Negeri Jepang mengawali kehidupan peradabannya sejak zaman dahulu dengan sistem keshogunan sebagai negeri yang tertutup. Melalui Restorasi Meiji, Jepang berhasil menjelma menjadi negara adidaya yang paling maju di Asia hingga sekitar tahun 1943, namun terpuruk menjadi negara miskin pasca digempur oleh serangan Sekutu pada periode akhir Perang Dunia kedua.
Di sisi lain, kini Jepang telah bangkit menjadi negara yang futuristik dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaannya. Inilah kisah dinamika peradaban Jepang, Sang Matahari Asia yang sempat redup, dan kini berhasil kembali bersinar dengan terang.
Jauh di era kesoghunan Tokugawa (1603-1868), Jepang merupakan negara yang hidup “menyendiri” dan menutup diri dari perkembangan peradaban dunia luar. Isolasi diri tersebut merupakan bentuk respon kekaisaran Jepang terhadap pergerakan eksplorasi bangsa Portugis yang melakukan pelayaran. Isolasi wilayah ini dilakukan untuk menjaga masyarakat Jepang dari kontaminasi budaya luar. Saat itu, pemerintah dan warga Jepang berpegang teguh pada budaya luhur nya dan tidak mau menerima masuknya budaya asing. Kebijakan penguasa Jepang ini disebut sebagai “Politik Sakoku” atau menutup diri dari dunia.
Namun, kemudian segalanya berubah setelah kekuasaan di negeri Jepang kembali kepada kekaisaran. Sebuah peristiwa penting berupa pembukaan diri negeri Jepang kepada dunia, yaitu peristiwa Restorasi Meiji. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1868, masa perubahan sistem politik yang menjadi fundamental dalam perkembangan Jepang menjadi negara maju. Pada pemerintahan Kaisar Meiji, Jepang seakan membuang identitas politik isolasinya dan berkembang menjadi negara maju setelah peristiwa Restorasi Meiji
Bermodalkan pengetahuan dan modernisasi Barat yang masuk ke Jepang sebagai wilayah perdagangan, keemajuan bangsa Jepang begitu pesat hingga kemudian menjelma menjadi salah satu negara adidaya dengan tingkat pendidikan tinggi, ekonomi yang makmur, hingga kesatuan militer yang solid dan memiliki kompetensi tinggi.
Pada saat inilah, Jepang melakukan pembangunan di berbagai sektor. Namun, karena keterbatasan sumber daya, akhirnya Jepang memilih jalan yang sama dengan bangsa Barat sebagai "guru" mereka, yaitu jalan kolonialisme, penaklukan seluruh Asia di bawah kekuasaan Jepang.
Pada titik ini, masyarakat dan pemerintah Jepang berkeinginan untuk menjadi pemimpin dan penguasa seluruh Asia. Ambisi yang tinggi akan kekuasaan dan kekayaan inilah yang akhirnya membuat Jepang turut ikut serta dalam Perang Dunia kedua, atau PD-II, dengan bergabung dalam Aliansi Tripartit bersama Jerman dan juga Italia, pentolan perang blok poros pada masanya.
Kisah pertumpahan darah di tanah pasifik bermula dari militer Jepang yang secara tiba-tiba meluncurkan serangan kejutan yang ditujukan pada pangkalan militer AS di Pearl Harbor. Mulai dari saat itulah, 8 Desember 1941, Amerika Serikat menyatakan deklarasi perang kepada Jepang. Kemudian, Jerman dan Italia pun sebagai aliansi ikut menyatakan perang kepada Amerika. Perang dunia kedua pun meletus tak terhindarkan ke seluruh dunia. Buah dari kesuksesan Jepang dalam menaklukan Asia ditunjukkan secara gemilang pada awal perjalanan mereka dalam PD-II. Banyak kemenangan yang dipetik oleh Jepang melalui strategi dan kekuatan militer yang matang.
Namun, pada pertengahan perang sekitar tahun 1943, kekuatan militer Blok Poros mulai takluk secara perlahan di berbagai peperangan melawan Blok Sekutu. Sekutu pun dengan militernya berhasil memasuki wilayah mereka dan melancarkan berbagai serangan, hingga puncaknya, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki menjadi klimaks dari brutalnya serangan Sekutu untuk menghancurkan Jepang. Bersamaan dengan itu, Jerman dan Itali pun telah takluk di tangan sekutu, membuat Jepang tak lagi berdaya untuk meneruskan perang dan memilih untuk menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Pasca menyerahnya Jepang kepada sekutu, sang "Cahaya Asia" mengalami kehancuran dalam negerinya. Makanan bagi masyarakat menjadi langka, kebangkrutan negara tak terhindarkan, kemiskinan melonjak, dan kelaparan terjadi dimana-mana. Namun, buah dari penanaman budaya yang kuat pada masa isolasi dipetik pada masa ini. Pemerintah mampu dengan sigap bergerak mengatasi krisis yang ada, begitupun rakyat Jepang yang tidak lagi mengangkat dagunya sebagai penguasa. Mereka membuang sifat ultra-nasionalis dalam ideologi fasismenya, dan perlahan berubah menjadi negara yang demokratis bersama Kaisar Hirohito yang menjadi panutan seluruh rakyatnya.
Etos kerja yang luar biasa dan kedisiplinan tinggi membuat semacam keajaiban terjadi di negeri penguasa yang telah hancur. Perekonomian Jepang melesat dalam skala waktu yang cukup singkat. Reformasi ekonomi berhasil, investasi luar negeri berdatangan, proyek infrastruktur digeber hingga ke pelosok, dan industrialisasi serta kemajuan teknologi yang dimiliki masyarakat Jepang membuka asa mereka untuk kembali meraih masa kejayaannya. Terbukti, pada tahun 1989 Jepang menjadi salah satu eksportir terbesar di dunia, memiliki kekuatan ekonomi terkuat kedua, dan hingga saat ini kemajuan teknologi nya mahsyur dikenal dan memiliki dampak yang sangat luas dalam skala global.