"Kaos itu tidak formal, kurang pantas dipakai di acara undangan tertentu. Lagipula mayoritas maunya PDH bukan kaos juga,"
"Ya sudah, silakan bikin kaos bagi yang mau. Yang enggak ya enggak."
...
Dan kalimat-kalimat serupa itu keluar terus menerus. Eyel-eyelan. Aku tak habis bagaimana mungkin dia bisa-bisanya memaksa seperti itu? Apa yang ada di pikirannya, di hatinya? Kok dia tidak berpikir bahwa yang dilakukannya bisa menyakiti hati orang yang dipaksa itu?
Seandainya dikasih gratis pun mungkin aku bakal jarang memakainya. Karena aku tidak suka. Sekali lagi, menurutku itu aneh. Norak. Tapi apa bener mau kasih gratis?! Mustahil! Dan saat aku mau memakai pun itu bukan karena aku suka, itu karena aku menghormatimu yang memberi ini. Ini hanyalah wujud dari penerimaan atas kebaikanmu kepadaku. Bukan karena aku suka pakaian macam PDH ini. Maka lebih baik tidak usah dan jangan paksa aku!
Saat pulang dari obrolan eyel-eyelan itu terjadi dialog di dalam kepalaku. Itu baru paksaan yang kusadari, yang sudah kutolak. Ada lagi, yang lebih halus lagi. Kenapa aku masih mau berada di komunitas literasi ini. Sementara komunitas literasi ini menurutku amat sangat jauh dari bayanganku, atau ekspektasiku tentang komunitas literasi. Aku berpikir, kalau sebaiknya aku keluar.
Kalian pingin tahu apa yang kubayangkan tentang komunitas literasi?
Kukira komunitas literasi itu isinya diskusi tentang buku. Mengulas buku. Nanti juga ada menulisnya. Entah apa pun itu. Nulis ulasan, esai, puisi, cerpen, dan lain-lain. Kemudian nantinya ada saling koreksi, saling kritik, memberi pendapat, dsb. Nanti jadinya semua murid semua guru. Dan ini seperti yang dikatakan CS Lewis, pengarang novel Narnia, fellow schoolboys can teach fellow students just as effectively as the teacher. Dan beliau sendiri mempraktikkannya dengan teman-temannya, alias komunitasnya. Dan kau tahu, salah satu anggota komunitasnya adalah JRR Tolkien. Dan lihatlah, apa yang dihasilkan dari sana: novel Narnia, The Lord of The Rings, dan lain-lain. Inilah yang disebut dengan support system.
Dan aku tidak menemukannya di komunitas literasi ini. Komunitas yang kegiatan rutinannya hanya seperti talk show saja. Mengundang narasumber, lalu membicarakan suatu topik. Sebetulnya tak apa kalau didokumentasikan dalam bentuk tulisan rangkuman, tapi tidak juga tuh.
Kalau pakai konsepnya James Clear, komunitas ini hanya motion (merencanakan, menyusun strategi, belajar, meneliti, meriset, dll) tapi tidak action (melakukan tindakan yang membuahkan sesuatu).
Contohnya: