Mohon tunggu...
Ridha NurFaizah
Ridha NurFaizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa program studi pendidikan ilmu pengetahuan sosial fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor-Faktor Penyebab Lemahnya KSBSI

20 Juli 2024   21:17 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), yang awal nya dikenal sebagai Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang didirikat pada tanggal 25 April 1992 oleh Muchtar Pakpahan pada masa orde baru untuk memperjuangkan hak-hak buruh yang terabaikan dan melawan penindasan yang dialami buruh. meskipun menghadapi banyak tantangan, termasuk penolakan dan intimidasi dari pemerintah, SBSI tetap berkomitmen pada misinya. 

Kemudian pada tahun 2003 SBSI berubah menjadi KSBSI, Transformasi ini melibatkan pembentukan 11 federasi afiliasi baru dan menjadikan KSBSI sebuah konfederasi lebih besar dan terstruktur. saai ini KSBSI telah berkembang pesat dengan 350 Dewan Pemimpin Cabang (DPC) dan 32 Koordinasi wilayah, serta berfokus pada peningkatan kapasitas anggotanya melalui pendidikan, pelatihan dan kampanye kesadaran masyarakat.

KSBSI memiliki jaringan yang luas dengan berbagai federasi dibawah naungan nya yang tersebar di seluruh Indonesia. jaringan ini seharusnya memberikan kekuatan potensial dalam memperjuangkan hak-hak buruh. namun, KSBSI mengalami beberapa kelemahan kelemahan yang menghambat efektivitasnya dalam menjalankan misi dan program-programnya.

pertama , kekurangan sumber daya finansial dan manusia merupakan kelemahan utama KSBSI. Keterbatasan finansial menjadi hambatan besar dalam menjalankan program advokasi yang berkelanjutan dan efektif. Sebagian besar dana KSBSI berasal dari iuran anggota, namun jumlah tersebut sering kali tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional serta kegiatan advokasi yang memerlukan dana besar. Akibatnya, pelaksanaan program pelatihan, kampanye, dan upaya lobi menjadi terhambat, yang berdampak pada kualitas kepemimpinan dan efisiensi operasional KSBSI. Keterbatasan ini mempengaruhi kepuasan dan loyalitas anggota, serta kemampuan serikat dalam memperjuangkan hak-hak buruh secara optimal.

kedua, selain masalah finansial, KSBSI juga menghadapi tantangan dalam hal kurangnya sumber daya manusia yang terlatih dan berpengalaman. Banyak anggota yang belum memiliki kemampuan dan pengetahuan memadai untuk melakukan advokasi secara efektif. Kekurangan ini mengakibatkan upaya advokasi yang kurang berhasil dan tidak mencapai hasil yang diharapkan. Untuk mengatasi masalah ini, KSBSI perlu menginvestasikan lebih banyak dalam pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Program pelatihan yang mencangkup teknik negosiasi, pemahaman hukum kerenaga kerjaan dan strategi komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kapasitas anggota dalam melaksanakan advokasi yang lebih efesien.

ketiga, tantangan dalam membangun solidaritas internal di antara federasi-federasi yang berada di bawah naungan KSBSI. Federasi-federasi ini sering kali memiliki kepentingan dan prioritas berbeda sesuai dengan kondisi dan isu-isu di wilayah masing-masing. Misalnya, federasi di sektor industri manufaktur mungkin lebih fokus pada isu-isu upah minimum, sementara federasi di sektor pertanian lebih menekankan perlindungan tenaga kerja informal. Perbedaan kepentingan ini dapat menimbulkan konflik internal dan mengurangi kohesi organisasi secara keseluruhan. Untuk mengatasi masalah ini, KSBSI perlu meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar federasi melalui forum-forum diskusi reguler yang dapat membantu mengidentifikasi dan menyelaraskan kepentingan serta prioritas yang berbeda, serta mengembangkan strategi bersama yang lebih kohesif dan efektif.

keempat, tantangan eksternal juga berkontribusi pada kelemahan KSBSI. Tekanan dari pemerintah dan penguasa yang seringkali memiliki kepentingan berbeda dengan buruh, merupakan salah satu tantangan terbesar. kebijakan pemerintah ang tidak selalu pro-buruh serta tindakan refresif dari pihak pengusaha sering kali menjadi hambatan bagi KSBSI dalam memperjuangkan hak-hak buruh. Selain itu, globalisasi dan perubahan teknologi menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh serikat buruh, termasuk KSBSI, yang harus terus beradaptasi dan mencari strategi untuk tetap relevan dan efektif.

kelima, kurangnya pemahaman masyarakat umum tentang peran serikat pekerja juga menjadi masalah. banyak pekerja yang tidak memahami hak-hak mereka dan fungsi serikat dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dapat mengakibatkan rendahnya tigkat partisipasi dan komitmen terhadap serikat pekerja. KSBSI perlu melakukan upaya edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif mengenai hak-hak pekerja dan manfaat bergabung dengan serikat pekerja.

keenam, Kurangnya iuaran anggota, minimnya iuran dapat mengakibatkan kekurangan sumber daya untuk menjalankan oprasional dan program-program serikat, yang menghambat kemampuan serikat dalam memberikan layanan seperti pelatihan, konsultasi hukum dan negosiasi upah. KSBSI perlu mencari strategi alternatif untuk meningkatkan iuran anggota, seperti kampanye keanggotaan yang lebih efektif atau menccari sumber pendanaan tambahan.

ketujuh, kerusakan hubungan industrial merupakan tantangan yang serius. konflik internal dan eksternal, seperti oligarki dan kooptasi, dapat mengakibatkan ketegangan serta menurunkan kemampuan serikat dalam memperjuangkan hak-hak buruh. KSBSI perlu menjaga hubungan industrial yang harmonis dan konstruktif serta mengelola konflik internal dengan mekanisme mediasi yang efektif.

Dan terkhir yaitu Pola kepemimpinan , kepemimpinan yang paternalistik dapat menghambat partisipasi dalam pengambilan keputusan. KSBSI perlu mendorong pola kepemimpinan yang lebih demokratis dan memberdayakan anggota untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Semua kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh KSBSI ini memerlukan perhatian yang serius dan juga tindakan yang strategis untuk mengatasinya. dengan meningkatkan sumber daya finansial dan manusia, membangun solidaritas internal, mengatasi tantangan eksternal serta memperbaiki pola kepemimpinan. KSBSI juga harus memperkuat perannya dalam memperjuangkan kesejahteraan buruh dan meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun