2. Masih penuh perasaan
3. Kemerdekaan
Selain itu, Aristoteles menyatakan bahwa eudaimonia dicapai melalui praktik kebajikan dan aktivitas manusia yang baik. Dia percaya bahwa orang memiliki alasan (nalar) unik yang memungkinkan mereka untuk memahami dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral. Oleh karena itu, eudaimonia dapat dicapai dengan mengembangkan potensi rasionalitas dan menjalani kehidupan berdasarkan kebajikan. Di sisi lain, kebajikan intelektual terkait dengan pengembangan nalar dan kemampuan berpikir rasional. Ini termasuk kebajikan seperti kebijaksanaan, pemahaman dan penalaran logis. Aristoteles menganggap kebajikan intelektual ini lebih tinggi daripada kebajikan moral karena melibatkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip dan kebenaran moral.
Pada tingkat praktis, pengembangan bakat dan pencapaian prestasi melibatkan upaya dalam mengasah dan memperluas kemampuan dan potensi individu. Misalnya, jika seseorang memiliki bakat dalam musik, mereka dapat mengembangkan keterampilan musik mereka melalui latihan dan pendidikan yang berkelanjutan. Mereka dapat belajar, berlatih, dan berinovasi dalam bidang musik tersebut untuk mencapai prestasi yang luar biasa.
Prestasi dalam etika eudaimonia Aristoteles bukan hanya tentang pencapaian materi atau popularitas semata, tetapi juga tentang menyalurkan bakat dan potensi secara produktif dan membangun nilai-nilai moral. Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan moral dalam setiap tindakan dan pencapaian. Oleh karena itu, dalam upaya membangun nama atau mencapai prestasi, individu harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan menjunjung tinggi kebajikan seperti kejujuran, keadilan, kesederhanaan, dan kedermawanan.
Menggembangkan potensi unik dalm diri, bagi yang belum mengenal diri sendiri memang sulit untuk mengembangkan potensi yang ada, namun bagi yang sudah mengenal diri akan lebih mudah mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, karena kita tahu apa yang kita mampu dan apa yang kita bisa. Mengerjakan . ingin. Ada cara untuk meningkatkan potensi yang kita miliki, yaitu mempelajari dasar-dasar tentang potensi itu dan bertahan untuk memaksimalkannya. Hal terpenting tentang pengembangan potensi adalah konsistensi.
Menggunakan potensi diri untuk mencapai prestasi kebahagiaan hidup,dengan mengetahui potensi kita dan bagaimana mengembangkannya, kita dapat menggunakan potensi kita untuk menjadi bahagia. Jika kita menikmati potensi kita, itu akan bertahan selamanya, karena potensi itu berasal dari dalam diri kita. Ini terkait dengan gagasan kebahagiaan abadi, yang dihasilkan sendiri, atau eudaimonia. Aristoteles membedakan kebahagiaan dan kesenangan. Dia percaya bahwa kepuasan, kebahagiaan atau kesenangan adalah hal yang sama dan bersifat sementara. Tidak sama dengan kebahagiaan yang berlangsung selamanya. Kebahagiaan adalah tujuan dari setiap pertanyaan yang kita cari.Â
Berbeda dengan konsep Aristoteles Sedangkan konsep kebahagiaan menurut Al-Ghazali (filsuf Islam) dijelaskan bahwa, kebahagiaan dibagi menjadi dua yaitu yang dapat dirasakan melalui anggota badan dan yang dapat dirasakan melalui hati atau jiwa. Jika kebahagiaan dirasakan atau didapatkanpa oleh anggota badan maka bahagialah anggota badannya, dan apabila kebagiaan dirasakan atau didapatkan oleh hati maka hati atau jiwanya bahagia.
Daftar Pustaka
Filsafat Aristoteles: Eudaimonia dan Etika Kebijakan. (2022) https://www.thecollector.com/aristotle-philosophy-virtue-ethics-eudaimonia/
Ezra Najwa Wahyu Zakarsyi: Aristoteles dan Kebahagiaan. (2022) https://anakpanah.id/post/Aristoteles-dan-KebahagiaanÂ