Mohon tunggu...
Petani Itu Keren
Petani Itu Keren Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memerhatikan Dunia Pertanian dan Peternakan Indonesia. Mendukung penyejahteraan petani sebagai pahlawan pangan nasional.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Petani Bangga Beri Kontribusi pada Ekonomi Indonesia

4 Desember 2018   11:30 Diperbarui: 4 Desember 2018   11:36 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada dua raksasa besar yang sedang dibangkitkan, yakni pemanfaatan lahan rawa dan optimalisasi lahan tadah hujan. Terdapat 10 juta hektare (ha) lahan rawa yang kita manfaatkan. Caranya, dengan meningkatkan indeks pertanaman. Jika sebelumnya hanya satu kali tanam dalam setahun, dengan segala teknologi yang ada, bisa kita tanam tiga kali dalam setahun," papar Amran.

Raksasa yang kedua adalah lahan tadah hujan yang hanya bisa dimanfaatkan ketika musim hujan saja. Namun dengan membangun embung, lahan tadah hujan tersebut juga bisa ditingkatkan indeks pertanamannya.

Keberhasilan Buah Kebijakan Tepat 

Meningkatnya kesejahteraan petani - terlihat dari Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan ketepatan pemerintah dalam menentukan program dan kebijakan pembangunan pertanian.   

Berdasarkan data BPS yang dirilis secara nasional, NTUP tahun 2014 sebesar 106,05, 2015 menjadi 107,44, meningkat di tahun 2015 menjadi 109,83, Tahun 2017 dan 2018 sampai Bulan September juga membaik masing masing menjadi 110,03 dan 111,77.

"Kenaikan NTUP ini menunjukkan betapa kesejahteraan petani membaik, NTUP lebih mencerminkan kelayakan usaha tani" kata Kepala Pusat Data Pertanian, Ketut Kariyasa.

Membaiknya kesejahteraan petani juga didukung dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di perdesaan secara konsisten, baik secara absolut maupun presentase.

"Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 17,94 juta jiwa atau 14,21 %, dan pada Maret 2016 turun menjadi 17,67 juta jiwa atau 14,11 %, dan pada bulan yang sama di 2017 turun lagi menjadi 13,93 % atau 17,09 juta jiwa, dan Maret 2018 kembali turun menjadi 13,47 % atau 15,81 juta jiwa" jelas Ketut.

Data-data ini tentu bukan sekedar deretan angka tanpa makna. Data ini hendaknya menjadi penyemangat bagi peternak-peani di tanah air, untuk lebih giat lagi bersinergi dengan pemerintah. Membangun pertanian Indonesia, dan memastikan ketersediaan pangan. Dengan melihat penjelasan atas catatan BPS di atas, maka pada akhirnya petani juga yang akan merasakan manfaat dari kerja cerdas bersama ini. Bangga jadi petani, petani itu keren! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun