Dalam Kurikulum Merdeka terdapat capaian pembelajaran utama yang harus diraih yaitu profil pelajar Pancasila. Dalam profil ini tercakup enam standar kompetensi utama yakni (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Berakhlak Mulia, (2) Berkebhinekaan global, (3) Bersifat gotong royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, dan (6) Kreatif. Salah satu elemen profil pelajar Pancasila adalah yang sangat dibutuhkan dalam abad 21 ini adalah tumbuhnya keterampilan berfikir kritis dan kreatif. Â Kedua keterampilan berfikir ini, memiliki andil utama dalam mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang popular dengan sebutan sustainable development goals (SDGs). Â Isu utama dalam SDGs ini adalah bagaimana menumbuhkan kembangkan social awareness dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Social awareness dapat diwujudkan dalam bentuk menumbuhkan literasi perubahan iklim di tengah-tengah masyarakat, dimana salah satu yang paling efektif adalah dimulai dari generasi muda terutama dilingkungan pendidikan. Salah satu strategi untuk mewujudkan literasi perubahan iklim siswanya adalah dengan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pendidik atau guru agar supaya dapat menciptakan pembelajaran kreatif dalam kelas untuk mewujudkan literasi perubahan iklim (climate change literacy) pada diri siswa-siswanya. Berpikir kreatif merupakan cara untuk membangkitkan informasi baru dan menghasilkan produk akhir yang unik. Seorang guru yang berpikir kreatif akan mampu menemukan inovasi baru dalam pembelajaran sehingga pendekatan, model atau metode pembelajaran yang diterapkan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Perguruan Tinggi sebagai pencetak guru memiliki peran yang sangat penting dalam mendesiminasikan kurikulum merdeka belajar terkait dengan mewujudkan keterampilan berpikir kreatif yang merupakan bagian dari profil Pancasila ini. Salah satu strategi dalam mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis riset atau research-based learning (RBL) dikombinasikan dengan pendekatan science, technology, engineering and mathematics (STEM).
Research Based Learning (RBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan contextual learning, authentic learning, problem solving, cooperative learning, inquiry discovery approach, dan hand on & mind on learning. Target capaian model pembelajaran RBL adalah mendorong terciptanya keterampilan berpikir tingkat tinggi guru dan siswa. Research-Based Learning (RBL) juga merupakan model pembelajaran yang menekankan pada latihan, belajar dari situasi nyata, menghasilkan sesuatu dari proses berpikir, membentuk pengetahuan individu menggunakan proses berfikir, menggunakan proses penelitian untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkan data dan informasi, menganalisis data, terakhir menemukan solusi terhadap masalah.
Sementara, Science, Technology, Enggineering, and Mathematic (STEM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang didalamnya menggunakan sains, teknologi, teknik, dan matematika dalam konteks yang nyata yang dapat menghubungkan antara dunia sekolah, dunia kerja, dan dunia global. STEM pertama kali dikenalkan pada tahun 1990 oleh U.S National Science Foundation (NFS). NFS menyatukan empat aspek ilmu yaitu sains, teknologi, teknik, dan matematika dalam satu bingkai pembelajaran yang dikenal dengan pendekatan STEM. Salah satu proses dalam pendekatan pembelajaran STEM adalah siswa melakukan engineering design process dalam bentuk kegiatan makerspace (kegiatan praktikum nyata).
Kombinasi dari keduanya ini, yaitu RBL-STEM, menjadi kombinasi model dan pendekatan yang efektif dalam mengembangkan keterampilan berfikir kreatif guru untuk mewujudkan keliterasi perubahan iklim siswanya. Kegiatan ini akan diawali dengan kegiatan pendampingan pengembangan kontek problem STEM yang mengacu pada isu perubahan iklim, dilanjutkan dengan perangkat pembajalan pada guru-guru sekolah terkait dengan RBL-STEM, lihat Gambar 1.
  Â