Adzan subuh berkumandang menyapa bumi, melantun dengan indah. Alunan harmonisnya berbisik disela jiwa yang terlelap, terjaga. Menyadarkan jasad bernyawa yang rindu bertemu Tuhannya. Subuh menjadi pertanda berakhirnya malam, berakhirnya gelap dan berawalnya pagi. Tetesan embun yang hadir menambah makna dalam peristiwa subuh ini. Subuh menjelang pagi. Dan sesaat lagi, sang energi bumi juga kembali menyapa, menyinari disetiap ruang kehidupan manusia, disela riuh rendah sajak menghidupi hidup.
Tentang pagi, tak ada yang lebih baik selain dengan mengingat-Nya yang pertama, Tuhan tak pernah lalai memperhatikan hamba-Nya.
Tentang pagi, yang menyediakan kualitas oksigen terbaiknya, sembari bersyukur akan nafas dan kesempatan hidup (kembali).
Tentang pagi, tanpa seorangpun yang tau takdir goresan cerita hari ini.
Menjalani hidup sejatinya adalah keikhlasan berada diantara pilar-pilar pilihan, lalu keberanian untuk memilih, kemudian berusaha dan berserah diri penuh kepada Tuhan.
Seperti pagi, yang memilih untuk memberi harapan dan kesempatan pada anak cucu adam untuk kembali memulai hidup, melakukan sebaik-baik hal sepanjang hari. Seperti pagi, yang tahu dengan sebenarnya bahwa ia akan berakhir ketika siang menjelang. Begitu seterusnya.
“Allah tahu harimu kemarin tak sempurna, maka Dia hadiahkan pagi baru untukmu mulai berjuang lebih baik lagi”
“Fabiayyi ala Irobbikuma Tukadziban (Q.S. Ar-Rahman)”
Jadi, selamat memulai hari. Selamat pagi?
// Ridho Brilliantoro, Bandung / 17 Februari 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H