Mohon tunggu...
Ridho Aulia Rahman
Ridho Aulia Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Ridho Aulia Rahman, seseorang yang menyukain Teknologi, sekarang dirinya sibuk menggeluti syntax demi syntax

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Waterfall, Solusi Efektif atau Tantangan dalam Pengembangan Web untuk Bisnis Kecil?

30 September 2024   21:13 Diperbarui: 30 September 2024   21:41 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, keberadaan situs web sudah menjadi keharusan. Tak hanya bagi perusahaan besar, namun juga untuk bisnis kecil, seperti kedai kopi lokal atau toko kelontong. Mengapa situs web begitu penting? 

Dengan semakin banyaknya konsumen yang mengandalkan pencarian daring sebelum memutuskan berbelanja atau mengunjungi suatu tempat, memiliki situs web memungkinkan bisnis kecil meningkatkan visibilitas mereka di dunia maya. Namun, bagaimana proses pengembangan situs web ini dilakukan? Salah satu model yang sering digunakan adalah model pengembangan perangkat lunak Waterfall.

Model Waterfall diperkenalkan pada tahun 1970-an dan menjadi salah satu metode pengembangan perangkat lunak tertua dan paling terstruktur. Dalam metode ini, pengembangan dilakukan secara berurutan, dimulai dari analisis kebutuhan, desain sistem, implementasi, pengujian, hingga pemeliharaan. 

Setiap tahap harus diselesaikan sepenuhnya sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, memastikan setiap fase mendapatkan perhatian penuh. Namun, di tengah perkembangan metode baru seperti Agile yang lebih fleksibel, muncul pertanyaan: apakah Waterfall masih relevan, terutama bagi bisnis kecil?

Keunggulan Model Waterfall

Salah satu alasan mengapa model Waterfall masih digunakan hingga saat ini adalah pendekatannya yang terstruktur dan sistematis. Bagi bisnis kecil yang memiliki sumber daya terbatas, terutama dalam hal pengembangan perangkat lunak, Waterfall dapat menjadi solusi yang tepat karena prosesnya yang jelas dan terencana. 

Setiap langkah memiliki tujuan spesifik dan terdefinisi dengan baik, sehingga tim pengembang tidak kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Selain itu, model ini meminimalisir risiko terjadinya perubahan drastis di tengah jalan. Ketika kebutuhan sudah dianalisis dan disepakati di awal, pengembang hanya tinggal menjalankan langkah-langkah yang sudah direncanakan tanpa perlu banyak perubahan atau penyesuaian. Ini tentu menguntungkan bagi bisnis kecil yang tidak memiliki banyak waktu atau dana untuk melakukan revisi besar-besaran selama proyek berlangsung.

Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan oleh IEEE berjudul Waterfall Model for Design and Development Coffee Shop Website at Malang, penggunaan Waterfall untuk pengembangan situs web kedai kopi di Malang berhasil membantu pemilik bisnis mengelola situsnya dengan lebih efektif. Proyek ini menunjukkan bagaimana Waterfall mampu memberikan solusi sistematis dalam membangun situs web yang responsif sesuai dengan kebutuhan operasional kedai kopi tersebut.

Tantangan dalam Implementasi Waterfall

Namun, di balik keunggulannya, model Waterfall juga menyimpan sejumlah tantangan, terutama dalam konteks bisnis yang bergerak cepat. Salah satu kekurangannya adalah kurangnya fleksibilitas. Dalam proses pengembangan perangkat lunak, seringkali kebutuhan bisnis berubah seiring berjalannya waktu. Sayangnya, Waterfall tidak memberikan banyak ruang untuk perubahan di tengah proyek. Jika ternyata ada kebutuhan baru yang harus diakomodasi, pengembang harus kembali ke tahap awal untuk menyesuaikan keseluruhan rencana. Ini jelas tidak efisien bagi bisnis kecil yang harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.

Sebagai contoh, pada tahun 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 77,02% dari total populasi, menurut data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Peningkatan ini menandakan bahwa bisnis kecil semakin banyak menggunakan media online, termasuk situs web, untuk menarik pelanggan baru. Namun, dinamika pasar yang cepat berubah menuntut bisnis untuk bisa beradaptasi, baik dari segi konten maupun fitur situs web. Di sinilah kelemahan model Waterfall muncul. 

Jika bisnis kecil ingin menambahkan fitur baru di situs mereka untuk menyesuaikan dengan perilaku konsumen yang terus berubah, proses pengembangannya akan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode yang lebih fleksibel seperti Agile.

Selain itu, Waterfall kurang cocok untuk proyek yang memiliki keterlibatan klien yang intensif selama proses pengembangan. Dalam bisnis kecil, seringkali pemilik usaha ingin memberikan umpan balik terus-menerus selama proses pembuatan situs web. Dengan Waterfall, umpan balik tersebut hanya bisa diberikan di akhir proyek, setelah tahap pengujian. Hal ini tentu menyulitkan jika ternyata ada bagian yang tidak sesuai dengan harapan.

Kesimpulan: Waterfall, Masihkah Efektif?

Pada akhirnya, model Waterfall bisa menjadi solusi yang efektif bagi bisnis kecil yang menginginkan proses pengembangan situs web yang terstruktur, terencana, dan minim perubahan di tengah jalan. Namun, untuk bisnis kecil yang bergerak cepat dan memerlukan fleksibilitas tinggi, Waterfall mungkin akan menjadi hambatan. Fleksibilitas dan kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat menjadi hal penting di era digital ini.

Bagi pemilik bisnis kecil, keputusan untuk menggunakan Waterfall atau metode lain seperti Agile harus didasarkan pada kebutuhan spesifik dan kapasitas sumber daya yang tersedia. Jika bisnis Anda membutuhkan pendekatan yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan, Waterfall mungkin bukan pilihan terbaik. Sebaliknya, jika Anda ingin proses yang terstruktur dengan risiko perubahan yang minimal, Waterfall bisa menjadi solusi yang tepat.

Dengan pertumbuhan pengguna internet yang pesat di Indonesia, situs web sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi bisnis kecil untuk bertahan dan berkembang. Namun, keberhasilan pengembangan situs web tidak hanya ditentukan oleh model yang digunakan, tetapi juga oleh bagaimana model tersebut diadaptasi dengan kebutuhan bisnis Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun