Mohon tunggu...
Ridho Danu Prasetyo
Ridho Danu Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad | Pemimpin Redaksi LPPM dJatinangor

Seorang mahasiswa yang juga aktif berkegiatan di Pers Mahasiswa. Senang mengekspresikan diri dengan menulis, memiliki ketertarikan terhadap isu-isu sosial, sejarah, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Banjir Gedebage dan Pemerintah yang Tak Kunjung Temukan Solusinya

18 Oktober 2022   20:38 Diperbarui: 10 Juli 2023   15:08 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika memasuki musim penghujan, banjir menjadi fenomena yang tidak asing ditemui oleh masyarakat Gedebage, Bandung. Bahkan, proyek besar “Citarum Harum” milik Pemprov Jabar pun masih belum berhasil menjadi solusi bagi banjir di wilayah Gedebage.

Banjir adalah salah satu permasalahan utama dalam tata kelola lingkungan wilayah kota Bandung yang. Salah satu yang banyak mendapat sorotan dari masyarakat ialah di wilayah Kecamatan Gedebage.

Kecamatan Gedebage merupakan wilayah yang dilewati oleh jalur arteri kota Bandung, yaitu Jalan Soekarno-Hatta. Bahkan daerah ini dikenal cukup luas oleh masyarakat Bandung-Sumedang dan sekitarnya, karena keberadaan Pasar Gedebage, yang identik sebagai salah satu pusat jual-beli barang pakaian tangan kedua, atau bahasa gaulnya Thrift Shopping.

Namun, selain dari keberadaan pasar induk yang terkenal, Gedebage juga identik dengan persoalan banjir yang selalu melanda dikala musim hujan tiba. Terbukti, hujan deras yang mengguyur kota Bandung dan sekitarnya sejak awal hingga pertengahan Oktober 2022 kembali menyebabkan terjadinya banjir, yang ketinggian nya mencapai sekitar 80 cm pada Jalan Arteri Soekarno-Hatta dari arah Ujung Berung menuju Bundaran Cibiru.

Banjir yang menggenangi jalan raya dan Pasar Induk Gedebage sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu, yang selalu berakibat pada terganggunya operasional pedagang pasar setempat, dan terputusnya arus lalu lintas terputus karena kendaraan bermotor yang tidak bisa melewati jalu rarteri tersebut. Akibatnya, kemacetan total pun selalu terjadi dikala musim hujan tiba.

“Kalau yang seperti kemarin (banjir) termasuk parah, cukup sering juga yang seperti itu. Tapi kalau di Gedebage sebenenarnya udah gak aneh lagi sih kalau banjir mah”, ujar Kang Asep, seorang pedagang di Pasar Gedebage yang lapaknya selalu terdampak banjir.

Sampah-sampah yang menumpuk akibat dari banjir tersebut juga menjadi pemandangan yang tidak sedap untuk dilihat. Terutama pedagang pasar yang seringkali membuang sampah yang menumpuk dengan cara menghanyutkannya di arus banjir, yang akhirnya menambah permasalahan menjadi lebih kompleks.

Lantas, apa yang menjadi penyebab masalah banjir di wilayah Gedebage tidak kunjung terselesaikan setelah puluhan tahun lamanya?

Kawasan Jalan Soekarno-Hatta merupakan kawasan secara geografis lebih rendah dibandingkan wilayah sekitarnya, seperti Ujung Berung, yang sampai saat ini aliran buangan air hujan nya mengarah ke Gedebage dan menyebabkan banjir kiriman. Selain itu, saat ini juga wilayah resapan air sudah sangat minim karena daerah resapan yang tadinya merupakan tanah terbuka, kini telah berubah menjadi pabrik-pabrik besar yang kegiatan operasionalnya tidak ramah lingkungan.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Pemkot Bandung pada tahun 2020 telah resmi mengoperasikan Kolam Retensi Gedebage, sebuah kolam penampungan air hujan pengganti daerah resapan air sebagai solusi mengatasi banjir di wilayah Gedebage, yang merupakan bagian dari proyek “Citarum Harum” milik Pemprov Jawa Barat yang telah direncanakan sejak tahun 2017. Sebelumnya, inovasi pipa saluran air yang terpisah dari gorong-gorong juga telah diterapkan sebagai “tol air”.

Berdasarkan rilis yang diperoleh dari laman Pemkot Bandung, tol air diklaim masih berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya menjadi solusi bagi permasalahan banjir lokal. Meskipun, kenyataan yang terjadi di lapangan ialah tidak ada tanda-tanda keberhasilan proyek tersebut dalam mengatasi banjir, terutama di kawasan Gedebage.

Bahkan, kolam retensi yang baru saja diresmikan dua tahun yang lalu, saat ini sudah tampak kotor, tidak terawat, dan tidak mampu berfungsi dengan baik. Menurut penuturan dari pedagang dan ojek pangkalan yang berada tepat di pinggir kolam retensi, sejak awal diresmikan kolam tersebut dianggap memang hampir tidak membawa perubahan sama sekali.

“Penampungan air ini kan dibangun sebenarnya buat banjir, tapi tetap aja gak ada perubahan. Penampungan nya nggak bisa berfungsi dengan maksimal”, ucap Pak Dedi, seorang pekerja ojek yang mangkal di pinggir jalan raya Soekarno-Hatta, kawasan Gedebage.

Kolam retensi disebut hanya menjadi tampungan air hujan dan pembuangan air bagi Perumahan Real Estate Mekar Mulya dan Perumahan Panghegar yang berada tidak jauh dari Pasar Induk Gedebage. Sedangkan, air yang menggenang di jalan raya dan sekitar pasar justru tidak dapat mengalir dan dibuang ke dalam kolam tersebut. Salah satu alasan nya ialah karena tidak berfungsinya saluran air yang menjadi jalur pembuangan, dan perhitungan ketinggian permukaan yang tidak memadai.

Ketika hujan deras melanda dan air mulai menggenangi jalanan, masyarakat hanya dapat mengandalkan mesin penyedot air yang difungsikan pada simpangan jalan Gedebage. Sebuah cara lama yang hanya menjadi bagian dari penanganan masalah, bukan langkah preventif untuk mencegah terjadinya banjir.

Pembangunan fasilitas besar seperti kolam retensi yang merupakan bagian dari proyek besar seperti Citarum Harum nyatanya belum mampu menjadi solusi efektif bagi persoalan banjir di kawasan Gedebage. Saat ini, Pemkot Bandung tengah menyusun rencana baru untuk menangani banjir, seperti akan mengaktifkan kembali Sungai Cisaranten Lama pada tahun 2023.

Pada akhirnya, terlepas dari segala baik-buruknya kebijakan dan langkah yang diambil oleh Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung, kontradiksi yang terdapat pada klaim pemerintah dan suara yang dirasakan oleh masyarakat menjadi sebuah gambaran belum tercapainya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sebagai pihak yang merasakan dampak dari banjir di Kawasan Gedebage secara langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun