan lebih maksimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun