Mohon tunggu...
RIDHATUN ANNISA
RIDHATUN ANNISA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melodi Cinta dalam Algoritma: Harmoni AI dalam Guest Lecture Dosen India di Prodi Pendidikan Agama Islam

27 Desember 2023   23:40 Diperbarui: 24 Januari 2024   15:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, disinilah kebijaksanaan manusia diperhitungkan. Kebanyakan manusia khususnya orang orang yang berkecimpung di bidang pendidikan, mereka jatuh cinta terlalu dalam terhadap AI, sehingga pada akhirnya mereka mengalami ketergantungan dan mengandalkan AI dalam segala bidang. AI memang mampu menjelaskan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh seorang guru, namun sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh Dr. Shazia, "Sampai kapan pun, AI tidak akan pernah menggantikan peran manusia, karena AI hanyalah sebatas teknologi dan sebuah sistem dengan algoritma yang dikendalikan oleh manusia itu sendiri, dan AI tidak akan pernah mampu menanamkan nilai nilai moral yang biasa diajarkan oleh seorang guru dalam kehidupan manusia."

Di dalam kehidupan nyata, konsep cinta itu tidak boleh berlebihan. Hal ini dikarenakan jika manusia menaruh rasa cinta terhadap segala sesuatu secara mendalam, maka hal tersebut nantinya akan menjadi awal dari sebuah kebencian. Oleh karena itu, konsep mencintai yang sesungguhnya adalah mencintai dengan sewajarnya. 

Begitupun cinta manusia terhadap AI. Manusia harus memanfaatkan AI sewajarnya dan tidak boleh berlebihan. Sikap bijaksana dari manusia sangat dibutuhkan dalam hal yang berkaitan dengan AI sebagai bentuk baru dari perkembangan teknologi ini. Namun demikian, cinta harus tetap memainkan melodinya secara teratur dalam berhubungan dengan algoritma. Melodi cinta tidak hanya dilantunkan secara indah untuk algoritma saja, tapi juga harus menghasilkan melodi melodi yang mengandung bait bait cinta kepada sesama manusia sehingga tidak menghilangkan rasa kemanusiaan walaupun banyak berinteraksi dengan teknologi.

Dengan adanya cinta, maka manusia akan memperhatikan dampak emosional, kepedulian, dan perhatian ketika berinteraksi dengan teknologi. Manusia juga akan senantiasa membantu, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan manusia lainnya, serta menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan tetap menyadari bahwasannya manusia itu merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam hidupnya, tidak hanya cukup dengan AI saja. Penting bagi manusia untuk memperhatikan implikasi sosial, mempertimbangkan keadilan, menghormati privasi, dan memperhitungkan dampaknya terhadap kemanusiaan secara keseluruhan.

Pembahasan tentang AI ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang membuat seluruh peserta Guest Lecture menjadi semakin bersemangat. Hal ini terbukti dari banyaknya mahasiswa yang memberikan pertanyaan kepada Dr. Shazia, bahkan membuat Dr. Shazia berpikir untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi untuk menjawab salah satu pertanyaan dari peserta.

"Guest lecture tersebut berlangsung dengan baik, namun kurang kondusif karena memang kebanyakan mahasiswa tidak terlalu  menguasai bahasa Inggris. Hal ini menyebabkan mereka tidak konsentrasi dalam mengikuti acara ini karena  mereka tidak mampu memahami apa yang disampaikan oleh Dr. Shazia tersebut. Di sisi lain, dampak dari acara ini sangat luar biasa. Selain mendapatkan wawasan baru tentang AI, acara ini juga melatih kita untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan dosen dari luar negeri. Hal ini didapatkan dengan dibukanya sesi tanya jawab tentang topik atau isu yang dibahas untuk mendapatkan tanggapan langsung dari narasumber yang memiliki pengetahuan lebih terkait hal tersebut. Selain itu, saya juga mendapatkan manfaat yang sangat banyak dari acara ini, terutama pengetahuan dan pemahaman tentang Artificial Intelligence dan dampak yang disebabkan dari adanya AI tersebut serta bagaimana kita sebagai seorang mahasiswa dan calon guru nantinya menyikapi AI yang merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan," ujar Dewi.

Acara ini berlangsung selama 2 jam 3 menit dan diakhiri dengan ungkapan bahagia dari Dr. Shazia karena telah diundang untuk menjadi narasumber acara ini, sebagaimana beliau ungkapkan, "Terimakasih telah membuat saya merasa menjadi bagian dari Indonesia dengan mengisi perkuliahan ini. Jujur, saya telah banyak mengajar di berbagai universitas India dan universitas luar negeri lainnya, tapi peserta dari institusi Anda inilah yang paling antusias."

Hadirnya acara ini memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap perkembangan pola pikir seluruh civitas akademika PAI di Indonesia. Setelah mengikuti seluruh rangkaian acara, mereka dapat menyimpulkan bahwasannya dalam berinteraksi dengan teknologi, kita juga harus melibatkan rasa cinta. Cinta yang takarannya diatur dan tidak berlebihan terhadap AI dan cinta terhadap sesama manusia dengan tetap menghargai nilai nilai kemanusiaan walaupun saat ini sudah ada AI yang dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Rasa cinta itu akan terbungkus dalam sebuah kata bijaksana yang harus diprioritaskan oleh manusia ketika berinteraksi dengan teknologi.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun