Mohon tunggu...
Ridho Danu Prasetyo
Ridho Danu Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad | Pemimpin Redaksi LPPM dJatinangor

Seorang mahasiswa yang juga aktif berkegiatan di Pers Mahasiswa. Senang mengekspresikan diri dengan menulis, memiliki ketertarikan terhadap isu-isu sosial, sejarah, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Menghidupkan Ruang dan Merawat Perjuangan Dago Elos Lewat Festival Kampung Kota Bandung

10 Juli 2023   15:40 Diperbarui: 10 Juli 2023   15:49 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam-malam gelaran festival tak hanya menjadi ajang pertunjukkan musik dan kesenian, melainkan juga diisi oleh workshop dan diskusi yang menghadirkan akademisi yang ikut menyoroti isu kampung kota di Bandung. Diskusi ini diharapkan menjadi wadah keilmuan bagi warga masyarakat hingga mahasiswa, yang hadir untuk menyuarakan isu penggusuran dengan lebih lantang dan lebih cerdas.

Pentingnya Peran Akademisi

Selama ini, gambaran gerakan masyarakat pinggiran atas penggusuran kerap dikaitkan dengan gerak perlawanan kaum marjinal atas penindasan penguasa dan para pemilik modal. Melalui kegiatan diskusi dan workshop, Festival Kampung Kota menghadirkan akademisi dan pakar-pakar sosial, tata kota, hingga sejarah untuk mengkaji lebih dalam terkait permasalahan di kampung kota.

Salah satunya diskusi yang digelar pada Minggu (9/7) malam, yang bertemakan ‘Kampung Kota: Bertahan di Tengah Kerentanan’. Diskusi ini menghadirkan akademisi dan peneliti dari kampus dan institusi ternama di Indonesia. Dalam diskusi yang digelar selama kurang lebih dua jam, berbagai permasalahan dikaji secara lebih dalam sekaligus memberikan pencerdasan bagi para warga dan pengunjung yang datang.

Widya Suryadini, Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional, mengungkapkan bahwa saat ini perlu ada pembaharuan perspektif dalam memandang kampung kota. Kampung kota perlu diberdayakan lebih jauh dengan memanfaatkan sumber daya warga kampung tersebut untuk mengembangkan ekonomi agar mampu bertahan di tengah kerentanan.

“Kampung kota berada di tengah secara fisik sebagai penyangga. Jangan selalu memandang diri sebagai victim atau korban, yang akan menutup kemungkinan berkembang dan terus membuka luka,” ucapnya dalam sesi pemaparan.

Dalam pengembangan kampung kota tersebutlah peran-peran akademisi dibutuhkan. Tak hanya melakukan perlawanan secara fisik, tapi juga memberikan pemahaman dan pengembangan bagi warga kampung kota yang terdampak, serta melakukan kajian secara ilmiah dan bersuara lebih lantang.

Pihak penyelenggara Festival Kampung Kota pun menyebutkan bahwa peran mahasiswa dan akademisi sangat penting bagi kelangsungan warga kampung kota dan perjuangannya melawan penggusuran. Hal ini diperlukan agar perjuangan tak hanya dilakukan oleh satu kelompok masyarakat saja, melainkan juga melibatkan berbagai elemen yang bisa berkolaborasi dalam menghidupkan ruang publik dan memperjuangkan hak milik warga kampung kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun