Mohon tunggu...
Muhamad Baqir Al Ridhawi
Muhamad Baqir Al Ridhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lagi belajar nulis setiap hari.

Blogku sepi sekali, kayaknya cuma jadi arsip untuk dibaca sendiri. Hohohoho. www.pesanglongan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jangan-jangan Kalian Terpaksa Seragam Tuh

11 Juli 2021   21:27 Diperbarui: 11 Juli 2021   21:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pernahkah kalian dipaksa ikut beli seragam? Mungkin tidak pernah. Tapi bagaimana kalau terpaksa dan kalian baru menyadarinya sesudahnya? Sebetulnya ini bukan soal seragam saja. Tapi apa saja. Coba renungkan itu.

Dulu, aku masih SMA. Di akhir-akhir sekolah, di sana ada acara perayaan perpisahan, yang mana sangat meriah. Aku katakan begitu karena di acara itu dihadiri DJ yang katanya terkenal di Kota Pekalongan. Katanya ya.

Sebelum acara itu seluruh siswa dikasihtahu oleh dua-tiga orang---aku lupa tepatnya---untuk membeli kaos seragam. Supaya nanti waktu DJ main kita bisa berpakaian sama. Banyak yang manut dan beli. Aku juga. Karena apa? Karena aku ikut-ikutan teman.

Pada saat acara dimulai, ternyata ada banyak orang yang memakai kaos seragam itu. Tetapi juga ada dua-tiga---hanya itu yang kulihat---yang tidak. Salah satunya adalah teman sekelasku, perempuan. Dan dia tidak ikut kerumunan di depan panggung DJ, yang saling lempar-lempar bubuk warna, yang saling siram-siraman air (dengan selang, maupun ember), dan joget-joget, alias dia menonton saja di luar kerumunan. Sama sepertiku.

Karena aku penasaran, aku pun bertanya, "kenapa kamu gak beli kaos seragam?"

"Memangnya buat apa beli?"

"Lha yang lain beli semua lho,"

"Gak semua. Aku gak beli. Dan selain aku juga ada yang gak beli. Kenapa harus beli?"

Saat itu aku merasa bodoh sekali dengan membeli dan memakai kaos seragam itu. Karena aku hanya ikut-ikutan. Dan jika tidak beli itu, sebetulnya aku bisa membeli sesuatu yang lebih kusukai, kuinginkan! Aku salut pada temanku itu. Dia percaya diri. Entah apa pun motifnya. Dia berani sekali tidak beli kaos seragam. Iya, berani. Sebab yang aku bayangkan jika aku sepertinya, tidak beli kaos seragam, aku akan dijauhi teman-teman atau paling tidak akan dikata-katain, "tidak kompak," "egois," "gak seru," dan kata-kata sejenisnya dengan maksud mengucilkan.

Seandainya saat itu aku sudah sedikit tahu soal filsafat, mungkin aku melihat temanku seperti, "dia sedang menghidupkan kata-katanya Epicurus yang berbunyi, I have never wished to cater to crowd; for what I know they do not approve and what they approve I do not know."

Saat aku kuliah hal semacam itu tapi lebih kocak terjadi. Waktu itu aku disuruh bikin desain untuk kaos kelas. Temanku menyuruhku membikin tiga desain. Nanti teman-teman akan voting, mana yang paling banyak di-voting, itulah yang akan dibikinkan kaos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun