Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Peran Multi-Skills dalam Persaingan Mencari Kerja

8 November 2021   05:37 Diperbarui: 9 November 2021   19:19 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua menyadari, tambah tahun, jumlah manusia bertambah banyak. Otomatis persaingan dalam banyak hal semakin ketat. Namun tidak semua kita sadar bagaimana menyikapi persaingan sengit dalam menghadapi dunia kerja.

Ada orang-orang yang menyukai keterampilan fokus, agar tidak ke mana-mana orientasi kerjanya. Tetapi tidak sedikit yang lebih menyukai kepemilikan berbagai ragam keterampilan dalam pekerjaan. Semuanya ada plus minusnya.

Kelebihan keterampilan fokus adalah spesialisasinya jelas. Makin lama digeluti, semakin tajam, semakin terampil dan bisa menjadi ahlinya. Dalam dunia pendidikan disebut sebagai pakar. Jenjangnya mencapai tingkatan S3. Jenjang ini setingkat lebih tinggi daripada spesialis yang berada pada level pascasarjana atau S2.

Hanya saja tidak semua orang memiliki modal finansial yang cukup dalam menempuh jenjang pendidikan formal. Selain biaya, butuh waktu, tenaga, fikiran yang tidak murah. Kalau hanya kuliah, mungkin bisa. Tetapi untuk benar-benar kuliah, membutuhkan komitmen.

Apa yang ingin saya tuangkan dalam tulisan ini sekedar ungkapan pengalaman pribadi yang barangkali bermakna bagi teman-teman dalam merumuskan pencarian kerja.

Latar belakang pendidikan saya sarjana keperawatan. Saat ini di Indonesia terdapat 884 kampus yang menyelenggarakan program ini. Lebih dari 42.000 lulusan jebolan program diploma, sarjana, pascasarjana dan doctoral program pendidikan keperawatan per tahunnya dihasilkan.

Menurut saya pribadi, salah satu faktor yang menyebabkan minimnya penghasilan perawat adalah karena berjibunnya perawat muda namun memiliki keterampilan umum. Artinya keterampilan yang biasa saja, yang dimiliki oleh perawat secara umum. Perawat umum adalah perawat yang umumnya bekerja di Puskesmas, klinik atau bangsal umum.

Jenis perawat seperti ini sangat gampang dicari. Mereka memiliki kompetensi dasar. Mereka hanya bisa bekerja di tempat pelayanan umum, bangsal-bangsal umum dengan kasus-kasus umum. Hal ini tentu sangat jauh bedanya dengan perawat dengan keterampilan khusus misalnya Gawat Darurat, Pediatri, Hemodialisa, ICU, Kamar Operasi dan lain-lain.

Perawat dengan keterampilan khusus, dari judulnya saja sudah beda. Apalagi penghasilannya. Saat ini perawat Kamar Operasi misalnya, berpenghasilan rata-rata Rp 12 juta di Indonesia. Sedangkan perawat umum, antara Rp 2-4 juta.

Sangat jauh bedanya kan?

Di situlah pentingnya pelatihan tambahan guna mendongkrak kompetensi sekaligus mengubah image mereka yang membutuhkan. Terlebih lagi, perubahan kompetensi teresebut akan tertuang jelas pada curriculum vitae (CV).

Menyikapi fenomena ini, yang saya lakukan kemudian adalah, pertama, di era digital ini kita harus pandai mengoperasikan computer. Bukti ketertinggalan kita dalam beradaptasi dengan zaman modern adalah ketika kita tidak mampu mengoperasikan computer dengan keterampilan mengatasi simple fault finding.

Bukan hanya bisa computer, khususnya Microsoft Office, kita harus mampu mengatasi bilamana terdapat gangguan minor. Di semua sector layanan kesehatan, mereka yang bisa dan tahu computer pasti akan lebih diutamakan. Oleh sebab itu saya menggelutinya.

Strategi kedua adalah, menguasai salah satu jenis aplikasi digital, misalnya power point, video making, microsfot excel dan lain-lain. Ini tidak sulit dilakukan. Yang penting terus menerus, rutin dan sabar menjalaninya. Pasti bisa. 'Ilmu Katon' orang Jawa bilang.

Saya lebih menyukai menekuni video making. Sambil menghibur diri, keterampilan dalam pembuatan video ternyata sangat penting di era persaingan ketat ini. Khususnya jika bekerja di perusahaan yang membutuhkan promosi-promosi lewat video. 

Dengan memiliki keterampilan ini perusahaan bisa hemat. Selain tidak perlu repot mencari orang di luar organisasi, dengan karyawan sendiri akan menghemat pengeluaran. Strategi ini saya tempuh dan sangat efektif dalam mempromosikan diri saat interview berlangsung.

Yang ketiga, keterampilan berbahasa. Memang bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris bukan segalanya, tetapi jika ingin bergabung dengan rumah sakit kelas internasional untuk perawat, mereka hanya akan memprioritaskan staff yang mampu berbahasa Inggris.

Betapapun Index Prestasi kita sempurna, akan kalah dan harus undur teratur karena yang mereka pilih adalah yang IP nya biasa-baiasa saja namun bisa berbahasa Inggris. Kiat ini saya lakukan dan berhasil memuaskan. 

Setidaknya akan mampu meminggirkan pesaing kita yang meski pengalamannya jauh di atas kita. Percayalah, mereka mundur teratur jika tidak mampu berbahasa Inggris.

Personal Collection. Gunakan strategi dalam mencari kerja dan tampil rapi. /Dokpri
Personal Collection. Gunakan strategi dalam mencari kerja dan tampil rapi. /Dokpri

Strategi keempat adalah mampu berkomunikasi dengan baik. Keterampilan yang satu ini tidak bisa disepelekan. Komunikasi di sini bisa verbal dan bisa pula non verbal. Yang verbal adalah komunikasi lewat lisan. Sedangkan non verbal bisa lewat tulisan atau sikap.

Saya menyukai dunia tulis menulis, menulis buku, membuat jurnal berbahasa Inggris. Satu lagi, jangan disepelekan cara berpakaian. Tampil rapi menjadi tuntutan perusahaan. Hingga saat ini sepertinya hanya saya yang selalu tampil berdasi di perusahaan. Tidak perlu menunggu jadi manajer untuk tampil rapi. Ini adalah nilai plus dan personal image yang wajib dimiliki agar bisa 'menjual' diri.

Sejak interview hingga kerja selama satu tahun ini di perusahaan asing milik USA, tetap saya jaga. Alhamdulillah itu berhasil mempertahankan posisi, bahkan diperpanjang kontrak. Padahal performa kerja saya biasa saja. Aspek komunikasi ini sangat penting perannya. Bisa dilakukan melalui pelatihan-pelatihan atau tonton saja di Youtube. Gratis koq!

Yang terakhir adalah memiliki keterampilan sesuai peminatan. Kalau untuk perawat yang minat kerja di perusahaan, mungkin butuh semacam pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pelatihan Basic Life Support (BLS) atau BTCLS dan lain-lain. Lebih banyak minat, lebih baik. Saya memiliki sertifikat Hipnoterapi, K3, Homecare, dan Hemodialisis.

Jadi, ibarat perang, dalam menyikapi persaingan ketat mencari kerja, kita harus melengkapi diri dengan memiliki banyak senjata. Makin banyak, makin baik. Dengan demikian kita bisa secara otomatis mampu menyingkirkan pesaing kita di atas kertas, sebelum interview berlangsung. Tidak harus mahal. Yang gratisan banyak. Tinggal milih.

Persoalannya kita mau atau tidak?

Saya sudah menjalaninya, mempraktikkan dan hasilnya luar biasa. Saat direkrut, saya adalah karyawan termuda untuk divisi kami. Padahal, pengalaman kerja saya sangat minim. Sesudah interview, mereka bilang, : "You are the one...."

Satu lagi,  jangan lupa juga peran do'a dalam pencarian kerja. Kombinasi strategi saya ini tidak akan ada manfaatnya, kecuali Anda buktikan. Resep ini sangat jitu. Setidaknya di atas kerta saat seleksi administrasi terasa sekali bedanya.

Good luck and best regards.......

Makassar, 8 November 2021

Ridha Afzal

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun