Mohon tunggu...
Ridho Desta Alfian
Ridho Desta Alfian Mohon Tunggu... Lainnya - Marketing Communication - Universitas Mercu Buana

Ridho Desta Alfian | 44323010102 | Fakultas Ilmu Komunikasi | Universitas Mercu Buana | Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   23:54 Diperbarui: 12 November 2023   23:55 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama: Ridho Desta Alfian

NIM: 44323010102

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Apollo , Ak , M. Si

Universitas Mercu Buana

 

Sebelum kita membahas materi mengenai "Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara Pada Upaya Pencegahan Korupsi" alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu siapa sosok Ki Hajar Dewantara  sebenarnya?

Ki Hadjar Dewantara

R.M. Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) merupakan putera Pangeran Suryaningrat dan cucu Paku Alam III. Sejak kecil beliau telah merasakan pedihnya penjajahan Belanda yang begitu kejam. Hal itu diperkuat tatkala ia dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Rihlah keilmuannya banyak dihabiskan di sekolah Belanda pada tahun 1903-1909. Perkenalannya dengan Douwes Dekker di tahun 1909 membawanya pindah ke Bandung hingga bergabung di Indische Partij (Partai Hindia) yang kemudian menghantarkannya ke tempat pembuangan yakni Belanda. Selama di Belanda, ia mengamati bahwa pendidikan Belanda yang dinilai sebagai pendidikan "kolonial" di Indonesia itu sangat sesuai untuk anak-anak Belanda. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa pendidikan yang sesuai untuk Indonesia adalah pendidikan nasional, bukan pendidikan kolonial. Pendidikan yang bercorak Barat harus diselaraskan dengan konteks kultural keindonesiaan.

Pendirian Taman Siswa (TS) adalah bukti pengejawantahan dari magnum opus-nya sebagai maestro pendidikan Indonesia. Dengan mengusung sistem pendidikan among. Seorang pendidik, baik orang tua atau guru, dan pemimpin pantang bersikap tut wuri (permisif, keserbabolehan) atau handayani (otoriter), tetapi harus bersikap tut wuri handayani (otoritarian, di belakang memberi dorongan). Murid dibina agar mampu "berjalan sendiri", menjadi manusia merdeka yang dapat mengambil keputusan bebas (value judgement). Menurutnya, unsur-unsur Barat harus diselaraskan dengan tata nilai dan sosial budaya kehidupan bangsa. Prinsip harmoni merupakan prinsip dasar untuk "mencerna" pengaruh dari luar.

Ki Hajar Dewantara memiliki konsep pendidikan yang sangat unik dan berbeda dengan pendidikan tradisional pada saat itu. Ia memandang bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, ia mengembangkan konsep pendidikan yang mengutamakan kebebasan dan kemandirian siswa, serta menghargai keanekaragaman budaya dan bahasa.

Lewat Taman Siswa ini lah, Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan beberapa konsep pendidikan yang inovatif. Salah satu konsep utama yang dipromosikannya adalah inklusi dalam pendidikan. Ia menekankan pentingnya memastikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi semua orang, tanpa memandang asal dan status sosial mereka. 

Taman Siswa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Lembaga ini menghargai pendidikan berdasarkan pengembangan potensi individu, menghargai keunikan setiap siswa dan keterampilan praktis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Ki Hadjar Dewantara hakikat pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai budaya pada diri anak agar menjadi manusia seutuhnya baik secara mental maupun spiritual. Ki Hadjar Dewantara juga memperkenalkan metode pendidikan revolusioner, termasuk pendidikan langsung, partisipasi siswa dalam proses pengambilan keputusan, dan pembelajaran langsung tentang alam dan realitas sosial. Mempromosikan pendekatan holistik terhadap pendidikan yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosional dan spiritual siswa. Melihat pendidikan sebagai sarana untuk membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dan menjadi mandiri dalam pendidikan atau pembelajarannya. (Dewantara, K.H.1922.)

Ada beberapa contoh langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai kebebasan belajar:Mengembangkan bakat Pendidik, mengembangkan potensi peserta didik, peserta didik diarahkan sesuai dengan bakatnya, peserta didik perlu belajar merdeka (memilih sendiri) 

Selain sebagai seorang pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara juga terlibat dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan terlibat dalam penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari pemerintah Indonesia, yaitu Bintang Mahaputra.

Pada saat ini sistem pembelajaran di Indonesia sudah memakai kurikulum merdeka,  Implementasi Kurikulum Merdeka secara terbatas dimulai pada tahun 2021 di Sekolah Penggerak yang berada di 111 kabupaten/kota. Pada tahun 2022 dimulai implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jalur Mandiri. Berdasarkan data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek, saat ini sudah hampir 70 persen satuan pendidikan di seluruh Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka melalui Program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri yang artinya tersisa 30 persen sekolah lagi yang belum menggunakan kurikulum merdeka tersebut. 

Ngomong- ngomong soal kurikulum merdeka atau merdeka belajar, bapak pendidikan ini juga mempunyai gagasan untuk merumuskan tiga orientasi pendidikan yang disebutnya Tri Rahayu. Ketiga prinsip tersebut saling melengkapi dan memadukan ilmu pengetahuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian seimbang, bertanggung jawab secara sosial, dan peduli terhadap lingkungan. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai fokus Tri Rahayu, prinsip-prinsip tersebut dapat kita terapkan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat holistik dan memberikan dampak positif bagi individu, masyarakat, dan dunia secara luas. Berikut tiga pandangan tersebut:

- Memayu Hayuning Sarira, arti dari memayu Hayuning Sarira diambil dari kata ayu yang artinya cantik jadi arti dari memayu hayuning sarira adalah mempercantik diri dengan menaikan value dari dirinya dengan cara mengembangkan apa yang ada di dalam dirinya. Jadi inti dari keseluruhannya adalah memperbaiki dirinya terlebih dahulu.

- Memayu Hayuning Bangsa Setelah berbenah diri, perlu dikembangkan lebih lanjut dengan berbuat yang terbaik dan memberikan berkontribusi terhadap nusa dan bangsa. Dalam hal ini Ki Hajar menyebutkan bagaimana bahwasannya seseoranag bisa membawa perubahan positif dalam masyarakat di sekitarnya.

-Memayu Hayuning Bawana Tingkat terakhir adalah tentang orientasi pendidikan, yaitu tentang bagaimana individu yang telah melalui tahapan pengembangan pribadi dan berkontribusi pada negaranya akan mampu memberikan kontribusi positif untuk global. Tentu yang dimaksud dengan hal positif di sini adalah kemungkinan untuk memerdekakan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya diri kita sendiri atau kelompok tertentu saja. 

tak hanya perihal memayu hayuning sarira, bangsa, dan bawana saja ki Hadjar Dewantara  mempunyai konsep lagi yaitu konsep 3N, 3N tersendiri itu adalah Niteni, Niroke, dan Nambahi. Ini menjadi landasan paling penting untuk pendidikan ganzheit.

Dibawah ini adalah penjabaran dari 3N tersebut yakni :

-Niteni, yang lebih mengarah terhadap pengetahuan siswanya.

-Nitroke, ini lebih mengarah terhadap pengembangan dari siswanya 

-Nambahi, yang terakhir ini dia lebih menjuru terhadap pengembangan dari sikap siswanya.

  ini paling penting karna adab lebih tinggi dibanding ilmu dan bisa berpikir secara positif dan bisa menghindari dari perbuatan keji         yaitu (korupsi).

dokpri
dokpri

Ki Hadjar Dewantoro juga mempunya konsep Tri Nga yang di dalamnya terdapat tiga aspek penting , yaitu Ngerti, Ngarasa,Nglakoni yang mana masing" katanya memiliki arti tersendiri yaitu:

-Ngerti: Ngerti sendiri memiliki arti memahami yang dimana ini adalah peran utama dari konsep Tri Nga ini. Ngerti mengacu pada proses pemahaman suatu pengetahuan yang ada. 

-Ngarasa: Yang berarti bisa merasakan suatu kondisi apapun dengan mendalam, lebih tepatnya menghayati, sikap ini sangat penting juga agar kita bisa memiliki rasa simpati dan empati terhadap sesama manusia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

-Ngldi akoni: Memiliki arti melakukan dan melaksanakan, jadi peserta didik harus dapat melakukan apa yang sudah ia pelajari ke kehidupan langsung dalam bermasyarakat.

Berbicara soal masyarakat yang mana pasti di setiap masyarakat terdapat sebuah lingkungan yang bisa membentuk kepribadian diri kita, Ki Hadjar Dewantara membuat konsep pendidikan yang di sebut Tri Sentra Pendidikan: 

 

-Informal/Masyarakat: Disini seesorang bisa mendapatkan pengalaman langsung dari orang" disekitarnya yang dimana pasti setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda, dari sini kita jugabisa belajar memahami situasi-situasi disetiap kondisi yang ada.

-Informal/Keluarga, pendidikan ini adalah pendidikan pertama yang kita dapatkan ketika kita lahir di dunia, keluarga sangat berperan penting dalam proses pembentukan watak dan kepribadian pada seseorang. Biasanya yang di dapatkan dari sini adalah nilai-nilai kehidupan, etika, dan adab.

-Formal/Sekolah, pendidikan yang wajib dilakukan untuk semua warga indonesia, yang memiliki berbagai jenjang, dari mulai sd, smp, dan sma. Pendidikan wajib ini berlangsung selama 12 tahun. Disini diajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan akademik terhadap seseorang.

Tak hanya itu Ki Hadjar Dewantara juga menginisiasikan beberapa sistem pendidikan, awalnya sistem ini dilangsungkan di Perguruan Taman Siswa, namun seiring berjalannya waktu sistem among ini digunakan untuk kurikulum merdeka. ini adalah beberapa sistem among yang ada:

-Momong,diambil dari sastra jawa yang berarti seorang guru. sistem ini berperan sebagai seorang pelopor dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Momong ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan teladan, keterampilan, dan pengetahuan nilai- nilai kepada ngemong. 

-Among memiliki arti yang mengacu terhadap seorang mentor, atau asisten dalam sistem among ini. Among bertugas sebagai figuran yang cendekia dan berideologi yang memberikan arahan dan nasihat kepada ngemong. Among sendiri memiliki tugas untuk membantu ngemong dalam mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya,dan membentuk sebuah adab dan etika yang baik.

-Ngemong, ngemong merupakan seseorang yang mempunyai kepribadian antusias yang tinggi dalam proses pembelajarannya. Ngemong juga memiliki peran penting dalam mempererat hubungan antara momong dan among, dengan terbuka terhadap pengetahuan dan apapun yang telah diberikan. Ngemong pun harus menerapkan nilai-nilai yang telah di pelajari di dalam kehidupan sehari-hari.

dokpri
dokpri

Konsep-konsep pendidikan yang di buat oleh Ki Hadjar Dewantara atau yang biasa dikenal dengan Panca Dharma yang telah menjadi hal yang harus di terapkan di Perguruan Taman Siswa. Berikut adalah beberapa asas yang ada :

 1. Cinta Tanah Air, yang berarti mencintai tanah air Indonesia dan memiliki rasa nasionalisme yang kuat.

2. Cinta Kemanusiaan, yang berarti memiliki sikap empati dan peduli terhadap sesama manusia tanpa memandang suku, agama, dan ras.

3. Cita-cita yang Luhur, yang berarti memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.

4. Kebhinekaan, yang berarti menghargai dan menghormati perbedaan suku, agama, ras, dan budaya yang ada di Indonesia.

5. Kemandirian, yang berarti memiliki kemampuan untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Semua asas Panca Dharma ini sangat penting untuk dipegang dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah prinsip-prinsip pendidikan yang menjadi landasan bagi pendekatannya Ki Hadjar Dewantoro: 

1. Pendidikan untuk semua orang, yang berarti bahwa semua orang berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali.

2. Pendidikan yang bermakna dan relevan, yang berarti bahwa pendidikan harus memberikan manfaat yang nyata bagi siswa dan masyarakat.

3. Pendidikan yang berbasis pada pengalaman dan kehidupan nyata, yang berarti bahwa pendidikan harus mempertimbangkan pengalaman dan kehidupan siswa dalam proses pembelajaran.

4. Pendidikan yang menghargai keberagaman dan keunikan individu, yang berarti bahwa pendidikan harus menghargai perbedaan individu seperti suku, agama, ras, dan budaya.

5. Pendidikan yang memberikan kebebasan dan kemandirian pada siswa untuk mengembangkan potensi diri, yang berarti bahwa pendidikan harus memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.

Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memastikan pendidikan yang berkualitas dan efektif bagi semua orang.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus memerdekakan peserta didik dan membentuk karakter serta nilai-nilai luhur budaya lokal. Pendekatan yang dipakai oleh Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan adalah pendekatan humanistik, yang memperhatikan kondisi psikologis siswa dan mempertimbangkan pengalaman hidup mereka.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mengajukan konsep Tri Kunt pendidikan, yang meliputi pendekatan kontinyu, konsentris, dan konvergen. Pendekatan kontinyu berarti pendidikan harus berkelanjutan dan tidak terputus-putus. Pendekatan konsentris berarti pendidikan harus memperhatikan kebutuhan dan kondisi peserta didik secara individual. Sedangkan pendekatan konvergen berarti pendidikan harus memperhatikan kebutuhan dan kondisi peserta didik secara kolektif.

Dalam praktiknya, pendekatan-pendekatan ini dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti mengintegrasikan nilai-nilai luhur budaya lokal, menciptakan ruang untuk pembelajaran yang kreatif, mendukung perkembangan karakter, dan berkolaborasi dengan komunitas lokal.

Nahh, setelah kita membahas semua tentang pendidikan yang sudah  tertera diatas, mari sekarang kita masuk kedalam upaya Ki Hadjar dewantara dalam mencegah korupsi. Ternyata setelah semua yang sudah kita bahas diatas masih banyak lohh yang belom kita kutip dari sang bapak pendidikan ini Ki Hadjar Dewantara. Yang mana ternyata ia juga berkontribusi untuk upaya pencegahan korupsi pada bangsa ini. Ki Hadjar Dewantara ini mempunyai integritas yang kuat untuk mencegah korupsi melalui kepemimpinannya. Yang sudah tak asing lagi korupsi masih marak terdengar di berbagai negara, salah satunya ya di negara tercinta kita ini Indonesia. Telah tiba waktunya untuk para kaum muda merubah pola berpikir agar bisa mengubah dan membuat konsep kepemimpinan yang tegas dan baikdari para pahlawan terdahulu. 

Seorang pemimpin adalah bagian penting di dalam setiap hal apapun, salah satunya yaitu pendidikan. Tidak ada habisnya ya jika membahas Ki Hadjar Dewantara pasti selalu berkaitan dengan pendidikan, ya mau gimana lagi beliau kan  telah dinobatkan sebagai bapak pendidikan Indonesia, yang diperingati setiap tanggal 2 mei. Seorang pendidik dan Pencetus konsep kepemimpinan yang sangat berilian  dan memiliki makna penting untuk melakukan pencegahan pada korupsi yang menggandrungi para petinggi-petinggi negara. Ki Hadjar Dewantara sangat lah di hormati, itu semua sudah pasti karna konsep-konsep kepemimpinan yang ia miliki. 

Selanjutnya kita akan membahas bagaimana cara pendekatan - pendekatannya agar beliau bisa ikut terjun dan berkontribusi dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia.

Kontribusi yang di lakukan Ki Hadjar Dewantara terhadap upaya pencegahan korupsi sangat lah signifikan . Ki Hadjar berfokus kepada pendidikan yang integratif, dan pendidikan perihal moral anak bangsa, agar timbul rasa saling sayang , rasa saling menghargai satu sama lain, dan mengimplementasikan  konsep kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara ini.

dokpri
dokpri

Ki Hajar Dewantara memiliki tiga konsep kepemimpinan yaitu:

 Tut Wuri Handayani: sebuah semboyan pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang pelopor pendidikan di Indonesia pada masa kolonial. Semboyan ini terdiri dari tiga kata Jawa, yaitu "tut", "wuri", dan "handayani". "Tut" berarti "mengikuti", "wuri" berarti "dari belakang", dan "handayani" berarti "dengan mempengaruhi" berarti guru harus memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, serta memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kemampuan diri.

Dalam konteks pendidikan, semboyan ini menekankan pentingnya seorang guru sebagai pendidik yang harus mengikuti dan mempengaruhi murid-muridnya dari belakang. Seorang guru harus menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya, baik dalam hal pengetahuan, perilaku, maupun sikap. Semboyan ini juga menekankan bahwa seorang guru harus memberikan kebebasan kepada murid-muridnya untuk mencari jalan mereka sendiri, dan hanya memberikan arahan ketika diperlukan 

 

Ing Ngarsa Sung Tuladha :  Sebuah prinsip pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Istilah ini terdiri dari tiga kata Jawa, yaitu "ing", "ngarsa", dan "tuladha". "Ing" berarti "di", "ngarsa" berarti "depan", dan "tuladha" berarti "contoh" atau "teladan". Oleh karena itu, "Ing Ngarsa Sung Tuladha" dapat diartikan sebagai "di depan memberikan contoh atau teladan" 

Ing Madya Mangun Karsa: Sebuah semboyan pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang pelopor pendidikan di Indonesia pada masa kolonial. Semboyan ini terdiri dari tiga kata Jawa, yaitu "ing", "madya", dan "mangun karsa". "Ing" berarti "di", "madya" berarti "tengah", dan "mangun karsa" berarti "membangun cita-cita".

Dalam konteks pendidikan, semboyan ini menekankan pentingnya seorang guru sebagai pendidik yang harus membangun cita-cita murid-muridnya dari tengah-tengah. Seorang guru harus menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya, baik dalam hal pengetahuan, perilaku, maupun sikap. Semboyan ini juga menekankan bahwa seorang guru harus memberikan kebebasan kepada murid-muridnya untuk mencari jalan mereka sendiri, dan hanya memberikan arahan ketika diperlukan.

dokpri
dokpri

Pasti ada sebabnya mengapa Ki Hadjar Dewantara melakukan pencegahan korupsi, Ki Hadjar Dewantara memiliki alasan yang kuat di tengah kepemimpinannya untuk mencegah yang namanya korupsi.  Ki Hadjar Dewantara berharap bisa mengubah cara berpikir masyarakat luas  dan membentuk generasi yang memiliki integritas yang tinggi. 

 Ada beberapa opini dari beliau tentang, mengapa bisa terjadi korupsi :

1. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran 

 Ki Hadjar Dewantara sadar bahwasannya bangsa ini kurang mendapatkan pendidikan yang baik, dan kurangnya kesadaran terhadap pentingya integritas, etika, dan tanggung jawab terhadap dirinya masing-masing, sehingga terjadi lah kejahatan yang bernama korupsi. 

2. Terjadinya Ketimpangan Ekonomi dan Sosial 

  Ketimpangan ekonomi sudah menjalar di bangsa ini, biasanya itu terjadi karna adanya korupsi. Tanpa adanya pengawasan yang ketat korupsi akan berjalan dengan lancar tanpa ada kasus pengungkapan yang jelas. Korupsi menjadi jalan pintas terhadap sesesorang yang ingin balik modal dengan cepat.

3. Minimnya Pengawasan dan Transparansi

Ki Hadjar Dewantara mengetahui bahwasannya pengawasan yang ada di bangsa kita ini kurang baik dan harus ditingkatkan lagi untuk mencegah upaya korupsi. Pemimpin sangat berperan penting dalam kasus ini, Ki Hadjar telah menjadi contoh bagi kita semua karna beliau juga berfokus kepada  hal tersebut.

Beberapa alasan mengapa Ki Hadjar Dewantara melakukan pencegahan korupsi ini, karna menurutnya kedepannya korupsi ini sangat bisa menghancurkan bangsa kita ini. Berikut beberapa alasannya :

1. Membangun Sistem Pengawasan yang Efektif

Ki Hadjar Dewantara sangat menyadari bahwasannya sistem pengawasan yang  tegas dan efektif sangatlah penting.

Lembaga-lembaga pengawasan harus lebih  di perketat lagi agar mempersempit ruang gerak untuk si para oknum korupsi ini.

2. Keberpihakan Kepada Rakyat

Sosok dari Ki Hadjar Dewantara sangat mementingkan kepentingan rakyatnya, beliau percaya pemimpin sejati harus mengutamakan kepentingan dan keadilan bagi seluruh warga dan masyarakatnya dengan sebaik baiknya.

3. Nilai Integrasi dan Moral sebagai Fondasi

Ki Hadjar Dewantara menganggap moral lah yang menjadi pondasi dalam sebuah kepimimpinan. Ia sadar bahwasannya  pemimpin memiliki pengaruh besar dalam mencegah perbuatan keji itu atau yang biasa disebut dengan tindakan korupsi.

Cara Ki Hadjar Dewantara Mencegah Korupsi

1. Pendekatan Inklusif Ki Hadjar Dewantara untuk Mencegah Korupsi

   - pendidikan sebagai nilai integritas, Ki Hadjar Dewantara sangat memberi impact besar pada pentingnya pendidikan yang mengharuskan semuanya harus tertuju terhadap nilai-nilai integritas kepada generasi muda. 

   -Keterlibatan Masyarakat Dalam Pencegahan Korupsi.

KHD sangat mengetahui pentingya melibatkan masyarakat untuk upaya pencegahan korupsi ini. Karna masyarakat memiliki power tersendiri  dan bisa menjadi pengawas dalam kebijakan- kebijakan yang di buat oleh pemerintah.

2. Pendekeatan Integritas Ki Hadjar Dewantara untuk mencegah korupsi

- Kepemimpinan Teladan, Ki Hadjar Dewantara memimpin deangan integritas  yang tinggi untuk menjadi contoh buat orang lain.

Ia menetapkan di dalam dirinya dan orang disekitarnya tentang kejujuran. 

-Sistem Pengawasan yang Efektif,  Ki Hadjar Dewantara sangat ingin membenahi sistem pengawasan yang kurang efektif dalam mencegah korupsi

Yang terakhir ada pendekatan pendidikan etika, transparasi dan Akuntabilitas, dan kesetara dan keadilan.

berikut penjelasannya 

1. Pendidikan dan Etika

Ki Hadjar Dewantara yakin bahwa pendidikan berkualitas dan pemberdayaan moral sangatlah penting dalam mencegah terjadinya korupsi .

2. Transparasi dan Akuntabilitas 

Ki Hadjar Dewantara selalu mengingatkan perihal pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam kepemimpinannya.

3. Kesetaraan dan Keadilan 

Ki Hadjar Dewantara selalu mengedepankan ketertiban sosial dan keadilan dalam menghalau kegiatan korupsi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun