Pada tahun 1980-an, kebijakan pinjaman luar negeri yang agresif mengakibatkan beban utang yang besar. Ketika suku bunga global naik dan harga komoditas menurun, Argentina tidak mampu memenuhi kewajiban utangnya, mengakibatkan krisis utang dan hiperinflasi.
Liberalisasi dan Convertibility Plan (1990-an)
Pada awal 1990-an, Argentina mengadopsi kebijakan liberalisasi ekonomi dan menerapkan Convertibility Plan yang mengikat peso dengan dolar AS. Meskipun berhasil menurunkan inflasi dan menarik investasi asing, kebijakan ini meningkatkan ketergantungan pada dolar dan membuat ekonomi Argentina rentan terhadap perubahan nilai tukar.
Krisis Ekonomi 2001-2002
Krisis ekonomi pada tahun 2001-2002 adalah puncak dari ketidakstabilan yang diakibatkan oleh kebijakan ekonomi sebelumnya. Argentina mengalami default utang terbesar dalam sejarah, yang menyebabkan resesi mendalam, peningkatan kemiskinan, dan kerusuhan sosial.
Pemulihan dan Tantangan Baru (2003-2023)
Setelah krisis 2001-2002, Argentina memulai periode pemulihan ekonomi. Kebijakan ekonomi yang lebih berfokus pada pasar domestik dan nasionalisasi beberapa sektor kunci membantu pemulihan awal. Namun, tantangan seperti inflasi tinggi, defisit fiskal, dan ketidakstabilan politik terus menghambat pertumbuhan berkelanjutan.
Kesimpulan
Perjalanan ekonomi Argentina dari kemakmuran hingga krisis mencerminkan perlunya kebijakan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan adaptif. Pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan ekonomi dan berupaya mengurangi ketergantungan pada faktor-faktor eksternal.Â
Diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor domestik mungkin menjadi kunci untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan. Argentina dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain tentang pentingnya stabilitas politik dan kebijakan ekonomi yang konsisten untuk mencapai kemakmuran yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI