Bangun Subuh, Body, and Soul

Alhamdulillah, tahun ini setidaknya tujuh journal saya tulis, 4 sudah terbit, dua sudah disetujui dan dalam proses penerbitan, satu sedang direview. Dua buku sedang saya susun. Semua ini saya lakuka di  sela-sela kerja rutin.

Bukan untuk mengejar target, bukan pula untuk dapat reputasi. Karena saya bukan dosen, bukan dekan. Apalagi rector atau direktur. Namun saya ingin jadi manusia produktif, bermanfaat. Itu saja. Titik!

Rumusnya bagaimana?

Akhir-akhir ini, jam Salat Fajr semakin pagi. Di Makassar pukul 04.15. itu pagi banget bagi rata-rata orang. terlebih yang tidak biasa bangun pagi. Susah membiasakan diri bangun pagi seperti itu. Kalau Salat Subuh jam 04.14, minimal 15 menit sebelumnya sudah harus get up. Bahkan 30 menit yang ideal.

Sesudah bangun pagi. Little exercise. Sedikit menggerakan badan, kaki, pinggang dan tangan khususnya. Tidak perlu lama-lama. Cukup lima menit saja.

Mengapa kita tidak bleh langsung bangun dan beranjak dari tempat tidur? Tidak jaran sisa-sisa mengantuk masih ada. Ada potensi untuk jatuh. Khususnya orang tua. Dianjurkan tidak langsung bangkit.

Kemudian ke dapur, minum air hangat segelas. Pernah tahu fungsi air hangat bagi pencernaan? Pernah dengar menyiram selokan atau saluran limba keluarga yang tersumbat? Disiram air panas kan?

Kira-kira demikian analoginya.

Dengan minum air hangat, jangan air panas, fungsinya untuk memperancar saluran pencernaan. Membersihkan kotoran di lambung, usus halus, usus besar dan sekitarnya. Juga jangan lupa ini sehat pula untu ginjal. Salah satu organ terpenting dalam tubuh. Lebih bagus lagi, makan buah saat perut masih kosong.

Menurut IRR (Indonesian Renal Registrar), asosiasi ahli ginjal se-Indonesia, jumlah penderita gagal ginja kronis mencapai sekitar 27 juta di Indonesia. Hanya 2% yang lapor. Salah satu penyebabnya adalah karena kurang minum, tidak membiasakan diri konsumsi air hangat dini hari, dan kurang gerak.

Bangun pagi, Salat Subuh di masjid, otomatis menggerakkan organ tubuh lainnya. Jalan kaki, jangan naik motor, lebih sehat. Dengan demikian paru-paru akan dirangsang untuk menghirup udara segar.

Orang-orang masih banyak yang masih lelap, kita, pejuang Subuh bisa jadi orang-orang pertama yang menghirup oksigen extra segar ini.

Intinya, sehat untuk paru-paru, sehat untuk jantung, kaki dan anggota ekstremitas. Selain, tentu saja lebih dekat diri dengan Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Jika kita lakukan rutin, insyaallah hidup sehat, produktif, akan kita raih.

Kita baru saja memperingati Hari Kesehatan Nasional tanggal 12 November, kemarin. Esensi HKN adalah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita jadikan rutinitas. Dengan demikian, kita tidak perlu gembar-gembor memperingati ari jantung, hari ginjal, hari kanker dan hari-hari kesehatan lainnya, karena kita sudah memperingatinya, mempraktikkannya setiap hari.

Jadi manusia produktif ternyata tidak susah. Murah and it is very effective.

Selain tentu saja, masih sempat nulis di Kompasiana. Meski tidak seproduktif banget kayak teman-teman senior di Kompasiana yang sudah dapat point 10.000 ke atas. Dengan rajin bangun pagi, saya ingin konsisten menulis.

Tahun ini ada 50 artikel saya yang nongol di Headlines. Lumayan kan? Satu bulan terakhir ini saja sudah dapat 10 yang dimasukkan oleh Tim Admin Kompasiana untuk dilayakkan di Artikel Utama.

Nah itu semua bukti. Bahwa bangun pagi itu banyak sekali manfaatnya. Sehat jasmani, sehat rohani.

By the way, saya tidak mengenal libur. Kalau libur, berarti tidak Salat Subuh.....tidak bangun pagi. Ah, tidak lah....!

Happy Weekend.....

Makassar, 14 November 2021

Ridha Afzal