Mohon tunggu...
Ridha SitiZahara
Ridha SitiZahara Mohon Tunggu... Akuntan - Amateur

Let's read, write, and be inspired!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yang Lebih Bahaya dari Corona

4 Maret 2020   09:25 Diperbarui: 4 Maret 2020   09:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bulan Februari tahun ini nampaknya jadi bulan yang penuh kegalauan. Setelah kegalauan hati.....(oopss sensor), most of people were afraid of corona. Virus ini belakangan populer sekali sampai bikin gempar dunia, termasuk negara paling rame cuitan, lovely Indonesiaku. 

Masker bak harta karun yang diincar masyarakat. Bisa tiba-tiba lenyap di pasaran ataupun muncul dengan harga yang lumayan signifikan dari hari biasanya. Belum lagi hand sanitizer. Menyusul susu murni, vitamin, ramu-ramuan imunitas yang bakal langka. Ehem...

Melihat fenomena ini, ada rasa bangga (lah kok), melihat kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan meningkat. Inget ga dulu waktu kecil guru kita sampe berbusa nulis dan bilang semboyan "kebersihan pangkal kesehatan" atau "kebersihan sebagian dari iman". 

Dulu terus terang rasanya bosen denger kalimat itu. Klise gitu kedengerannya, apalagu kalau kedapetan dihukum dan nulis bersambung kalimat itu satu halaman penuh...(PR dah rasanya). Tapi, melihat kalimat itu berwujud nyata jadi perilaku masyarakat sekarang...yaa bangga aja gitu....(akhirnya ocehan guru-guru diaminkan bangsa).

Respon yang kedua kaget, panic attack di mana-mana. Sana sini ribut stock masker, ribut update virus tiap hari, ribut belanja perlengkapan yang lain, aduh-aduh...apalagi setelah dikonfirmasi positif ada yang terinfeksi di Depok (dari semua tempat kenapa Depok duluan deh, kan eike tinggal dan cari makan di sini...bisa tambah panik donks). 

Mana musim hujan, musimnya orang kena flu. Terus ikutan panik?? Belom sii. Mungkin karena saya orangnya agak an-sos, dan rada cuek...yaa makanya ga panik segitunya. Selain juga saya merasa lebih sehat dengan ramuan rimpang-rimpangan yang baru digeluti belakangan ini. Jadi yaa positif aja virus mungkin ada di mana-mana, tapi mudah-mudahan tubuh bisa menangkalnya. 

Transfer virus corona diinfokan dari droplets liur/lendir hidung & mulut yang mungkin tersebar dalam radius 1 meter, yang mungkin bisa berpindah-pindah lewat sentuhan langsung maupun tidak langsung. Ga heran kalau masyarakat khawatir berada di tempat umum dan ambil tindakan preventif menghindari terinfeksi virus tsb.

Respon ketiga, resah. Gimana ga resah akibat isu ini harga-harga barang-barang terkait jadi mahal. Ada isu penimbunan juga. Ini belum bulan puasa loh. Menjelang puasa dan lebaran udah jadi tradisi harga-harga kebutuhan pokok akan melonjak juga.

Serem ga sih, kalau biasanya moment-moment seperti hari raya, pemilu, atau special occasion lainnya bikin harga naik. Sekarang dengan adanya isu virus juga bisa menggarakkan masyarakat (dalam jumlah massive) untuk membeli suatu barang dalam jumlah besar. Dalam hukum permintaan dan penawaran di sistem ekonomi pasar ini wajar. Permintaan naik, penawaran tetap, hasilnya harga naik. 

Yang terjadi sekarang permintaan naik, penawaran turun, alhasil wasallam...harga bisa berlipat naik, barang langka. Kebayang ga sih kalau setiap ada issue, respon masyarakat seperti ini? Kebayang ga, kalau yang hilang di pasaran itu kebutuhan primer kita? Kebayang ga kalaupun kita mampu mendapatkan banyak barang, tapi yang memerlukan justru ga dapet? Kebayang ga kalau demi sebuah barang kita menghalalkan segala cara demi berburu barang tsb?

Kalau kita khawatir akan ancaman virus dari luar tubuh kita mestinya kita lebih peduli akan kondisi dalam tubuh kita. Berapa banyak dari kita yang peduli akan kesehatan pencernaan dan pernapasan, sebagai contoh. Sudahkah kita menjalankan pola hidup sehat? 

Sudahkah kita memberi asupan yang baik-baik untuk tubuh kita? Contoh terdekat, bisa ga kita menghindari makanan tinggi MSG? Tinggi lemak dan karbo? Atau bisa ga kita berhenti merokok? Hal-hal yang rutin kita lakukan. Berasa nikmat memang, halal? Bisa kita pilih. Thayyib? Belum tentu. Efek pada tubuh? Bisa cek kandungan nutrisi di tiap makanan/barang tersebut, coba perlahan pikirkan kembali asupan untuk tubuhmu, wahai teman penggalau Corona.

Tulisan ini pengingat diri. Ohh...iya...terinspirasi juga dari buku "The Miracle of Enzyme" karya dr. Hiromi Shinya (kalau sempet boleh tuh baca! Keren sih menurutku)

Terakhir, apabila ada yang berguna silahkan ambil manfaatnya. Apabila ada yang salah mohon dikoreksi dan dimaafkan. Boleh juga kasih saran dan kritik.

Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun