“dokter, suster, siapa pun itu, tolong adik saya, aku mohon.” ucap Zen sambil mengendong Lala, dan berteriak.
Dan di situ ada dokter langsung membawa adiknya Zen ke ruangan unit gawat darurat untuk mengecek keadaannya, Zen menunggu di pintu luar unit gawat darurat.
“Ya Tuhan selamatkan nyawa adik aku, aku mohon kepada mu Tuhan.” ucap Zen di dalam hati.
Di situ Zen hanya bisa duduk dan menunggu kabar adiknya oleh dokter, dan Zen hanya duduk, menangis dan berdoa.
Tak lama kemudian, dokter keluar dari pintu unit gawat darurat dan menuju ke Zen.
“Dokter bagaimana kondisi adik saya Dok?” tanya Zen penuh dengan kecemasan.
“Maafkan saya, adik kamu sudah meninggal dunia, karena disebabkan ada kanker otak di kepalanya kemungkinan ini disebabkan oleh pukulan yang sangat keras dan juga bisa bikin kematian.” Jawab dokter.
“Dok ini tidak mungkin kan dok.?” ucap Zen sambil menangis.
Adik Zen meninggal dunia, disebabkan ada kekerasan kanker otak di kepalanya, tetapi Zen sangat tidak yakin kenapa adiknya bisa meninggal dunia yang tidak masuk akal ini kata Zen dalam pikirannya, Zen langsung masuk ke dalam ruangan UGD itu untuk melihat adiknya yang sudah ditutupi seluruh badanya oleh kain putih, Zen menangis sangat keras dan menyesal karena Zen sudah meninggal kan dia di tempat kejadian tersebut.
Ke esok paginya, adiknya Zen menuju ke masjid dan pemakaman untuk di kubur, saat sudah di kubur hanya tersisa kenangan adiknya dan nama batu nisan yang hanya diingat dan dilihat oleh Zen.
“Adik, Maafkan kakak, kakak tidak bisa jaga in kamu dengan baik, kakak sangat bodoh, maafkan kakak, dan sekarang kakak tinggal sendiri, kakak kesepian, ibu dan ayah sudah tidak ada, dan sekarang kamu menyusulnya, kakak takut dek, cuman kakak yang bisa memenuhi kebutuhan kakak sendiri, kakak tidak punya saudara maupun teman dek, kakak benar betul sendiri dek, kakak doa kan kamu supaya kamu menuju surga bersama ayah ibu dek, kakak di sini memang sendiri dek, ini sudah takdir kakak.” ucap Zen sambil menangis di kuburan adiknya.