Penulis baru saja menonton video yang membahas kebahagiaan oleh dr. Ryu Hasan, Spesialis Bedah Saraf, dan tergugah atas pernyataan yang sangat menarik, bahwa kebahagiaan sejati manusia datang dari pengalaman bersama sebagai makhluk sosial [1]. Penulis tergugah dengan hal ini karena layaknya gen-z pada umumnya yang sadar akan kesehatan mental [2], kebahagiaan jadi salah satu hal yang penting. Penulis merasa negara ini jauh dari kata bahagia. Hal ini tercermin dalam skala kebahagiaan yang diterbitkan di World Happiness Report 2024, negara kita menduduki peringkat 80 dari 143 di dunia [3]. Di laporan yang sama, ada fenomena di mana negara Finlandia menjadi negara paling bahagia selama tujuh tahun terakhir. Jadi apa yang terjadi di Finlandia yang membuat mereka langganan mendapat predikat itu?
Menurut Timo Viherkenttä, Profesor Hukum dan Pajak dari Aalto University, Finlandia, ada dua faktor yang menjadi kontributor utama, yaitu sistem pendidikan dan sistem kesehatan negara mereka. Dua hal tersebut bisa terwujud karena pajak yang mereka bayar [4].
Sistem Pendidikan dan Kesehatan di Negara Finlandia
Sistem pendidikan di Finlandia telah dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Pada studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, mereka menempati peringkat 13 dari 81 negara di dunia [5]. Selain karena kurikulum yang menyesuaikan dengan karakteristik siswa, guru yang kompeten, tapi juga pendidikan gratis (TK sampai kuliah) [6]. Pendidikan gratis mengurangi beban ekonomi keluarga dan memberikan kesempatan belajar yang setara sehingga tingkat kebahagiaan meningkat.
Selanjutnya, sistem kesehatan Finlandia juga tidak kalah mengagumkan. Pada tahun 2024, menurut Health Care Index yang dirilis CEOWORLD Magazine, sistem kesehatan Finlandia berada di peringkat 19 dari 110 negara di dunia [7]. Salah satu alasannya ialah sistem kesehatan di sana gratis dan berkualitas. Terdapat dua sumber dana untuk sistem kesehatannya, yaitu pajak dan NHI (asuransi nasional yang bersifat sentral) [8]. Dengan dukungan layanan kesehatan yang memadai dari pemerintah, beban masyarakat pun berkurang secara signifikan sehingga tingkat kebahagiaan meningkat.
Sistem Pendidikan dan Kesehatan di Negara Indonesia
Sekarang mari kita menengok dua sektor ini di negara kita. Melalui pemeringkatan yang sama, pendidikan kita berada di urutan 69 dari 81 negara di dunia [5]. Kita dapat mengatakan bahwa sektor pendidikan kita mendapat perhatian lebih dibanding sektor lain. Melalui amanah undang-undang dasar, pendidikan jadi mandatory spending sebesar minimal 20 persen dari APBN/APBD [9]. Salah satu program utama dari sektor ini adalah program wajib belajar 12 tahun yang telah disahkan sejak tahun 2013. Program ini bernama Pendidikan Menengah Universal (PMU) [10] dan merupakan kelanjutan dari Program Wajib Belajar 9 Tahun [11].
Kebijakan ini menandakan perbaikan sistem pendidikan kita. Kita bisa lihat melalui hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2015 s.d. 2023 tingkat penyelesaian pendidikan warga menurut jenjang pendidikan kian meningkat [12]. Pemerintah juga semakin banyak mengucurkan anggaran ke sektor pendidikan di APBN 2025. [13].
Pergi ke sistem kesehatan Indonesia, melalui pemeringkatan yang sama dengan Finlandia, sistem kesehatan kita berada di peringkat 39 dari 110 negara di dunia [7]. Salah satu program utama di sektor ini adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini bertujuan untuk menyediakan perlindungan kesehatan universal bagi masyarakat Indonesia. JKN memiliki dua sumber pendanaan yaitu APBN dan Iuran Peserta [14]. Program ini terbukti semakin dimanfaatkan masyarakat dengan tren positif pada data beban jaminan kesehatan yang ditanggung oleh JKN dari tahun 2015 s.d. 2022. [15]
Kesimpulan
Kita telah pelajari bahwa kebahagiaan datang dari pengalaman komunal, bukan dari individu saja. Finlandia, negara paling bahagia sedunia tujuh tahun terakhir, menunjukkan pendidikan dan kesehatan berkualitas jadi alasannya dan itu berasal dari pajaknya. Di Indonesia, kedua sektor ini mendapat perhatian lebih. Pendidikan memiliki mandatory spending setiap tahunnya, salah satu hasilnya menurunnya angka putus sekolah. Lebih lanjut, sektor kesehatan kita memiliki sistem kesehatan gratis yang tersentralisasi (sama seperti Finlandia) dan masyarakat semakin banyak memanfaatkan program itu. Selain itu, kedua sektor ini juga mendapat tambahan anggaran di tahun 2025 yang menunjukkan komitmen pemerintah. Meski belum setara Finlandia, berdasarkan data-data sebelumnya penulis menilai bahwa dua sektor ini menuju arah yang benar.
Saat ini gen-z jadi generasi paling banyak di Indonesia [16] dan generasi yang paling stres [17]. Di zaman sekarang, masalah dapat ditemukan di mana saja, kapan saja, dan dari apa saja. Agar tetap waras dan produktif, bahagia jadi salah satu solusinya.
Terakhir penulis mengajak pembaca untuk taat melapor dan membayar pajak. Bahwa sektor pendidikan dan kesehatan gratis dan berkualitas berkontribusi pada kebahagiaan, membayar pajak adalah bentuk kontribusi kita. Seperti lapor SPT tahunan tepat waktu dan sesuai kenyataan. Meski banyak skeptisisme terhadap pemerintah namun “An eye for an eye will make the world blind”. Kalau kita membalas kesalahan dengan kesalahan, maka yang ada kebenaran akan hilang.
Referensi
[1] C. Citta, “Bahagia Itu Tidak Sederhana - dr. Ryu Hasan,” Youtube, Jakarta, 2024.
[2] W. Gading Perkasa, “Kenapa Generasi Z Lebih Sadar Masalah Kesehatan Mental?,” Kompas Lifestyle, 9 Desember 2022. [Online]. Available: https://lifestyle.kompas.com/read/2022/12/09/223815220/kenapa-generasi-z-lebih-sadar-masalah-kesehatan-mental?page=all. [Diakses 25 Juni 2024].
[3] N. Muhamad, “Negara Paling Bahagia di Asia Tenggara 2024, Indonesia Urutan Keenam,” 22 Maret 2024. [Online]. Available: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/03/22/negara-paling-bahagia-di-asia-tenggara-2024-indonesia-urutan-keenam. [Diakses 26 Juni 2024].
[4] Aalto University, “High taxes, higher rewards: How Finland ensures a high quality of life,” 2 Maret 2022. [Online]. Available: https://www.aalto.fi/en/news/high-taxes-higher-rewards-how-finland-ensures-a-high-quality-of-life. [Diakses 26 Juni 2024].
[5] OECD, “PISA 2022 Results (Volume I): The State of Learning and Equity in Education,” OECD Publishing, Paris, 2023.
[6] Eurydice, “Finland: Funding in education,” Eurydice, 5 Februari 2024. [Online]. Available: https://eurydice.eacea.ec.europa.eu/national-education-systems/finland/funding-education#:~:text=In%20Finland%2C%20education%20is%20free,have%20fees%20in%20some%20cases.. [Diakses 26 Juni 2024].
[7] D. Wilson, “Countries With The Best Health Care Systems, 2024,” CEOWORLD Magazine, 2 April 2024. [Online]. Available: https://ceoworld.biz/2024/04/02/countries-with-the-best-health-care-systems-2024/. [Diakses 26 Juni 2024].
[8] Y. S. Miranti dan H. Nisai, “Peran Pekerja Sosial Dalam Menunjang Kesehatan Masyarakat Sebagai Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) (Studi Kasus Di Finlandia),” Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial HUMANITAS, vol. V, no. 1, pp. 57-78, 2023.
[9] P. Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sekretariat Negara, 2002.
[10] Pemerintah Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 80 Tahun 2013 tentang Pendidikan Menengah Universal, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
[11] Pemerintah Indonesia, Peraturan Pemerintah No.47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Jakarta: Sekretariat Negara, 2008.
[12] Badan Pusat Statistik Indonesia, “Tingkat Penyelesaian Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan dan Provinsi, 2015-2023,” Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta, 2024.
[13] I. Silfia dan A. Buchori, “Kemenkeu naikkan anggaran pendidikan dan kesehatan di 2025,” 20 Mei 2024. [Online]. Available: https://www.antaranews.com/berita/4113714/kemenkeu-naikkan-anggaran-pendidikan-dan-kesehatan-di-2025. [Diakses 26 Juni 2024].
[14] Pemerintah Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.
[15] B. Kesehatan, “Laporan Pengelolaan Program & Laporan Keuangan Tahunan BPJS Kesehatan,” BPJS Kesehatan, Jakarta, 2023.
[16] P. Rainer, “Sensus BPS: Saat Ini Indonesia Didominasi Oleh Gen Z,” 29 Agustus 2023. [Online]. Available: https://data.goodstats.id/statistic/sensus-bps-saat-ini-indonesia-didominasi-oleh-gen-z-n9kqv. [Diakses 26 Juni 2024].
[17] S. Widi, “Generasi Z Indonesia Paling Stres Dibandingkan X dan Milenial,” dataindonesia.id, 4 Juli 2022. [Online]. Available: https://dataindonesia.id/gaya-hidup/detail/generasi-z-indonesia-paling-stres-dibandingkan-x-dan-milenial. [Diakses 30 Juni 2024].
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI